Sukses

3 Cara Mencegah Infeksi Varian Omicron Versi CDC, Perlu Vaksin Booster

Inggris pada 13 Desember 2021 melaporkan setidaknya ada satu pasien terinfeksi varian Omicron meninggal dunia. Bagaimana cara mencegah infeksinya?

Liputan6.com, Jakarta Pada penelitian data awal diungkap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Omicron lebih cepat menular daripada varian Delta dan menyatakan varian Omicron dapat melemahkan vaksin COVID-19 yang tersedia. WHO juga menyatakan varian Omicron telah menyebar setidaknya ke 63 negara sesuai data tertanggal 9 Desember 2021. 

Inggris melalui Perdana Menteri Boris Johnson pada 13 Desember 2021 mengutip Reuters, telah melaporkan setidaknya ada satu pasien terinfeksi varian Omicron meninggal dunia. Johnson juga memperingatkan varian Omicron sekarang sudah menyumbang 40 persen dari infeksi di Ibu Kota Inggris.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention, disingkat CDC) melalui keterangan tertulisnya pada 13 Desember 2021, memberikan tiga rekomendasi cara mencegah infeksi varian Omicron. Mendapat suntikan vaksin dosis ketiga atau vaksin booster, taat menggunakan masker, dan rutin melakukan tes COVID-19.

Berikut Liputan6.com ulas cara mencegah infeksi varian Omicron versi CDC lebih dalam, Selasa (14/12/2021).

2 dari 3 halaman

Cara Mencegah Infeksi Varian Omicron Versi CDC

1. Melakukan Vaksinasi COVID-19

Cara mencegah infeksi varian Omicron yang paling utama dan paling baik adalah melakukan vaksinasi COVID-19. Vaksinasi dapat membantu memperlambat penularan dan mengurangi kemungkinan munculnya varian baru karena mutasinya. Sejauh ini, ilmuwan meyakini vaksin COVID-19 masih sangat efektif mencegah penyakit menjadi parah, mengurangi rawat inap, dan mencegah kematian.

CDC merekomendasikan usia 18 tahun ke atas harus mendapatkan vaksin dosis ketiga atau vaksin booster setidaknya dua bulan setelah vaksin awal dengan jenis J&J (Johnson & Johnson ). Kemudian setidaknya enam bulan setelah vaksin awal dengan seri jenis vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna. Sementara usia 5 tahun ke atas, oleh CDC direkomendasikan mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap (dua dosis).

Penelitian terbaru yang dikeluarkan peneliti Universitas Oxford pada 13 Desember 2021 melalui CNBC, diungkap dua dosis (vaksin lengkap) AstraZeneca dan Pfizer-BionTech kurang efektif. Riset dilakukan dengan menguji sampel darah subjek selama 28 hari, setelah dosis kedua disuntik. Akan tetapi, para peneliti optimis suntikan ketiga atau vaksin booster bisa meningkatkan kekebalan terhadap varian Omicron yang memiliki kemampuan penularan tinggi.

2. Taat Menggunakan Masker

Cara mencegah infeksi varian Omicron yang kedua adalah selalu menggunakan masker di tempat umum dan di dalam ruangan dengan substansial tinggi. CDC merekomendasikan cara mencegah infeksi COVID-19 ini dengan menyesuaikan kebutuhan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masker medis tiga lapis yang baik adalah terdiri dari lapisan luar yang kedap air (bagian depan), lapisan penyaringan dengan densitas tinggi (bagian tengah), dan lapisan penyerap cairan berukuran besar untuk menyerap cairan keluar ketika batuk atau bersin (bagian dalam).

Anjuran CDC, cara mencegah infeksi COVID-19 adalah mengupayakan untuk menggunakan masker dobel. Masker bedah atau medis di dalam dan masker kain di luar. Para ahli percaya teknik penggunaan masker seperti ini akan meningkatkan efektivitas filtrasi masker dan memblokir hampir 80 persen partikel.

3. Rutin Melakukan Tes COVID-19

Cara mencegah infeksi varian Omicron ketiga adalah direkomendasikan oleh CDC rutin melakukan tes COVID-19. Hal yang sama diungkap oleh Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky menyebutkan jika tes untuk mendeteksi varian Omicron tetap menggunakan PCR.

"Ini juga sesuai rekomendasi WHO, cukup PCR. Kalau memang PCR tidak mendeteksi Gen S atau Gen S-nya drop out, ya itu Omicron. Itu sederhananya begitu saja," terang Dicky melansir Merdeka.

CDC menegaskan penting memahami dan menerapkan tiga macam cara mencegah infeksi varian Omicron yang sudah disebutkan sebelumnya, sampai para peneliti mengetahui lebih banyak tentang risiko varian Omicron.

3 dari 3 halaman

Gejala Awal Varian Omicron

Praktisi swasta dan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee, melalui Reuters mengungkap sesuai data temuan awal pada 18 November 2021, ada tujuh pasien terinfeksi varian baru COVID-19, virus Omicron dengan gejala sangat ringan.

Varian Omicron disebut rentan menginfeksi anak muda yang belum mendapat vaksinasi COVID-19.

"Keluhan klinis yang paling dominan adalah kelelahan yang parah selama satu atau dua hari. Dengan mereka, sakit kepala dan tubuh pegal-pegal," ungkap Coetzee.

Berikut gejala awal varian Omicron yang diungkap Coetzee:

1. Merasa Sangat Lelah

Gejala varian Omicron yang sedang menjadi perhatian masyarakat di seluruh dunia, khususnya Indonesia sangat berbeda dengan varian Delta. Dijuluki memiliki gejala sangat ringan, penderita yang terinfeksi varian Omicron akan merasakan kelelahan ekstrem atau sangat lelah.

2. Nyeri Tubuh dan Sakit Kepala

Penelitian mengenai gejala varian Omicron ini diungkap oleh Coetzee yang mendapati seorang pasien melaporkan infeksi di Kliniknya. Gejala varian Omicron yang menjadi ciri khas adalah penderita akan merasakan kelelahan ekstrem selama 2 hari berturut-turut disertai rasa nyeri di tubuh dan sakit kepala.

3. Tidak Kehilangan Indra Penciuman

Persis seperti yang dijelaskan sebelumnya, berbeda dengan varian Delta. Gejala varian Omicron sejauh ini bagi pasien yang terinfeksi tidak kehilangan indra penciuman atau rasa. Begitu pula gejala varian Omicron masih terpantau, tidak ada penurunan besar pada saturasi oksigen.

Inilah yang menjadikan gejala varian Omicron dijuluki sangat ringan, beberapa pasien terinfeksi mungkin tak menyadarinya. Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, Coetzee dalam kesempatan sama mengungkap belum ada pasien yang melaporkan kasus infeksi dengan kehilangan indra penciuman.

4. Suhu dan Denyut Nadi Tinggi

Ada satu gejala varian Omicron yang cukup mengejutkan dan ini terjadi pada anak-anak. Pada kasus infeksi yang sudah terjadi, Coetzee menceritakan anak usia enam tahun mengalami suhu tubuh dan denyut nadi yang sangat tinggi.

“Saya bingung apakah saya harus merujuknya, tapi ketika saya memantaunya dua hari kemudian dia jauh lebih baik," jelas Coetzee.

5. Menyerang Anak Muda

Waspadai bagi anak muda yang belum divaksin, dari kebanyakan kasus infeksi dan pasien bergejala varian Omicron hampir setengahnya dilaporkan belum mendapat vaksinasi COVID-19. Masih melansir sumber yang sama, varian baru Omicron sangat berisiko bagi usia 40 tahun atau lebih muda.