Liputan6.com, Jakarta Salah satu sejarah kelam yang tidak bisa dilupakan bangsa Indonesia adalah peristiwa pemberontakan APRA, singkatan dari Angkatan Perang Ratu Adil. Pemberontakan APRA dibentuk pada tanggal 23 Januari 1950. Tujuan APRA adalah untuk melakukan pemberontakan terhadap Republik Indonesia.
Pemberontakan ini berlangsung di bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling, sekaligus mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL. Kelompok ini masuk ke dalam kota Bandung dan menyerang orang-orang yang berseragam TNI. Â
Advertisement
Baca Juga
Perlu diingat pada saat itu Indonesia masih berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) yang memiliki tentara Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Tujuan APRA didasari oleh keinginan untuk mempertahankan bentuk federal yang mana saat itu APRA berada di negara Pasundan. Banyak negara bagian yang lain membubarkan diri dan bergabung dengan Republik Indonesia untuk membentuk negara kesatuan.
Untuk lebih lengkapnya, berikut ini penjelasan mengenai latar belakang pemberontakan APRA, sejarah hingga tujuan APRA yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum’at (11/6/2021).
Latar Belakang Pemberontakan APRA
Sebelum mengetahui tujuan APRA, lebih baik jika paham akan latar belakang terjadinya pemberontakan APRA. Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang pemberontakan APRA, berikut ini penjelasannya :
1. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
Terbentuknya APRA berawal dari APRIS, yaitu Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat. APRIS sendiri memiliki anggota yang terdiri atas gabungan tentara KNIL Belanda dan TNI. Sebenarnya keadaan tersebut cukup membuat mereka kesulitan, sebab di antara KNIL dengan TNI pernah berseteru ketika peperangan mewujudkan kemerdekaan negara Indonesia.
Oleh karena itu, lahirlah kaum reaksioner dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka adalah elemen-elemen APRIS yang cenderung mendukung federalisme bangsa Indonesia atau kurang suka dengan TNI dan NKRI.
Mereka secara sukarela bergabung dengan Angkatan Perang Ratu Adil yang kemudian juga turut serta dalam pemberontakan APRA untuk mewujudkan Indonesia federal dalam RIS.
2. Hasil Konferensi Meja Bundar
Hasil dari Konferensi Meja Bundar atau yang dikenal dengan nama KMB menjadi salah satu titik awal terjadinya pemberontakan APRA. Konferensi tersebut diselenggarakan di Den Haag pada tahun 1949. Konferensi ini menghasilkan gagasan yang cukup menghebohkan yaitu adanya rencana akan dibubarkannya negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Menindaklanjuti berita ini Raymond Westerling berkerjasama dengan Sultan Hamid II untuk mendirikan APRA guna melakukan perlawanan kepada pemerintahan Republik Indonesia. Sultan Hamid II sendiri lebih berpihak kepada aliran negara federal RIS sehingga tidak mengkehendaki hilangnya RIS. Pemberontakan APRA tersebut sebagai usaha untuk mempertahankan keberadaan negara RIS.
3. Kepentingan Belanda
Pemberontakan APRA juga disebabkan karena Belanda ingin menjajah, atau setidaknya menanam kepentingan-kepentingan politik dan ekonominya di Indonesia. Pihak Belanda berniat untuk mengeksploitasi sumber daya di Indonesia untuk mempertahankan keadaan ekonominya.
Pihak Belanda tahu bahwa akan sangat sulit mengintervensi secara ekonomi jika Indonesia sudah bersatu menjadi NKRI. Terlebih lagi, pemimpin Indonesia semuanya sudah antipati terhadap kekuasaan Belanda. Oleh karena itu, Belanda perlu menimbulkan kerusuhan di NKRI dan mempertahankan RIS. Tindakan APRA merupakan sikap mendukung bangsa Belanda dalam melancarkan aksi penjajahan mereka.
4. Ultimatum Westerling
Raymond Westerling yang merupakan pimpinan APRA, memberikan sebuah ultimatum pada pemerintah RIS ketika APRA belum lama terbentuk. Pihaknya menginginkan supaya APRA dijadikan pasukan yang berstatus resmi. Di samping itu, pihaknya juga menginginkan untuk memegang penuh kekuasaan militer di daerah Pasundan.Akan tetapi, karena permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh pihak pemerintah, maka anggota merencanakan perampasan kekuasaan melalui pemberontakan APRA. Pemberontakan ini berpusat di sekitar wilayah Jakarta dan Bandung. Dua kawasan yang memiliki nilai kepentingan tinggi bagi bangsa Indonesia dan RIS pada saat itu.
Advertisement
Tujuan Pemberontakan APRA
Ada beberapa tujuan APRA yang perlu Anda ketahui, diantaranya :
1. Mempertahankan Negara RIS
Tujuan APRA yang utama adalah untuk mempertahankan negara RIS. Berbagai perundingan yang dilakukan antara Indonesia dengan Belanda saat mediasi Australia, selalu menghasilkan keputusan yang merugikan pihak Indonesia. Dengan begitu demi menjaga perdamaian antara kedua negara, pemerintah Indonesia tetap menghimbau supaya seluruh pihak menerima keputusan tersebut.Namun, justru pihak Belanda yang melanggar keputusan dalam perundingan dengan melakukan penyerangan berupa Agresi Militer I dan II. Setelah adanya pelanggaran perjanjian ini, kedua pihak kembali dipertemukan dalam perundingan KMB, yang kemudian memutuskan bahwa Indonesia menjadi negara federal.APRA mengakui bahwa keberadaannya merupakan bagian dari negara Indonesia federal. Itulah mengapa APRA dapat memasuki wilayah Indonesia dan berhasil menundukkan satu di antara beberapa negara bagian pada saat itu. Setelah itu, barulah mereka melancarkan aksinya untuk membuat Indonesia kembali terpecah belah dan kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
2. Mengganggu Proses Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Tujuan APRA yang lainnya adalah mengganggu proses pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Salah satu pihak yang mengupayakan kegagalan kedaulatan Republik Indonesia yaitu panglima tertinggi dari tentara Belanda yaitu Letjen Buurman Van Vreeden. Pihaknya selalu menghalangi proses diakuinya Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Namun, pada akhirnya kedaulatan Republik Indonesia diakui oleh Belanda tepatnya di tanggal 27 Desember 1949. Pada saat itu, Indonesia sudah menjadi negara yang berbentuk republik dan telah lepas dari bentuk negara federal.
3. Mempertahankan Adanya Tentara APRA sebagai Tentara di Pasundan
Tujuan APRA yang berikutnya adalah mempertahankan adanya tentara APRA sebagai tentara di Pasuruan. Sebenarnya ketika Indonesia merdeka, gerilyawan dan tentara tidak menyatu dalam komando yang sama. Tidak sedikit dari tokoh daerah yang berperan sebagai pemimpin yang disegani walaupun tidak memiliki bekal kemiliteran. Perjuangan yang mereka lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.
Ada banyak pula pahlawan yang gugur dalam medan peperangan tanpa dikenal oleh masyarakat. Bertepatan dengan sidang PPKI yang terakhir, yaitu di tanggal 22 Agustus 1945, Indonesia memiliki rencana untuk membentuk sebuah pasukan tentara. Orang-orang yang tergabung dalam APRA merupakan mereka yang tidak memenuhi kriteria untuk menjadi APRIS.
Itulah mengapa pasukan APRA berusaha supaya Indonesia tetap berbentuk negara federal, sehingga keberadaan mereka tetap dapat dipertahankan sebagai angkatan perang. Salah satu hal yang dilakukan APRA yaitu melakukan penyerangan kepada Divisi Siliwangi pada Januari 1950. Di mana tujuan utama yang ingin dicapai yaitu agar APRA menjadi tentara di Pasundan.
Dampak Bagi Bangsa Indonesia
Setelah mengtahui tujuan APRA, Anda juga harus mengetahui dampak yang diperoleh bangsa Indonesia waktu itu. Salah satu dampak langsung yang bisa dirasakan oleh bangsa Indonesia adalah gugurnya banyak tentara Indonesia. Pemberontakan ini juga membuat kondisi keuangan negara menjadi sedikit berantakan, dan juga terganggunya keamanan dari rakyat Indonesia. Namun ada juga dampak positif yang terjadi, yaitu peningkatan dari rasa saling memiliki, persatuan dan kesatuan dari seluruh masyarakat Indonesia kala itu.
Advertisement