Liputan6.com, Jakarta Ketika mengunjungi destinasi wisata di sebuah daerah, tentu mencicipi kulinernya masuk dalam daftar yang tak boleh ketinggalan. Selain tempat wisata yang menarik, destinasi kuliner juga menjadi salah satu daya tarik para wisatawan.
Walaupun begitu, wisatawan juga diimbau untuk berhati-hati kala memilih tempat makan di daerah wisata. Hal itu agar terhindar dari perasaan tak menyenangkan saat mencoba untuk mencoba kuliner yang dibeli di tempat wisata.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang belakangan viral di media sosial. Seorang wanita membagikan curhatannya melalui video TikTok yang diketahui sedang mengunjungi kawasan wisata Malioboro di Yogyakarta.
Dalam video yang diunggah, ia menceritakan jika baru saja makan pecel lele di kawasan wisata terkenal tersebut. Sayangnya, ia merasa harga pecel lele yang dijual tak masuk akal alias terlalu mahal. Harga nasi dan lele dipatok Rp 37 ribu, jika ingin menambah sambal dan lalapan ia harus menambah Rp 10 ribu lagi.
Postingan video di TikTok itu pun kemudian viral hingga trending topic di Twitter. Akibat dari buntut video yang telah menyebar di dunia maya itu, Pemkot Yogyakarta pun menelusuri yang diduga penjualnya. Dikeluhkan hingga viral, berikut ini 4 fakta buntut panjang video viral harga pecel lele yang dianggap terlalu mahal di Malioboro, dirangkum dari berbagai sumber oleh Liputan6.com, Jumat (28/5/2021).
1. Harga Seporsi Pecel Lele Dipatok Rp 37 Ribu
Video seorang wanita mengeluh makan pecel lele di warung pinggir jalan di wilayah Malioboro, Yogyakarta lewat akun TikToknya. Wanita tersebut bernama Aulia Azzahra itu unggah video pada Selasa, 25 Mei 2021 yang menjadi viral.
Ia tampak kaget saat mengetahui harga yang harus ia bayar untuk makan satu porsi pece lele yang dirasa mahal. Menurutnya, harga makanan di sana tak sesuai dengan apa yang kerap dibicarakan oleh orang-orang Yogyakarta yang terkenal murah.
“Hai semuanya sekarang aku lagi di jalan Malioboro terus di pinggir jalanan ini banyak sekali lesehan warung makan, yang menurutku harganya di luar nalar,” kata Aulia di dalam video tersebut.
Ia mengungkapkan, harga seporsi pecel lele di pinggir jalan Malioboro. Seekor ikan lele dihargai sebesar Rp 20.000, belum termasuk nasi putih seharga Rp7.000. Selain itu, yang paling disorot adalah harga lalapan dan sambal yang dijual secara terpisah dengan harga Rp 10.000.
Advertisement
2. Ditelusuri Pemkot Yogyakarta
Viralnya video ini pun mendapatkan tanggapan dari Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. Heroe mengatakan pihaknya masih mencari pedagang yang mematok harga tersebut.
"Kami sedang telusuri dan mencari pedagangnya siapa. Tolong bagi yang mengetahui lokasi pedagangnya dan kapan peristiwa itu terjadi bisa segera diinformasikan ke Pemkot Yogyakarta," kata Heroe, Rabu (26/5/2021), dikutip dari Merdeka.
Heroe menjelaskan bahwa pihaknya siap berikan sanksi kepada pedagang di Malioboro yang kedapatan menaikkan harga sepihak kepada wisatawan. Ia menyebut sanksi yang akan diberikan yakni mencabut izin berjualan dan pedagang itu tak boleh lagi berjualan di Jalan Malioboro.
"Tidak hanya harga-harga makanan. Petugas parkir atau lainnya juga kami tindak jika ngawur nuthuk harga pada wisatawan. Ini sudah menjadi kebijakan bersama dan akan ditindak tegas apapun alasannya," tegas Heroe.
3. PPLM: Kejadian Itu Bukan di Jalan Malioboro
Selain pemkot Yogyakarta, Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) juga ikut buka suara. Pihak tersebut meluncurkan siaran pers yang bertajuk Klarifikasi Pemberitaan Keluhan Pengunjung Terhadap Harga Makanan Pecel Lele di Lesehan, pada Kamis, (27/5/2021). Dalam siaran pers yang juga diterima kanal Regional Liputan6.com itu, PPLM menyampaikan tujuh butir klarifikasi dan pernyataan.
Salah satunya adalah, menyatakan dan memastikan bahwa kejadian tersebut tidak terjadi di sepanjang Jalan Malioboro dan tidak dilakukan oleh anggota pedagang lesehan yang tergabung di PPLM.
"Hal ini sesuai dengan hasil investigasi dan penelusuran kami kepada seluruh anggota pedagang lesehan Malioboro. Di samping itu, kami meyakini bahwa lokasi pengambilan gambar video tersebut di Jalan Perwakilan [jalan sirip atau fentilasi yang menghubungkan jalan Malioboro dengan jalan Mataram]. Bukan di jalan Malioboro," bunyi potongan pernyataan PPLM.
Advertisement
4. Rencana Tuntut Balik
PPLM mengklaim telah bekerjasama dengan Pemkot Yogyakarta. Mereka pun menyayangkan pernyataan warganet yang viral di dunia maya tersebut, karena dapat memberi persepsi seolah-olah kejadian tersebut terjadi di jalan Malioboro dan seolah-olah dilakukan oleh anggota mereka. Hal itu dianggap merugikan citra pedagang lesehan di sepanjang jalan Malioboro.
Pemkot Yogyakarta dan Insan Pariwist akan ikut menyosialisasikan, adanya posko informasi, pengaduan dan keluhan bagi konsumen di jalan Malioboro dengan hot line yang siap 24 jam. Selain itu, mereka meminta seluruh media, lembaga, warganet dan warga membantu menyosialisaikan klarifikasi dan informasi ini agar citra lesehan di sepanjang Jalan Malioboro kembali pulih. Surat pernyataan itu ditandatangani oleh Desio Hartonawati selaku Ketua PPLM dan didukung oleh Sujarwo selaku Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro.
Sikap itu berbeda dengan Paguyuban Lesehan Malam Malioboro yang dikabarkan akan menuntut balik sang pengunggah video kalau tidak mengklarifikasi atau menarik ucapannya. Namun rencana itu dikritik oleh warganet yang meminta agar membenahi pelayanan yang lebih baik lagi ketimbang mempermasalahkannya lebih lanjut.