Liputan6.com, Jakarta Cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 cetak sejarah baru untuk Indonesia, setelah Greysia Polii dan Apriyani Rahayu tundukkan lawannya dari China di final Olimpiade Tokyo 2020. Pencapaian medali emas tersebut disebut merupakan hadiah terindah HUT RI ke-76 pada 17 Agustus 2021 mendatang.
Baca Juga
Advertisement
Kesuksesan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di dunia bulu tangkis tentunya tak lepas dari kerja keras dan semangat keduanya. Pasangan ganda putri Indonesia ini punya cerita perjuangan sendiri sebelum sampai pada titik menjadi juara Olimpiade Tokyo 2020.
Cerita Greysia Polii yang sempat ingin mundur dan berhenti menjadi atlet sampai perjuangan Apriyani Rahayu bermula dari menggunakan raket kayu untuk berlatih bulu tangkis memang bikin salut.
Apriyani Rahayu merupakan salah atlet bulu tangkis Indonesia yang sukses bikin bangga usai berhasil raih medali emas dengan Greysia Polii. Ternyata altet berusia 23 tahun ini sudah melewati perjuangan yang cukup panjang yang jarang diketahui oleh banyak orang.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang cerita perjalanan karier Apriyani Rahayu di dunia bulu tangkis, Selasa (3/8/2021).
1. Berawal dari Hobi
Kisah perjuangan Apriyani Rahayu di dunia bulu tangkis bikin salut masyarakat Indonesia usia dirinya berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Melalui kanal YouTube Indosportdotcom, Apriyani menuturkan dirinya bisa sampai di titik saat ini berawal dari hobi bermain bulu tangkis dan dapat dukungan dari orang tua.
“Saya main bulu tangkis, saya hobi, saya suka, dan ada support dari keluarga, dari mama papa," kata Apriyani di kanal YouTube Indosportdotcom pada 26 April 2020.
Ibu Apriyani Rahayu saat itu hanya seorang ibu rumah tangga dan sang ayah merupakan seorang PNS dan menyambi menjadi seorang petani.
“Omande (Mama) pekerjaannya ibu rumah tangga. Opande (papa) PNS, tapi sebagian juga petani juga,” tutur Apriyani.
Advertisement
2. Sang Ibu Sempat Tak Mau Melepas Apriyani
Kesukaan Apriyani Rahayu dengan bulu tangkis memang sudah terlihat sejak kecil, sejak dirinya masih berusia 9 tahun. Bahkan, atlet berusia 23 tahun ini menuturkan jika sang ibu sempat tak mau melepaskannya ke mana pun karena tak ingin jauh.
“Omande (mama) itu tidak mau melepas saya, ke mana pun saya pergi. Pas saya ke Makassar, udah sempat ke Makassar kan waktu itu, terus ke Jakarta kan waktu Porseni juga ke Jakarta mama saya ikut,” kata Apriyani.
3. Pernah Gadai Perhiasan Demi Raket
Ganda puteri andalan Indonesia Apriyani Rahayu terlahir bukan dari keluarga yang berkecukupan. Namun, perjuangan patut dibanggakan karena tak pernah menyerah untuk terus meraih mimpinya menjadi seorang atlet hebat.
Cerita Apriyani pernah menjual sayur, gadai perhiasan, hingga menggunakan raket kayu memang sudah sampai ke telinga masyarakat Indonesia. Hal tersebut juga pernah ia tuturkan di kanal YouTube Indosportdotcom pada 2020 lalu.
“Kalau gadai perhiasan memang betul, karena saat itu sempat saya ingat banget, saya masih umur berapa, saya masih kecil pokoknya. Di depan rumah itu kan halamannya lumayan besar, di samping rumah saya, tetangga saya itu laki-laki. Nah, dia juga senang bulu tangkis, karena saya gak ada raket, saya pakai raket kayu dibuatin sama papa, bener-bener dibuat dari kayu. Jadi, di situ main aja berdua sama anak cowok itu,” kenang Apriyani.
“Kock-nya pun juga kock yang udah rusak banget, enggak papa main dan main, enak aja sampai sore sampai keringetan. Jadi enggak ada mikir sampai ke sini (sampai menjadi atlet),” ucap partner Greysia Polii itu.
Advertisement
4. Pernah Diremehkan
Mendapatkan cacian hingga diremehkan oleh orang lain memang pernah dihadapi oleh banyak orang, tak terkecuali Apriyani Rahayu. Atlet kelahiran Sulawesi Tenggara ini sempat dipandang sebelah mata karena memiliki postur tubuh yang pendek.
“Waktu itu dibilang postur saya pendeklah. Enggak mungkin-lah ini Apri jadi pemain, orang pendek,” kata Apriyani.
“Banyak yang menyebut seperti itu, tapi papa sama mama saya bilang terus jalan,” tambah Apriyani Rahayu.
5. Pernah Menjual Sayur
Selain pernah gadai perhiasan, atlet muda andalan Indonesia ini juga pernah menjual sayur untuk menambah uang jajannya. Kegigihan dan semangat Apriyani Rahayu memang sudah terlihat sejak kecil hingga kini dirinya selalu semangat ketika hadapi lawan di lapangan bulu tangkis.
“Di rumah itu ada, apa, Mama saya itu suka tanam-tanam cabai rawit, tanam-tanam sayur kaya gitu-gitu, jagung. Nah itu di belakang rumah kan luas tu, dipetik-petikin sama Mama saya terus diiket, terus Mama saya bilang gini, "Ani, kan kau tidak ada uang jajan, ini kau pergi jual ini sayur. Jadi gitu," ungkap atlet berusia 23 tahun itu.
Advertisement
6. Sempat Tidak Diterima
Perjuangan Apriyani Rahayu tak sampai disitu. Saat bertolak ke Jakarta ia sempat ditolak oleh Icuk Sugiarto. Apriyani pun menceritakan dengan detail setiap detail langkahnya saat sampai di Jakarta.
“Saya ke Jakarta, pas ke Jakarta, saya sama pengurus saya yang merhatiin saya. Kan gini ceritanya, pengurus saya ini punya teman, punya teman di Jakarta. Pengurus saya ini namanya pak Akib. Pak Akib punya teman namanya Pak Yuslan. Kerja enggak tahu kerja di mana. Temenan sama om Icuk Sugiarto. Jadi Pak Yuslan mengusulkan-lah,” tutur Apriyani.
“Sempat tidak diterima, tetapi pengurus saya Pak Akib meminta, memohon untuk bisa diterima. Coba lihat dulu anak ini selama 3 bulan. Kalau dia ada kenaikan, ada perkembangan, dia boleh masuk,” tambah Apriyani.
“Dan sudah dijelaskan sama Pak Akib, Mas Icuk ini anaknya orang biasa, orang enggak berada. Dia enggak bisa bayar selama selama latihan di sini. Setelah 3 bulan, ada perkembangan 3 bulan itu, pada akhirnya saya kaya gratis latihan, gratis nyuci,” kata Apriyani.
7. Ibunda Meninggal Dunia Saat Berlaga
Kesuksesan Apriyani di dunia bulu tangkis dan menjadi atlet andalan Indonesia tentunya tak lepas dari perjuangan dan doa orang tuanya. Sang ibu, Siti Jauhar bekerja keras untuk membelikan Apriyani raket dan shuttlecock yang layak untuk buah hatinya.
Tak hanya itu, Apriyani juga punya kisah pilu di mana ia harus menerima kabar bahwa sang ibunda meninggal dunia saat ia bertanding.
“Ibu Siti Jauhar meninggal saat Apriyani berusia 16 tahun. Saat itu, Apriyani sedang berlaga pada satu kejuaraan junior di Lima, Peru. Mendengar kabar ibunya meninggal, Apriyani keluar lapangan sebentar. Lalu dia kembali ke lapangan, bertarung habis-habisan, dan menjadi juara,” tulis pemilik akun Twitter @ainurohman pada (2/8/2021).
Advertisement