Sukses

Sudut Pandang Adalah Pandangan yang Digunakan Pengarang, Pahami Pengertiannya

Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita fiksi kepada pembaca.

Liputan6.com, Jakarta Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita fiksi kepada pembaca. Sederhananya, sudut pandang adalah ara penulis dalam memandang atau menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang merujuk pada sebuah cerita yang dikisahkan.

Sudut pandang pengarang sering kita jumpai pada karya sastra berupa novel ataupun cerpen. Dalam menentukan sudut pandang, penulis harus benar-benar memperhitungkan bentuk dan kehadirannya. Sebab, sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian sebuah cerita.

Sementara itu, point of view atau sudut pandang adalah sebuah teknik bercerita yang akan menimbulkan ‘rasa’ yang berbeda pada alur dan cara penyampaian cerita. Sudut pandang adalah unsur yang cukup krusial dan kunci kesukesan cerita. Sebab, dalam sudut pandang terdapat visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.

Berikut ini ulasan mengenai pengertian sudut pandang menurut para ahli beserta jenis-jenis dan contohnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (13/10/2021).

2 dari 4 halaman

Pengertian Sudut Pandang Menurut Para Ahli

Secara umum, sudut pandang adalah teknik, strategi, dan siasat yang dengan sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ide dalam cerita. Namun, ada pendapat lain mengenai pengertian sudut pandang menurut para ahli berikut ini:

Menurut Aminudin (1995:90)

Sudut pandang adalah cara seorang pengarang menampilkan para tokoh atau pelaku dalam dongeng yang disampaiakan atau dipaparkan.

Menurut Heri Jauhari (2013:54)

Sudut pandang disebut dengan sentra narasi yaitu penentu corak dan gaya cerita. Watak dan kepribadian dari pencerita akan banyak menentukan dongeng yang disajikan kepada pembaca. Keputusan seorang pengarang dalam hal menentukan siapa yang menceritakan kisah menentukan apa yang terdapat dalam cerita. Apabila pencerita berbeda, detail-detail dongeng yang dipilih nantinya juga akan berbeda.

Menurut Atar Semi (1988:51)

Sudut pandang adalah posisi dan penobatan diri seorang pengarang dalam ceritanya, atau dari mana seorang pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah cerita.

Menurut Montaqua dan Henshaw (1966:9)

Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa yang menentukan struktur gramatikal narati dan siapa yang menceritakan. Siapa yang menceritakan dongeng ialah hal yang begitu penting, dalam menentukan apa yang ada dalam cerita, pencerita yang berbeda juga akan melihat benda-benda secara berbeda.

Menurut Atar Semi (1988:57-58)

Sudut pandang adalah titik kisah yang merupakan penempatan dan posisi pengarang dalam ceritanya. Dia juga mengemukakan titik kisah terbagi menjadi 4 jenis yaitu pengarang sebagai tokoh, pengarang sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai orang ketiga, dan pengarang sebagai narator atau pemain.

3 dari 4 halaman

Jenis-Jenis Sudut Pandang dan Contohnya

Berikut ini 4 jenis sudut pandang dan contohnya yang perlu Anda ketahui, yaitu:

1. Sudut Pandang Orang Pertama

Jenis sudut pandang yang pertama adalah sudut pandang orang pertama. Biasanya, jenis sudut pandang ini menggunakan kata ganti "saya" atau "aku" atau juga "kami". Sederhananya, saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda seakan-akan menjadi tokoh dalam cerita tersebut.

Selain itu, penulis yang membuat cerita juga masuk ke dalam tokoh sentral. Bisa dikatakan, semua yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, serta kejadian tokoh "aku" lakukan akan digambarkan melalui cerita tersebut. Sehingga, ia akan menjadi pusat kesadaran dari sebuah cerita.

Contoh jenis sudut pandang orang pertama, yaitu:

Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah)

2. Sudut Pandang Orang Kedua

Lazimnya, sebuah karya sastra menggunakan jenis sudut pandang persona pertama dan ketiga. Secara faktual, jenis sudut pandang dalam cerita orang kedua hanya sekedar sebagai selingan. Bisa dikatakan, jenis sudut pandang orang kedua menggunakan gaya "kau" sebagai variasi cara memandang tokoh aku dan dia.  

Pemahaman lain dari jenis sudut pandang orang kedua, narator berbicara kepada ANDA. Ini tidak terlalu umum dalam fiksi, kecuali narator mencoba berbicara dengan pembaca secara pribadi. Jenis sudut pandang orang kedua sebagian besar terlihat dalam puisi, pidato, penulisan instruksional, dan artikel persuasif.

Contoh jenis sudut pandang yang orang kedua, yaitu:

Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. (Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank)

4 dari 4 halaman

Jenis-Jenis Sudut Pandang dan Contohnya

3. Sudut Pandang Orang Ketiga

Selain menggunakan jenis sudut pandang orang pertama dan kedua, penulis juga bisa menggunakan jenis sudut pandang orang ketiga saat menulis cerita. Adapun teknik jenis sudut pandang dalam cerita orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti "dia", "ia", atau nama tokoh dalam bentuk jamak "mereka".

Perbedaan penggunaan jenis sudut pandang orang pertama dan ketiga terletak pada kebebasan peran di dalam cerita. Di mana jenis sudut pandang orang pertama, penulis bisa menjadi sosok dirinya di dalam cerita, tetapi hal ini tidak berlaku untuk sudut pandang orang ketiga.

Jika narator adalah karakter dalam cerita, maka pembaca akan membaca apa yang dia amati ketika cerita itu terungkap. Narator ini memiliki tiga kemungkinan perspektif dari jenis sudut pandang orang ketiga. Berikut ini penjelasannya, yaitu:

a. Terbatas - Pada jenis sudut pandang orang ketiga terbatas, narator hanya melihat apa yang ada di depannya, penonton peristiwa ketika mereka terbuka dan tidak dapat membaca pikiran karakter lain.

b. Mahatahu - Seorang narator mahatahu melihat semua, sama seperti dewa yang tahu semua jenis. Dia melihat apa yang dilakukan masing-masing karakter dan dapat melihat ke dalam pikiran masing-masing karakter. Jenis sudut pandang dalam cerita ini biasa terjadi pada karakter eksternal, yang berdiri di atas, menonton aksi di bawah ini (bayangkan seseorang dengan bola kristal, mengintip ke dalam).

c. Mahatahu Terbatas - Jenis sudut pandang orang ketiga yang mahatahu terbatas hanya dapat melihat ke dalam pikiran satu karakter. Dia mungkin melihat peristiwa lain terjadi, tetapi hanya tahu alasan tindakan satu karakter dalam cerita. 

Contoh jenis sudut pandang orang ketiga, yaitu:

“Ibrahim?!” “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…” Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. (Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah)

4. Sudut Pandang Campuran

Jenis sudut pandang lainnya adalah sudut pandang campuran. Pada sudut pandang campuran, penulis bisa menggabungkan antara jenis sudut pandang dalam cerita pertama dan ketiga. Salah satu ciri dari jenis sudut pandang dalam cerita ini adalah penulis bisa masuk ke dalam cerita (bukan sebagai tokoh utama) dan ada saatnya berada di luar cerita menjadi orang biasa.

Contoh jenis sudut pandang campuran, yaitu:

Kami adalah sebuah keluarga sederhana, tetapi perasaan kami memiliki satu sama lain. Dan itu merupakan ketahanan yang kuat bagi kami. Namaku adalah Bejo, aku adalah bagian kecil dari keluarga sederhana itu. Meskipun terkadang merasa sulit menerima kehidupan ini, karena kadang kala aku merasa ingin hidup seperti mereka. Seperti keluarga Toni yang selalu hidup dengan kecukupan yang lebih. Bahkan Toni tak perlu lagi bekerja karena dia merasa tercukupi oleh kemewahan yang ada. Tetapi aku merasa berbeda, aku pun tidak ingin menjadi seperti Toni yang selalu mengandalkan harta keluarganya. Aku dan keluargaku diajari untuk hidup bersyukur dengan apa yang kami miliki.