Liputan6.com, Jakarta Imitasi adalah perilaku yang dilakukan seseorang melalui pengamatan terhadap perilaku yang ditunjukkan dari objek lain. Di mana ia akan memperoleh pengetahuan baru mengenai suatu perilaku yang diamatinya dan mencoba untuk meniru perilaku tersebut.
Baca Juga
Imitasi adalah poses belajar yang dilakukan seseorang dengan meniru atau mengikuti perilaku orang lain, baik sikap, penampilan, gaya bicara, maupun hal apa saja yang dimiliki orang lain. Biasanya proses imitasi ini berlaku bagi bayi yang meniru setiap tingkah laku orang tuanya.
Advertisement
Dengan kata lain, proses imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. Sebelum seseorang mengimitasi atau meniru orang lain, terlebih dahulu ia menerima, mengagumi, dan menjunjung tinggi orang yang diimitasi atau ditiru itu.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai pengertian imitasi beserta dampak, tahapan, dan contohnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (31/5/2022).
Pengertian Imitasi
Imitasi adalah perilaku lanjut di mana seorang individu mengamati dan mereplikasi perilaku orang lain. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian imitasi adalah tiruan.
Imitasi adalah bentuk pembelajaran sosial yang mengarah pada pengembangan tradisi dan budaya sehingga terjadi transfer informasi dalam bentuk perilaku, sikap, kebiasaan, dan lain-lain, tanpa harus melalui pewarisan genetik.
Menurut Arina Restian dalam buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara (2017), imitasi pertama kali muncul di lingkungan keluarga, tetangga, dan kemudian masyarakat. Faktor imitasi menjadi satu-satunya faktor yang mendasari proses interaksi sosial.
Adapun salah satu syarat terjadinya imitasi adalah munculnya minat atau perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin diimitasi. Minat tersebut bisa berupa kekaguman, rasa menghargai, menyukai, atau menjunjung tinggi nilai dari hal yang akan diimitasi.
Melalui imitasi, seseorang mempelajari nilai dan norma di masyarakat atau sebaliknya, ia mempelajari perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Semua itu bergantung pada nilai yang berlaku di lingkungannya. Apabila seseorang dibekali nilai dan kaidah yang baik, tentu akan meniru hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak dibekali nilai dan kaidah yang baik akan meniru hal-hal tidak baik.
Advertisement
Dampak Imitasi
Dampak imitasi dibagi menjadi dua, yaitu dampak negatif dan dampak positif. Berikut penjelasannya:
1. Dampak Positif
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku sehingga tercipta kondisi masyarakat yang harmonis, selaras, stabil, dan teratur. Misalnya, mengikuti gaya seorang penyanyi terkenal, meniru pola hidup sehat masyarakat lain, dan sebagainya.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif imitasi adalah terjadi jika dapat mendorong seseorang untuk menentang norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam hal ini, imitasi dapat melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang. Contohnya, seseorang meniru gaya hidup bintang rock pujaannya dengan memakai anting, menggunakan obat-obatan terlarang, dan sebagainya.
Tahap-Tahap Imitasi
Seperti yang telah dijelaskan, perilaku imitasi biasanya disebabkan oleh adanya minat, perbuatan, perhatian, ataupun sikap mengagumi pihak lain. Dikutip dari jurnal Hubungan Antara Celebrity Worship dengan Perilaku Imitasi pada Remaja oleh Yolanda Bilqis Sherly (2019), faktor-faktor itu kemudian berkembang menjadi imitasi yang dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Atensi (Attention)
Tahap imitasi yang pertama adalah memberi atensi atau perhatian. Artinya, untuk bisa melakukan tindakan imitasi, seseorang didorong dengan memerhatikan model atau objek tiruannya terlebih dahulu. Dari situ, ia dapat melakukan perilaku yang sama dari objek yang diimitasi.
2. Retensi (Retention)
Setelah aktivitas model diamati, subjek melakukan proses retensi dengan menyimpan memori mengenai model yang dilihat, kemudian disimpan dalam ingatannya. Namun, sebenarnya tidak semua informasi dari model akan disimpan olehnya. Biasanya, yang disimpan adalah informasi yang menarik perhatian dan minat subjek.
3. Pembentukan Perilaku
Hal-hal yang telah dipelajari dan disimpan dalam memori oleh subjek dari model yang diimitasi kemudian akan diterjemahkan melalui tindakan atau perilaku.
4. Motivasi (Motivation)
Tahap terakhir dari imitasi adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan. Penguatan dapat digunakan sebagai motivator untuk merangsang dan mempertahankan perilaku agar diwujudkan secara aktual dalam kehidupan.
Advertisement
Contoh Imitasi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Untuk lebih memahami apa itu imitasi, berikut beberapa contoh imitasi positif dan negatif yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari:
Contoh Imitasi Positif
1. Meniru gaya pakaian artis idola.
2. Meniru gaya menyanyi dari penyanyi lain.
3. Meniru kebiasaan belajar dari siswa lain agar mendapat nilai akhir yang lebih baik.
4. Meniru taktik permainan bola basket dari klub basket terkenal.
5. Seorang ibu meniru ibu lainnya yang sukses dalam mendidik anak-anaknya.
6. Seorang siswa meniru perilaku gurunya yang amat disiplin dalam membagi waktu.
7. Mencontoh pembangunan tata kota dari negara lain.
8. Seorang anak meniru sikap rajin dari ayah dan ibunya.
9. Sekelompok orang dewasa meniru budaya antre yang dipraktikkan orang lain.
Contoh Imitasi Negatif
1. Meniru kebiasaan minum-minuman keras dan pergaulan bebas antara pemuda dan pemudi.
2. Meniru hasil karya orang lain, baik dalam bentuk mencontek, membajak hak cipta, atau menjiplak (plagiat).
3. Meniru kebiasaan kebut-kebutan di jalan sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain.
4. Meniru kebiasaan merokok.
5. Meniru gaya berpakaian yang bertentangan dengan norma atau kaidah yang berlaku.
6. Menggunakan handphone ketika sedang belajar di dalam kelas.
7. Seorang remaja meniru kebiasaan merokok di ruangan ber-AC.
8. Sekelompok orang dewasa meniru kebiasaan naik motor tidak menggunakan helm.
9. Seorang anak meniru kebiasaan ayah dan ibunya yang suka berkata kasar.