Sukses

6 Kombinasi Terbaru Vaksin Booster Covid-19, Sudah Disetujui BPOM

BPOM telah menyetujui penggunaan 6 daftar kombinasi vaksin booster Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM RI kembali menambahkan daftar kombinasi jenis vaksin booster. Total ada enam jenis vaksin booster Covid-19 yang bisa diberikan kepada usia 18 tahun ke atas yang sudah divaksinasi lengkap atau dua dosis lebih dari enam bulan.

Kepala Badan POM Penny K. Lukito mengatakan BPOM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan dua kombinasi vaksin booster Covid-19. 

"BPOM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk 2 (dua) regimen booster heterolog pada vaksin COVID-19 yaitu vaksin Pfizer dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca serta vaksin AstraZeneca dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh/full dose untuk vaksin primer Pfizer (full booster dose)," kata Penny dalam keterangan tertulis, Senin (17/1/2022).

Kedepannya BPOM disebut akan secara bertahap memberikan tambahan kombinasi vaksin booster Covid-19. Bukan tidak mungkin, daftarnya akan terus bertambah sesuai pengajuan dan ketersediaan data uji klinik yang mendukung.

Berikut ini ulasan mengenai 6 kombinasi terbaru vaksin booster Covid-19, efek samping, dan efektivitasnya dari berbagai sumber, Senin (17/1/2022).

2 dari 4 halaman

Daftar Kombinasi Vaksin Booster Covid-19

Sebelumnya, BPOM sudah menyetujui 6 jenis booster homolog/heterolog, yakni;

1. Vaksin Primer (Dosis 1-2) Sinovac, akan mendapatkan vaksin booster ½ dosis Pfizer.

2. Vaksin Primer (Dosis 1-2) Sinovac, akan mendapatkan vaksin booster ½ dosis AstraZeneca.

3. Vaksin Primer (Dosis 1-2) AstraZeneca, akan mendapatkan vaksin booster ½ dosis Pfizer.

4. Vaksin Primer (Dosis 1-2) Pfizer, akan mendapatkan vaksin booster 1 dosis (full dose) AstraZeneca.

5. Vaksin Primer (Dosis 1-2) AstraZeneca, Pfizer atau Janssen, akan mendapatkan vaksin booster ½ dosis Moderna.

6. Vaksin Primer Sinovac dan Sinopharm, akan mendapatkan vaksin booster 1 dosis (full dose) Zivivax.

3 dari 4 halaman

Efek Samping Vaksin Booster Covid-19

1. Sinovac

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Sinovac berupa nyeri di tempat suntikan, kemerahan, dan tingkat keparahannya berada di grade 1 dan 2. Ditambahkan, efek samping vaksin booster Sinovac adalah menyebabkan diare dengan kasus 1-1,5 persen. Sedangkan untuk efektivitasnya, BPOM RI menegaskan, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster Sinovac, menunjukkan peningkatan titer-antibodi netralisasi 21 sampai 35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada subjek dewasa.

2. Pfizer

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Pfizer berupa nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, demam dengan grade 1 sampai 2. Data menunjukkan keamanan dari kejadian tidak diinginkan atau aman dari efek samping vaksin booster yang parah. Sedangkan untuk efektivitasnya, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster Pfizer menunjukkan nilai rata-rata titer-antibodi netralisasi setelah satu bulan sebesar 3,3 kali.

Efektivitas jenis vaksin booster Pfizer sesuai data analisis yang dilakukan menunjukkan, capaiannya sampai 95 persen. Analisis ini diterbitkan pada November 2020 oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer bersama perusahaan asal Jerman, BioNTech.

3. AstraZeneca

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster AstraZeneca bersifat ringan dan sedang. Ringan lebih besar 55 persen dan sedang mencapai angka 37 persen. Data keamanan menunjukkan hasil yang dapat ditoleransi dengan baik. Sementara setelah disuntikkan pada masyarakat, efek samping vaksin booster AstraZeneca yang umum dilaporkan adalah nyeri di area suntikan, sakit kepala, kelelahan, myalgia, malaise, demam, tubuh menggigil, mual dan artralgia (nyeri atau kaki pada sendi).

Sedangkan untuk efektivitasnya, BPOM RI menegaskan, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster AstraZeneca menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer-antibodi dari 1.792 menjadi 3.000-an, jadi sekitar 3,5 kali. Efektivitas jenis vaksin booster AstraZeneca diungkap mencapai 79 persen efektif melawan gejala Covid-19 dan 100 persen efektif mencegah penderita mengalami sakit parah. Uji coba efektivitas ini dilakukan di Amerika Serikat dengan partisipasi relawan lebih dari 32.000 orang pada Maret 2021.

 

4 dari 4 halaman

Efek Samping Vaksin Booster Covid-19

4. Moderna

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Moderna berupa sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, dan rasa nyeri di tempat penyuntikkan. Dalam laporannya, uji klinis vaksin Moderna dilakukan pada 30 ribu orang.

Sementara saat sudah digunakan pada masyarakat, efek samping vaksin booster Moderna yang umum dilaporkan adalah alergi seperti kesulitan bernapas, bengkak pada wajah dan tenggorokan, detak jantung cepat, ruam merah, pening dan lemah, myocarditis, pericarditis (inflamasi pada lapisan jantung).

Sedangkan untuk efektivitasnya, BPOM RI mengungkap, jenis vaksin booster Moderna menunjukkan respons imun antibodi netralisasi sebesar 13 kalinya setelah pemberian dosis booster. Respon ini berlaku pada subjek dewasa dengan usia 18 tahun ke atas.

Efektivitas jenis vaksin booster Moderna dinyatakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mencapai 94 persen dalam laporan yang dirilis pda Desember 2020. FDA juga melaporkan kemanjuran vaksin bervariasi pada usia penerima. Mereka yang berusia 18 sampai 64 tahun akan mendapatkan efektivitas hingga 95,6 persen. Sementara, mereka yang berusia 65 tahun ke atas mendapatkan perlindungan dari vaksin Moderna hingga 86,4 persen.

5. Zivivax

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Moderna berupa sistemik paling sering dilaporkan yakni, sakit kepala, kelelahan, dan demam. Sedangkan untuk efektivitasnya, jenis vaksin booster Zivivax meningkatkan antibodi jauh lebih tinggi. Hasil penelitian yang diungkap pada Desember 2021 oleh Direktur Pemasaran dan Kemitraan PT JBio DR dr Chairuddin Yunus MKes, menunjukkan booster secara heterolog dengan Zifivax memiliki tingkat neutralizing antibody terhadap original wuhan strain sebesar 1,6 kali lebih tinggi, bahkan terhadap varian Delta dan varian Beta jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 2,4 kali lipat.