Sukses

Ikhlas Artinya Melakukan Sesuatu karena Allah, Ini Penjelasan Lengkapnya

Ikhlas artinya melakukan sesuatu dengan mengharap ridha Allah semata dan tidak mengiringinya dengan pengharapan terhadap ridha dari selain Allah.

Liputan6.com, Jakarta Ikhlas merupakan kunci dalam beribadah. Melakukan segala sesuatu dengan ikhlas merupakan perbuatan terpuji. Dengan ikhlas seorang muslim belajar untuk mengikuti sunnah atau tuntunan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa ikhlas, terutama dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Perintah ini disampaikan Allah melalui firman-Nya dalam beberapa ayat Al-Quran, salah satunya yang tercantum dalam Surat Al A'raf ayat 92 berikut ini.

"Katakanlah, 'Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.'"

Lantas, apa arti ikhlas? Berikut ini ulasan mengenai arti ikhlas beserta penerapan dan cara meraihnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (7/3/2022).

2 dari 4 halaman

Arti Ikhlas Menurut Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ikhlas artinya bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas artinya memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Sementara itu, keikhlasan berarti sebuah kejujuran atau kerelaan.

Secara bahasa, ikhlas artinya bersih, suci, jernih, atau tidak ternoda. Sedangkan, secara istilah, ikhlas artinya sesuatu yang murni dan tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya. Sementara dalam Islam, seperti dikutip dari buku Ikhlas karya Dr. Umar Sulaiman al-Asygar ikhlas merupakan satu-satunya tujuan ibadah. Ikhlas adalah ajaran yang menjadi dasar diutusnya semua rasul Allah SWT. Ikhlas adalah inti dakwah para rasul.

Para ulama mendefinisikan ikhlas sebagai seluruh ibadah yang diniatkan kepada Allah SWT bukan yang lain. Al Raghib dalam kitabnya Mufradat mengatakan ikhlas adalah menyingkirkan segala sesuatu selain Allah. Sahl ibn Abdullah mengemukakan ikhlas adalah menjadikan seluruh gerak dan diam hanya untuk Allah SWT.

Pendapat lain dari Abu al Qasim al Qusyairi mengatakan bahwa orang yang ikhlas adalah yang berkeinginan untuk menegaskan hak-hak Allah SWT dalam setiap perbuatannya. Menurut dia, orang yang ikhlas akan berbuat sesuatu karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau sanjungan dari manusia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ikhlas artinya melakukan sesuatu dengan mengharap ridha Allah semata dan tidak mengiringinya dengan pengharapan terhadap ridha dari selain Allah. Sejatinya, ikhlas tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, karena ikhlas datangnya dari hati. Hanya Allah dan umat-Nya lah yang mengetahui keikhlasan tersebut.

3 dari 4 halaman

Cara Menerapkan Sikap Ikhlas

1. Ilmu Ikhlas dalam Salat

Sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW: “Tidaklah ada seorang muslim yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian menegakkan shalat dua rakaat dengan menghadirkan hati dan wajahnya (ikhlas), kecuali wajib bagi dia untuk masuk Al Jannah.” (HR. Muslim)

2. Ilmu Ikhlas dalam Berzakat

Zakat akan mengajari bagaimana kamu harus dilandasi dengan rasa ikhlas sebelum menunaikan zakat. Di antara konsekuensi kejujuran seseorang adalah hendaknya dia benar-benar ikhlas karena Allah SWT dalam amalannya tersebut.

3. Ilmu Ikhlas dalam Puasa Ramadan

Ketika menjalani puasa Ramadan, tentunya kamu akan belajar bagaimana menahan haus dan lapar sepanjang hari. Ilmu ikhlas adalah dasar penting untuk dalam menjalankan ibadah puasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata ikhlas mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al Bukhari, Muslim)

4. Ilmu Ikhlas dalam Ibadah Haji

Haji merupakan sebuah amalan mulia jika kita telah mampu dan dapat menjalankannya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah, dan dia tidak melakukan perbuatan kotor dan dosa dalam hajinya tersebut, maka dia kembali dalam keadaan seperti pada hari dia dilahirkan oleh ibunya (suci dan bersih dari dosa).” (HR. Al Bukhari, Muslim)

5. Ilmu Ikhlas dalam Syahadat

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah ada satu jiwa pun yang meninggal dalam keadaan bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan aku adalah Rasulullah yang itu semua kembali kepada hati seorang mukmin (ikhlas dari lubuk hatinya), kecuali Allah akan beri ampunan kepadanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, lihat Ash Shahihah, no. 2278)

4 dari 4 halaman

Cara Mendapatkan Sikap Ikhlas

Untuk menimbulkan rasa ikhlas dalam hati bukanlah hal yang mudah. Berikut adalah beberapa cara mendapatkan keikhlasan yang dapat membantu meningkatkan rasa ikhlas dalam hati, yaitu:

1. Banyak Berdoa

Cara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Kita bisa melihat bagaimana Nabi kita Muhammad SAW, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa,

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Dikutip dari muslim.or.id, Umar bin Khattab juga sering memanjatkan doa seperti berikut: “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”

2. Menyembunyikan Amal Kebaikan

Cara lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Seseorang bisa menyembunyikan amal-amal baik yang disyariatkan dan lebih utama, seperti salat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain dapat mendorong sifat ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan tersebut kecuali hanya karena Allah semata.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang artinya,

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).