Sukses

Hilal adalah Penanda Awal Bulan dalam Kalender Hijriah, Kenali Metode Penentuannya

Hilal adalah penentu awal bulan, yang biasanya diamati dengan metode hisab atau rukyat.

Liputan6.com, Jakarta Hilal adalah istilah yang kerap kali mencuat sebelum puasa Ramadan ataupun sebelum Lebaran Idul Fitri. Banyak orang memahami hilal sebagai cara menentukan hari pertama puasa atau hari pertama bulan Ramadan. 

Hilal lebih tepatnya adalah penentu awal bulan dan akhir bulan dalam kalender Islam. Untuk menentukan awal puasa ataupun kapan hari Lebaran, diperlukan langkah-langkah untuk mengamati hilal, sehingga nantinya diputuskan kapan umat Islam mulai berpuasa ataupun hari raya Idul Fitri.

Hilal adalah penentu awal bulan, yang biasanya diamati dengan metode hisab atau rukyat. Jadi, metode yang dilakukan untuk menetapkan awal bulan Ramadan dan hari Lebaran adalah kedua metode tersebut. Hilal adalah objek yang diamati dalam metode hisab dan rukyat tersebut.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (28/3/2022) tentang hilal adalah.

2 dari 4 halaman

Hilal adalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilal adalah bulan sabit. Hilal adalah bulan yang terbit pada tanggal satu Kamariah. Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan dalam kalender Islam.

Hilal adalah penampakan bulan baru yang usianya sangat muda. Jika dilihat, bentuk hilal seperti garis tipis melengkung ke atas. Bentuk hilal seperti bulan sabit, tetapi sangat tipis sehingga hampir tak terlihat jika tidak dipandangi dengan saksama. Jadi, hilal adalah penanda awal bulan baru dalam kalender Hijriah. Bila hilal belum terlihat, maka bulan dalam penanggalan Hijriah tersebut belum berganti.

Biasanya hilal diamati pada hari ke-29 dari bulan Islam untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum. Hilal juga merupakan bagian dari fase-fase bulan. Metode penentuan hilal yang biasa dilakukan ada dua macam, yaitu metode hisab dan rukyat.

Hilal adalah penanda awal baulan baru dalam penanggalan Islam. Terkait ketentuan penetapan awal puasa Ramadan juga telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Berikut hadistnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Yang artinya: “Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya'ban menjadi 30 hari."

3 dari 4 halaman

Mengenal Metode Hisab

Hilal adalah penanda awal bulan baru yang dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya metode hisab. Hisab secara harfiah disebut juga “perhitungan”. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat.

Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).

Ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi benda-benda langit (khususnya Matahari dan bulan), jadi sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim ternama yang telah mengembangkan metode hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan Habash.

Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab sering kali digunakan sebelum rukyat dilakukan.

Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat Matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.

4 dari 4 halaman

Mengenal Rukyat

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.

Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1.

Namun, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak dengan terbenamnya matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya langit" sekitarnya.

Dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging, namun tentunya perlu dilihat lagi bagaimana penerapan kedua ilmu tersebut.