Liputan6.com, Jakarta Jaringan internet yang stabil tentunya akan membuat pekerjaan yang sedang dijalani menjadi lancar. Namun sayangnya, tak semua orang bisa merasakan kestabilan jaringan internet karena pada beberapa titik jaringan internet tidak tersedia.
Ketika jaringan internet tidak tersedia, seseorang tentunya harus mencari tempat yang lebih tinggi untuk menangkap sinyal internet. Bahkan seseorang rela mendaki bukit agar bisa mendapatkan sinyal jaringan internet yang stabil.
Advertisement
Baca Juga
Remaja berusia 19 tahun asal Malaysia harus rela mendaki bukit dan menempuh perjalanan selama dua jam untuk mendapatkan sinyal internet yang lancar demi bisa mengikuti wawancara online masuk perguruan tinggi.
Dengan bantuan sang ayah, tempat wawancara remaja tersebut didesain dengan apik agar jadi lebih menarik. Kelancaran jaringan internet adalah salah satu hal penting agar wawancara masuk perguruan tinggi berjalan lancar.
Kisah perjuangan pria yang rela tempuh perjalanan dua jam untuk mendaki bukit demi bisa ikut wawancara ini dilansir Liputan6.com dari laman Malaymail , Jumat (18/2/2022).
Mendaki Bukit 2 Jam Demi Bisa Wawancara
Saat masa pandemi Covid-19, kelancaran jaringan internet adalah hal utama yang harus diperhatikan. Pasalnya jika jaringan internet tidak lancar tentunya akan menghambat pekerjaan, aktivitas perkuliahan bahkan tahapan penerimaan kerja dan masuk universitas.
Kelancaran jaringan internet saat wawancara penerimaan kerja atau masuk universitas memang sangat penting. Oleh karenanya memastikan tempat wawancara online harus memadai agar tetap lancar tanpa sinyal terputus.
Belum lama ini viral remaja 19 tahun yang harus menempuh perjalanan selama 2 jam untuk mendaki bukit dengan bisa ikut wawancara masuk universitas dan mendapatkan sinyal jaringan internet yang stabil.
Video seorang calon mahasiswa yang laksanakan wawancara diatas bukit ini diunggah oleh pemilik akun Facebook Mario Sa, kakak dari remaja berusia 19 tahun itu.
Dalam video Facebook yang diunggah pada 14 Februari 2022 itu, remaja yang diketahui bernama Frank itu terlihat duduk di tikar bemban di gubuk darurat yang dibangun oleh sang ayah agar ia bisa ikut wawancara.
“Dia membawa tikar untuk duduk tapi celananya basah saat wawancara karena hujan deras tadi,” cerita Mario dilansir Liputan6.com dari Malaymail.
“Kakinya digigit lintah, tetapi dia terus mengikuti jejak orang lain yang telah mencapai kesuksesan dalam hidup mereka.” Tambah Mario, kakak remaja berusia 19 tahun itu.
Advertisement
Jaringan Internet Sulit
Mario Sa menjelaskan bahwa jaringan internet di desanya cukip sulit, sehingga harus menempuh perjalanan dua jam menuju bukit agar bisa mendapatkan jaringan internet yang lancar.
“Begitu sulitnya jangkauan jaringan di pedesaan. Kami harus menanggungnya dan sekaligus berharap pihak-pihak terkait dapat membantu menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Sebelumnya, tepatnya pada satu minggu sebelumnya, remaja tersebut juga menghadiri wawancara online yang berbeda dan harus melewati perjalanan selama dua jam untuk mendaki gunung.
Punya cita-cita jadi guru dan perjuangannya tidak mudah untuk ikut wawancara, remaja berusia 19 tahun ini tentunya berharap bisa lolos tahap wawancara tersebut.