Sukses

Siddiq Artinya Jujur, Ketahui Ciri-Ciri dan Cara Meneladaninya dalam Islam

Sifat siddiq artinya jujur atau benar.

Liputan6.com, Jakarta Para rasul utusan Allah SWT memiliki sifat-sifat khusus yang menjadi keistimewaannya dalam menjalankan tugas. Salah satunya adalah siddiq artinya jujur atau benar. Sifat ini identik dengan kejujuran dalam ucapan serta tindakan.

Kejujuran sendiri merupakan tindakan kebenaran yang menjadi bagian dari akhlak karimah. Sifat ini akan mengantarkan seseorang untuk menggapai derajat dan kehormatan tinggi di mata Allah dan manusia.

Dengan mengetahui arti sifat siddiq, maka diharapakan anda sebagai seorang muslim dapat meniru dan meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dengan adanya sifat siddiq, maka akan membawa kebaikan bagi kita.

Agar lebih memahaminya, berikut ini ulasan mengenai makna siddiq beserta ciri-ciri dan cara meneladaninya dalam Islam yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (7/3/2022).

2 dari 5 halaman

Mengenal Sifat Siddiq

Shiddiq berasal dari bahasa Arab, yaitu shadaqa/shiqdan/shadiqan yang artinya benar, nyata, atau berkata benar. Shiddiq artinya salah satu bentuk shighat mubalaghah dari kata shadaqa/siqdu yang memiliki makna selalu benar dalam ucapan dan perbuatan. Kata ini juga mengandung makna membenarkan hal-hal gaib, kitab-kitab, ayat-ayat, dan utusan-utusan Allah SWT.

Seseorang yang mempunyai siddiq menunjukkan bahwa dia tidak pernah berbohong. Apa yang diucapkan selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Orang yang memiliki Siddiq selalu merasa diawasi Allah SWT, sehingga mereka enggan berbuat dosa.

Di sisi lain, Quraish Shihab mendefinisikan siddiq sebagai orang yang selalu benar dalam sikap, ucapan, dan perbuatan. Siddiq mengacu pada orang yang selalu membenarkan tuntuan ilahi dengan pembenaran melalui ucapan dan pengamalan. Sifat siddiq artinya jalan paling lurus yang dapat membedakan orang yang munafik dan beriman. Dengan kata lain, sifat wajib siddiq artinya bahwa Rasulullah SAW selalu berkata jujur. Baik dalam menyampaikan wahyu yang datangnya dari Allah SWT atau pun dalam perkatannya sehari-hari. Anjuran berlaku sidik ini tertera dalam banyak nas Al-Quran dan hadis, di antaranya:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan berucaplah dengan ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya maka ia telah memperoleh kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzaab : 70-71)

3 dari 5 halaman

Jenis-Jenis Siddiq dalam Islam

Setelah mengetahui sifat siddiq artinya jujur. Sifat siddiq terbagi menjadi tiga macam, antara lain:

1. Shiddiq dalam perkataan, yang memiliki arti menegakkan lisan di atas perkataan seperti tegaknya bulir pada tangkainya.

2. Shiddiq dalam perbuatan, yang memiliki makna yaitu menegakkan amal pada perintah dan mengikuti sunnah, layaknya kepala yang tegak di atas jasad.

3. Shiddiq dalam keadaan, yang memiliki makna yaitu menegakkan amal hati dan anggota tubuh pada keikhlasan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab:24)

4 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Orang Siddiq

Mereka yang memiliki sifat Siddiq dapat dikenali dengan ciri-ciri tertentu, di antaranya:

1. Mengikuti jejak keutamaan para Nabi yang mencakup perbuatan.

2. Mempunyai komitmen kuat terhadap Islam.

3. Mempunyai keimanan kepada Allah dan Rasulullah SAW, mendirikan salat, menepati janji, serta menunaikan zakat.

4. Tidak ragu berjihad dengan harta dan jiwa.

5. Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.

6. Kesesuaian antara informasi dan kenyataan.

7. Ketegasan dan kemantapan hati.

8. Sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

5 dari 5 halaman

Cara Meneladani Sifat Siddiq dalam Islam

1. Siddiq dalam Niat dan Kemauan

Ketika seorang muslim bertekad melakukan suatu hal, niatnya jujur mengharapkan ridha Allah SWT, tidak mengharapkan hal buruk, atau berlandaskan pada dosa dan kejahatan. Sifat siddiq dalam niat ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bahkan, suatu perbuatan ibadah jika diniatkan agar dipuji orang lain, bukannya memperoleh pahala, malahan berujung pada dosa.

2. Siddiq dalam Perkataan

Sifat siddiq yang lazim dipahami adalah sidik dalam perkataan, menjauhi ucapan bohong, serta senantiasa berkata benar. Kewajiban berkata jujur ini tertera dalam sabda Rasulullah SAW:

"Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin kepada kalian balasan surga: [1] jujurlah ketika berbicara, [2] penuhilan janji, [3] tunaikan jika dipercaya, [4] jagalah kemaluan kalian, [5] tundukkan pandangan kalian, dan [6] tahanlah tangan kalian," (H.R. Ahmad).

3. Siddiq dalam Berjanji

Berdasarkan hadis di atas, bentuk siddiq yang sangat penting adalah kejujuran dalam berjanji. Ketika ia mengucapkan janji, dalam hatinya ada tekad jujur untuk menunaikan janji tersebut, meskipun janji pada hal yang remeh-temeh, atau janji pada anak kecil sekalipun. Siddiq dalam hal ini adalah sifat seorang rasul yang dipuji-puji Allah SWT dalam Al-Quran sebagai berikut:

"Dan ceritakanlah [Hai Muhammad] kisah Ismail [dalam Al-Quran]. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi," (QS. Maryam [19]: 54).

4. Siddiq dalam Bermuamalah

Bentuk sifat siddiq yang selanjutnya adalah siddiq dalam bermuamalah. Artinya, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, ia selantiasa bersikap jujur dan tidak berbohong. Sebagai misal, dalam perkara niaga, ia tidak menipu, memalsu, atapun berkhianat. Ketika ia menjual barang dagangan, ia tidak mengurangi timbangan. Jikapun ia membeli, ia tidak memperberat takaran atau menambah timbangannya.

5. Siddiq dalam Berpenampilan sesuai Kenyataan

Seorang muslim juga dianjurkan untuk siddiq dalam berpenampilan. Jika ia hidup bersahaja, ia tidak boros dan menampilkan diri seolah-olah orang kaya. Sebagai misal, ketika seorang anak dari keluarga pra-sejahtera bergaul di sekolah, kemudian ia malu dengan penampilannya, ia memaksakan diri membeli busana mahal yang di luar kemampuan orang tuanya. Orang yang demikian menipu dirinya sendiri dan orang lain. Jika tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan, orang yang berpenampilan tidak sesuai dengan kenyataan akan terbebani oleh selera fesyen dan cara berpakaiannya sendiri.