Liputan6.com, Jakarta Istilah Taliban dan Afganistan menjadi perbincangan tertinggi di berbagai media sosial di Indonesia. dalam berita tersebut tertulis bahwa negara Afghanistan jatuh ke tangan kekuasaan kelompok Taliban. Lalu apa itu Taliban?
Taliban adalah kelompok ekstremis yang ingin menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum agama di Afghanistan. Hal itu setelah kelompok Taliban berhasil menguasai Ibu Kota Afghanistan Kabul dan penyerahan kekuasaan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Advertisement
Baca Juga
Kelompok militan garis keras itu juga pernah berkuasa 20 tahun silam dan jadi kecaman dunia usai dianggap melanggar hak asasi manusia hingga budaya. Kelompok Taliban menguasai Afganistan setelah invasi Amerika Serikat.
Untuk lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apa itu Taliban, asal usul, dan tujuannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (4/4/2022).
Mengenal Kelompok Taliban
Seperti dilansir BBC, kelompok Taliban adalah kelompok yang mulai dibentuk di awal 1990-an. Taliban atau yang diartikan sebagai 'murid' dalam bahasa Pahsto mulai terbentuk di utara Pakistan, pasca pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan.
Awalnya, anggota Taliban banyak dari etnis Pashtun, yang tinggal di wilayah Selatan Afghanistan. Pembentukan Taliban dimulai di pesantren-pesantren yang kebanyakan dibiayai oleh Arab Saudi, yang umumnya menganut aliran Sunni garis keras.
Waktu itu, pendiri Taliban dan menjadi komandan pasukan mujahidin untuk mendorong Uni Soviet keluar dari Afganistan pada 1989 adalah Mullah Omar. Mullah Omar membentuk Taliban dengan 50 pengikutnya untuk menentang ketidakstabilan, korupsi, dan kejahatan di Afghanistan.
Kepada etnis Pashtun, Taliban berjanji mengembalikan perdamaian dan keamanan, serta menegakkan hukum di Afghanistan sesuai syariah Islam. Janji Taliban tersebut membuat kelompok ini mudah diterima dan menyebarkan pengaruhnya.
Advertisement
Asal Usul Kelompok Taliban
Kehadiran Taliban dengan mudah diterima lantaran keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalan-jalan dan area-area di bawah kekuasaan mereka aman untuk perdagangan.
Pada 1996, Taliban bahkan berhasil merebut ibu kota Kabul dan menggulingkan rezim pemerintahan Afghanistan, yang dijabat oleh Presiden Burhanuddin Rabbani. Saat itu, Taliban bahkan menyiksa dan menyeret mantan Presiden Mohammed Najibullah dari kantor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang menjadi tempat dia bersembunyi dan menggantungnya di jalanan umum.
Dua tahun berlalu, Taliban sudah menguasai hampir 90% wilayah Afghanistan. Taliban kemudian mulai memperkenalkan hukuman yang disebut sejalan dengan hukum syariah Islam. Mulai dari eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina, dan amputasi bagi mereka yang diputuskan bersalah karena pencurian.
Para pria diharuskan menumbuhkan jenggot, sementara para perempuan diwajibkan mengenakan burka yang menutup seluruh tubuh. Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, juga tidak memperbolehkan anak perempuan di atas sepuluh tahun untuk sekolah.
Taliban pun dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya, salah satu yang paling terkenal ketika Taliban melanjutkan penghancuran patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah pada 2001, sehingga memicu kemarahan publik internasional.
Selanjutnya, Taliban sempat menandatangani kesepakatan damai dengan Amerika Serikat (AS) pada 2020. Kesepakatan di Doha itu berisi komitmen AS untuk menarik pasukan dan Taliban tak melakukan serangan pada pasukan AS.
Sayangnya kesepakatan itu dikhianati Taliban. Baru setahun berlalu, Taliban malah terus menyerang pasukan keamanan Afghanistan dan dengan menguasai sejumlah besar wilayah, termasuk ibu kota Kabul.
Gelombang serangan Taliban membuat puluhan ribu orang mencoba melarikan diri dari negara itu. Mereka trauma Taliban akan kembali memberlakukan kekerasan dan hukum yang pernah terjadi 20 tahun silam. Bahkan Presiden Ashraf Ghani disebut melarikan diri ke UEA hanya beberapa waktu usai Taliban memasuki Kabul.
Meyakinkan warga Afghanistan, Taliban berjanji akan memberlakukan rezim yang berbeda. Pihaknya juga akan mengampuni berbagai pihak yang berseberangan dengan Taliban di masa lalu. Para petinggi Taliban juga sudah melangsungkan pertemuan guna membentuk pemerintahan baru Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban.
Tujuan Taliban
Tujuan kelompok Taliban di masa lalu telah disampaikan pada paragraf sebelumnya, yaitu membentuk hukuman yang disebut sejalan dengan hukum syariah Islam. Sedangkan, tujuan kelompok Taliban di masa kini, yaitu penegakan kepemimpinan yang lebih positif.
Penegasan soal 'gaya berbeda' kepemimpinan Taliban saat ini disampaikan lagi oleh juru bicara taliban, Zabihullah Mujahid. Pihaknya mengatakan rezim baru akan berbeda dan lebih positif di banding kepemimpinan Taliban di masa lalu. Bahkan pihaknya juga akan mengampuni berbagai pihak yang berseberangan dengan Taliban di masa lalu.
Mujahid menyampaikan pemerintahan baru akan segera dibentuk. Taliban akan terhubung dengan semua pihak dan berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meski begitu, pihaknya tak menjelaskan secara spesifik aturan seperti apa yang akan disusun dalam pemerintahan baru Taliban di tanah Afghanistan.
Advertisement
Penarikan Pasukan AS
Pada tahun setelah kesepakatan damai AS dan Taliban pada Februari 2020, merupakan puncak dari pembicaraan langsung yang panjang. Dalam kesepakatan tersebut Taliban tampaknya mengubah taktiknya dari serangan kompleks di kota-kota dan pos-pos militer ke gelombang pembunuhan yang ditargetkan yang meneror. warga sipil Afghanistan.
Target dari Taliban adalah jurnalis, hakim, aktivis perdamaian, dan perempuan dalam posisi kekuasaan. Dalam pengkhiatan tersebut, tampaknya menunjukkan bahwa Taliban tidak mengubah ideologi ekstremis mereka, hanya strategi mereka.
Meskipun ada kekhawatiran serius dari para pejabat Afghanistan atas kerentanan pemerintah terhadap Taliban tanpa dukungan internasional, presiden AS yang baru yaitu Joe Biden, mengumumkan pada April 2021 bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan negara itu pada 11 September atau berarti dua dekade sejak jatuhnya Pusat Perdagangan Dunia.
Setelah mengalahkan negara adidaya melalui perang selama dua dekade, Taliban mulai merebut sebagian besar wilayah, mengancam untuk sekali lagi menggulingkan pemerintah di Kabul setelah penarikan kekuatan asing. Kelompok itu sekarang dianggap lebih kuat dalam jumlah daripada kapan pun sejak mereka digulingkan pada tahun 2001 dengan pasukan sekitar 85.000, menurut perkiraan NATO baru-baru ini.