Sukses

6 Indikator COVID-19 yang Harus Diperhatikan dalam Mengantisipasi Nataru dan Varian Omicron

Ada 6 indikator COVID-19 yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi lonjakan kasus karena Nataru dan varian Omicron ini.

Liputan6.com, Jakarta Indikator COVID-19 perlu diperhatikan lagi dalam mengantisipasi libur Natal dan Tahun Baru. Pasalnya, periode ini memiliki potensi menyebabkan lonjakan kasus karena aktivitas dan mobilitas masayarakat selama liburan.

Hal ini ditambah lagi dengan tantangan selanjutnya, yaitu merebaknya varian Omicron di beberapa negara. Meskipun kondisi COVID-19 di Indonesia saat ini sedang terkendali, diperlukan persiapan dan pemantauan kondisi tersebut dari berbagai aspek. 

Ada 6 indikator COVID-19 yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi lonjakan kasus karena Nataru dan varian Omicron ini. Keenam indikator tersebut di antaranya adalah kasus aktif, bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit dan wisma atlet, kepatuhan protokol kesehatan (prokes), Rt atau angka reproduksi efektif, mobilitas penduduk, hingga cakupan vaksinasi.

Keenam indikator ini disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Berikut Liputan6.com rangkum dari covid.19.go.id, Jumat (3/12/2021) tentang indikator COVID-19 yang harus diperhatikan dalam mengantisipasi Nataru dan varian Omicron.

2 dari 3 halaman

Indikator COVID-19 yang Harus Diperhatikan dalam Mengantisipasi Nataru dan Varian Omicron

1. Kasus Aktif 

Kasus aktif menjadi indikator pertama yang perlu benar-benar diperhatikan. Meskipun saat ini kasus mingguan mengalami penurunan, namun jika dilihat pada kasus aktif ternyata sempat mengalami peningkatan selama 4 hari berturut-turut. Data menunjukkan, kenaikan pada 23 ke 24 November 2021. Angkanya dari sekitar 7.900 menjadi 8.000, kemudian di hari berikutnya meningkat lagi menjadi sekitar 8.000 dan terakhir meningkat menjadi 8.200 pada 27 November. Bahkan di Jawa Bali, peningkatan terjadi selama 6 hari berturut-turut, dari 23 November sekitar 3.600 kasus, hingga 28 November sekitar 3.800 kasus aktif.

2. BOR Ruang Isolasi di RS Rujukan

Selain itu, indikator yang tak kalah penting diperhatikan adalah BOR ruang isolasi di RS rujukan. Pasalnya, angkanya sempat meningkat pada 2 hari terakhir, dari 2,94% menjadi 3,07%. BOR di wisma atlet juga meningkat di bulan November, dari 1,76% menjadi 2,2%. Meskipun peningkatan yang terjadi terbilang kecil, namun tetap perlu diwaspadai karena peningkatan BOR mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan treatment pada gejala sedang-berat.

3. Rt atau Angka Reproduksi Efektif

Rt atau angka reproduksi efektif juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan. Meskipun saat ini angkanya masih dibawah 1, namun perlu diwaspadai trennya dalam 5 minggu terakhir meningkat dari 0,96 menjadi 0,98. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat pulau yang angkanya mendekati 1. Hampir semua pulau mengalami kenaikan kecuali Maluku yang mengalami penurunan dan Nusa Tenggara dengan nilai Rt tidak berubah. Rt di tingkat pulau saat ini berkisar antara 0,95-0,99.

3 dari 3 halaman

Indikator COVID-19 yang Harus Diperhatikan dalam Mengantisipasi Nataru dan Varian Omicron

4. Mobilitas Penduduk 

Indikator berikutnya yang juga penting, adalah mobilitas penduduk. Dari data, mobilitas kereta api meningkat 5 kali lipat dalam 5 bulan terakhir. Jumlah perjalanan per Juli lalu sekitar 100 ribu perjalanan, sedangkan November ini meningkat hampir mencapai 600 ribu. Mobilitas dengan pesawat terbang juga meningkat mencapai 350% dalam 5 bulan terakhir. Per Juli lalu, jumlah perjalanan sekitar 350 ribu, sedangkan per November meningkat hingga sekitar 1,6 juta penerbangan.

5. Kepatuhan Protokol Kesehatan

Indikator selanjutnya ialah kepatuhan protokol kesehatan. Idealnya, peningkatan aktivitas masyarakat harus diikuti dengan peningkatan kepatuhan protokol kesehatan. Namun, data di minggu terakhir menunjukkan sebaliknya. Cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker dan menjaga jarak mengalami penurunan.

Rinciannya, cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker turun dari 76,42% menjadi 74,91%, sedangkan menjaga jarak turun dari 78,60% menjadi 77,69%. Jumlah laporan desa/kelurahan yang dipantau juga terus mengalami penurunan, dari sekitar 21 ribu desa/kelurahan pada bulan Juli, menjadi hanya 9 ribu per minggu ini.

6. Cakupan dan Laju Vaksinasi 

Indikator terakhir, ialah angka cakupan dan laju vaksinasi. Datanya menunjukkan penurunan jumlah suntikan harian selama 4 minggu terakhir. Sebagai catatan, meskipun  capaian dosis 1 vaksin hampir 70%, namun capaian dosis 2 baru mencapai 45%. Melihat pembelajaran dari negara lain, menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kasus tetap berpotensi terjadi bahkan di negara-negara dengan cakupan dosis 2 yang tinggi.