Sukses

Niat Puasa Ramadhan untuk Sebulan, Ketahui Mahzabnya

Niat puasa merupakan syarat sah berpuasa.

Liputan6.com, Jakarta Niat puasa merupakan syarat sah berpuasa. Niat adalah kunci dari sebuah ibadah. Tanpa niat, sebuah ibadah tidak akan sah diterima.

Ketika berpuasa, niat puasa harus dibaca sebelum memulainya. Biasanya, niat puasa dibaca pada malam hari, setelah berbuka, setelah salat tarawih, atau sebelum memasuki subuh. Niat puasa akan membawa seseorang menjauhi segala perkara yang membatalkan puasa.

Membaca niat puasa Ramadhan menjadi keharusan sebelum menjalankan ibadah ini. Niat puasa dianjurkan untuk dibaca setiap hari sebelum berpuasa. Tapi, ada juga mahzab yang memperbolehkan membaca niat puasa sekali untuk satu bulan.

Mahzab yang membolehkan niat puasa sekali untuk sebulan adalah Mahzab Malikiyah. Berikut niat puasa Ramadhan untuk sekali sebulan, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin(4/4/2022).

2 dari 7 halaman

Kewajiban membaca niat puasa

Niat puasa merupakan syarat wajib berpuasa, baik itu puasa wajib ataupun sunah. Niat termasuk rukun yang harus dijalankan. Jika niat puasa tidak dilakukan, maka puasa tidaklah sah.

Kewajiban tentang membaca niat puasa tertuang dalam hadis yang berbunyi:

“Barang siapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Ad-Daru Quthni dan Al-Baihaqi).

Dari hadis ini, dijelaskan bahwa membaca niat puasa, wajib hukumnya. Niat puasa harus dibaca di malam hari sebelum terbitnya fajar.

3 dari 7 halaman

Niat puasa Ramadhan sebulan penuh

Sebagian besar mahzab menganjurkan untuk melakukan niat puasa Ramadhan setiap hari. Namun, ada satu mahzab yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan untuk satu bulan penuh. Mahzab ini adalah mahzab Malikiyah.

Mazhab Maliki adalah satu dari empat mazhab fikih atau hukum Islam Sunni. Mazhab ini didirikan oleh salah satu imam dan ahli hadis di Madinah, Malik bin Anas yang juga dikenal sebagai Imam Malik.

Pada mahzab Maliki, niat puasa bisa dilakukan dengan cukup menjamak di malam pertama bulan Ramadhan. Dengan begitu, tidak diwajibkan lagi mengulangi niat puasa di hari berikutnya dan setiap harinya.

Niat puasa Ramadhan sebulan penuh ini cukup lazim dilakukan di Indonesia. Terkadang, kyai atau ulama menuntun warganya untuk berniat sebulan penuh dan juga niat hariannya. Jadi niat puasa Ranadhan untuk sebulan penuh dilakukan untuk mengantisipasi bila suatu hari terjadi kelupaan dalam melakukan niat puasa harian.

4 dari 7 halaman

Lafal niat puasa sebulan penuh

Lafal niat puasa sebulan penuh tentunya berbeda dengan niat puasa harian. Berikut niat puasa sebulan penuh:

“Nawaitu shauma syahri ramadhaana kullihi lillaahi ta’aalaa”

Artinya:

“Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta'ala."

 

Ada juga niat puasa sebulan penuh yang bertaqlid pada mazhab Imam Maliki. Berikut bunyi niat puasanya:

Nawaitu shauma jami'i syahri ramadhani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta'ala

Artinya:

“Saya niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah."

5 dari 7 halaman

Lafal niat puasa harian

Niat puasa juga bisa dilakukan setiap hari. Para ulama menganjurkan niat setiap hari untuk memperbarui niat puasa. Berikut niat puasa harian:

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya:

“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”

Sesuai dengan hadis Rasulullah, niat puasa harian ini wajib dilakukan pada malam hari, setelah berbuka, setelah tarawih, atau sebelum fajar tiba.

6 dari 7 halaman

Perkara yang membatalkan puasa

Masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh dengan disengaja

Puasa akan batal ketika ada benda yang masuk dalam salah satu lubang yang berpangkal pada organ bagian. Dalam istilah fiqih, lubang ini disebut jauf yang meliputi mulut, telinga, dan hidung. Benda tersebut masuk ke dalam jauf dengan kesengajaan dari diri seseorang.

Mengobati dengan cara memasukkan benda (makanan, obat atau benda lain) pada salah satu dari dua jalan (qubul dan dubur). Misalnya pengobatan bagi orang yang sedang mengalami ambeien dan juga bagi orang yang sakit dengan memasang kateter urin, maka dua hal tersebut dapat membatalkan puasa.

Muntah dengan sengaja

Muntah yang membatalkan puasa adalah muntah yang terjadi secara sengaja. Muntah dengan sengaja misalnya seperti memasukkan benda asing ke mulut dan memicu muntah. Selain itu, muntah yang membatalkan puasa adalah jika muntah bergerak turun kembali ke tenggorokan seseorang padahal ia sebenarnya bisa memuntahkannya, maka puasanya batal dan ia wajib mengqadhanya. Tak cuma itu, ketika muntah itu sampai pada mulutnya lalu menelannya kembali, ia wajib mengganti puasanya.

Melakukan hubungan seksual

Ketika melakukan hubungan seksual, puasa tidak hanya batal tapi juga dikenai denda atas perbuatannya. Denda ini adalah berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, ia wajib memberi makanan pokok senilai satu mud (0,6 kilogram beras atau ¾ liter beras) kepada 60 fakir miskin. Hal ini tak lain bertujuan sebagai ganti atas dosa yang ia lakukan berupa berhubungan seksual pada saat puasa.

7 dari 7 halaman

Perkara yang membatalkan puasa

Keluarnya air mani

Keluarnya air mani disebabkan bersentuhan kulit. Misalnya, mani keluar akibat onani atau sebab bersentuhan dengan lawan jenis tanpa adanya hubungan seksual. Berbeda halnya ketika mani keluar karena mimpi basah (ihtilam) maka dalam keadaan demikian puasa tetap dihukumi sah.

Haid atau nifas

Selain dihukumi batal puasanya, orang yang haid atau nifas berkewajiban untuk mengqadha puasanya. Dalam hal ini puasa memiliki konsekuensi yang berbeda dengan shalat dalam hal berkewajiban untuk mengqadha. Sebab dalam shalat orang yang haid atau nifas tidak diwajibkan untuk mengqadha shalat yang ia tinggalkan pada masa haid atau nifas.

Gila

Ketika gangguan Kejiwaan terjadi pada seseorang di pertengahan melaksanakan puasanya, maka puasa yang ia jalankan batal.

Murtad pada saat puasa

Murtad adalah keluarnya seseorang dari agama Islam. Misalnya orang yang sedang puasa tiba-tiba mengingkari keesaan Allah subhanahu wata’ala, atau mengingkari hukum syariat yang sudah menjadi konsensus ulama (mujma’ alaih). Di samping batal puasanya, ia juga berkewajiban untuk segera mengucapkan syahadat serta mengqadha puasanya.