Liputan6.com, Jakarta Menggelar acara pernikahan bukan hanya menyangkut soal keinginan kedua mempelai pengantin. Tentu diperlukan adanya restu dari orangtua kedua belah pihak. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia justru akan sulit dan terbebani ketika tidak ada restu dari kedua orangtua.
Seperti kisah yang dialami oleh seorang wanita yang berusia 24 tahun ini. Semua rencana pernikahannya harus menemui batu besar karena sang ibu tidak merestui pernikahannya karena sebuah alasan.Â
Baca Juga
Dilansir dari Bored Panda, cerita muncul beberapa waktu lalu tentang pengantin tunarungu yang mengatur pernikahan untuk sebagian besar tamu yang juga tunarungu. Karena itu, ia memutuskan untuk mengadakan upacara pernikahan dalam bahasa isyarat.
Advertisement
Namun, sang ibu yang mempunyai keluarga dengan anggota sebagian besar tidak tuli tak setuju akan hal tersebut. Simak ceritanya yang Liputan6.com lansir dari Bored Panda, Senin (3/1/2022).
Tidak Diajari Bahasa Isyarat Saat Masih Kecil
Pengguna Reddit berakun Academic-Nose-9239, menyebut bahwa dirinya seorang wanita tunarungu berusia 24 tahun. Sejak kecil, dia mendapatkan implan koklea bilateral dan dipaksa untuk selalu datang ke sekolah umum.
Di sekolah umum tersebut, ia tidak pernah diajari bahasa isyarat. Tidak sekali pun diperkenalkan atau dibenamkan ke dalam budaya tunarungu. Meskipun orangtuanya tidak ingin dia menerima kondisinya, namun hal itu tetap tidak dapat dihindari.
Wanita itu tetap belajar ASL dan diterima di universitas tunarungu, memungkinkan dia untuk merasa lebih dalam mempelajari elemennya. Dia bahkan bertemu suaminya sekarang di sana. Dan ternyata, sang suami berasal dari keluarga tunarungu yang sangat besar.
Advertisement
Melarang Putrinya Gelar Pernikahan Pakai Bahasa Isyarat
Semua tampak baik-baik saja saat kedua mempelai menggelar pesta pernikahan dalam hidup mereka. Karena banyak tamu tunarungu, dan lebih nyaman baginya tanpa alat bantu dengar, maka diputuskan untuk mengadakannya dengan bahasa isyarat.
Namun, saat ibu mempelai wanita mendapat undangan, dia mulai mengirim SMS dan marah-marah. Ibunya mencoba meyakinkan putrinya untuk beralih ke bahasa Inggris dan menjadikan ASL sebagai bahasa yang ditafsirkan. Argumennya adalah bahwa ini adalah Amerika dan bahasa utamanya harus bahasa Inggris.
Komentar Warganet
Kisah yang dibagikannya di komunitas online itu telah mendapat 21,3 ribu suara positif dan 3ribu komentar. Sebagian besar warganet mengatakan bahwa wanita tunarungu itu tidak salah jika menggelar acara pernikahan dengan bahasa isyarat.
Sementara itu, warganet lain mengatakan bahwa itu adalah pernikahan anaknya, ibu seharusnya sudah belajar bahasa isyarat sekarang. Komentar lainnya juga menyebut tentang sikap buruk sang ibu yang memperlakukan putrinya secara tidak adil.
Â
Advertisement