Sukses

Unik, Pasangan Pengantin Ini Gelar Acara Pernikahan Berkonsep Ramah Lingkungan

Pernikahan bisa sangat boros dan di akhir acara akan banyak sampah yang dihasilkan. Begini solusi dari pasangan pengantin pecinta lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta Pasangan pengantin asal Malaysia, Tejasvini Shanmuganathan dan Shatish Rao memiliki ide dan konsep untuk membuat pernikahan mereka bebas dari sampah. Mereka menentang gagasan pemborosan makanan dan penggunaan plastik. Jadi, kedua sejoli itu memutuskan untuk memprioritaskan prinsipnya selama acara pernikahan. 

Dengan tema "pernikahan hijau", orang akan berpikir bahwa pasangan pengantin itu telah menghabiskan banyak uang untuk pernikahan mereka. Tetapi, semua itu jauh dari kebenaran. Faktanya, pasangan yang sama-sama berusia 29 tahun itu menghabiskan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pernikahan pada umumnya.

"Teman-teman dan anggota keluarga kami melangkah dan mengambil banyak peran mulai dari perencanaan, mendekorasi bait suci tempat kami mengadakan pernikahan dan bahkan menyajikan makanan," kata salah satu pengantin, dilansir Liputan6.com dari World of Buzz, Selasa (11/1/2022).

2 dari 4 halaman

Lebih hemat

Pasangan pecinta lingkungan itu tidak mengeluarkan biaya yang tidak perlu seperti pemotretan pre-wedding, sewa mobil mewah, dan pakaian serta aksesoris mahal yang hanya akan dipakai sekali. Mereka juga memutuskan untuk tidak mengundang rombongan musik live pernikahan. Mereka mengunduh musik dari YouTube dan memutarnya di speaker.

Terlebih lagi, pengantin wanita bahkan merias wajahnya sendiri karena tidak ada penata rias yang dia hubungi. Ia ingin melakukan riasan minimalis dan natural seperti yang dia impikan. Jadi, dia belajar bagaimana melakukannya sendiri.

3 dari 4 halaman

Upaya pengantin menyelamatkan lingkungan

Pasangan ini menjalani prosesi pernikahan di sebuah kuil kecil di Simpang Renggam, Johor. Selama acara pernikahan, berikut adalah beberapa upaya mereka untuk membuat pernikahan seramah lingkungan mungkin.

Piring dan peralatan makan biodegradable yang terbuat dari daun pinang dan tepung jagung, kantong plastik fotodegradable, kartu pernikahan yang bisa ditanam yang akan tumbuh menjadi bunga marigold dan undangan elektronik, hingga panggung pernikahan menggunakan daun palem dan daun lainnya dari hutan terdekat.

"Kami mungkin belum 100% ramah lingkungan, tetapi kami mencoba yang terbaik!" kata salah satu pengantin, seperti dilansir dari World of Buzz.

Mereka juga menjelaskan tentang makanan, pasangan ini memastikan bahwa tidak ada daging tiruan atau bahan makanan olahan di semua 16 hidangan dan itu 100% berasal dari tumbuhan.

4 dari 4 halaman

Tidak harus ikuti tren

Terakhir, pasangan ini mengatakan bahwa upaya kecil di pihak mereka untuk lebih ramah lingkungan mungkin tidak mengurangi gas rumah kaca atau polutan tetapi mereka berharap hal itu akan menyebabkan 'butterfly effect' yang positif bagi lingkungan saat ini dan terhadap generasi mendatang.

"Melalui pernikahan kami, kami berharap dapat mengirimkan pesan bahwa mungkin untuk memiliki pernikahan yang sederhana tanpa mengorbankan tradisi dan adat; pernikahan harus dilakukan sesuai dengan preferensi pasangan dan bukan dengan mengikuti tren," tutur mempelai pengantin.