Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini viral video yang memperlihatkan sekumpulan remaja sengaja mengadang truk yang sedang melaju di jalan raya. Fenomena tersebut merebak di beberapa kota. Seperti di Tangerang, Bekasi, dan Sukabumi.
Baca Juga
Advertisement
Dalam beberapa video yang viral di media sosial, para remaja ini terlihat tertawa puas setelah berhasil menghentikan truk yang tengah melaju kencang secara tiba-tiba.
Padahal aksi berbahaya ini beberapa kali berujung pada kematian.
Terbaru, seorang remaja berinisial Y (18) tewas di Jalan Otto Iskandar, Karawaci, Kota Tangerang pada Jumat (3/6/2022) saat berusaha menghentikan truk di jalan raya.
Menurut keterangan warga dan polisi, aksi nekat itu untuk membuat konten di media sosial.
Psikolog Rizka Ramadhani Savira Tatyagita, M.Psi, menjelaskan perilaku tersebut disebabkan karena tahap perkembangan diri remaja belum optimal, baik dari segi kognitif maupun sosio-emosional.
"Secara kognitif, remaja mengalami adolescent egosentrism, yaitu kesadaran diri yang meningkat dalam diri remaja dimana mereka percaya bahwa dunia sedang berpusat pada dirinya." Kata Rizka kepada Liputan6.com, Kamis (9/6/2022).
Sebuah Upaya Mencari Pengakuan
Lebih lanjut, alumnus Magister Profesi Psikologi Universitas Airlangga itu menjelaskan ada dua komponen dalam adolescent egosentrism.
Pertama, imaginary audience, yaitu remaja meyakini mereka adalah pusat perhatian seluruh orang. Mereka percaya bahwa orang lain memiliki ketertarikan yang sama terhadap mereka seperti mereka tertarik dengan diri sendiri.
Hal ini yang memicu timbulnya perilaku untuk mencari perhatian dengan berusaha untuk menjadi 'spotlight', termasuk membuat konten di media sosial yang menjadi sorotan publik.
"Sementara komponen kedua adalah personal fable, dimana bagian dari egosentrisme remaja yang mengandung penghayatan bahwa dirinya kebal dan tidak terkalahkan oleh apapun. Keyakinan ini memicu mereka untuk terlibat dalam aksi-aksi yang berbahaya, seperti mengadang truk di jalan raya," tutur Rizka.
Advertisement
Pentingnya monitoring orangtua dan sekolah terkait pergaulan remaja
Perilaku seperti ini perlu dihentikan agar tidak menimbulkan korban jiwa lagi. Rizka menegaskan sebagai tindakan preventif, monitoring dari orangtua memiliki peran yang sangat signifikan dalam dunia pergaulan remaja.
"Pada fenomena ini, kita juga perlu menyoroti bagaimana pengasuhan orangtua dalam kehidupan remaja sehari-hari. Apakah komunikasi yang efektif dalam memberikan edukasi kepada anaknya sudah terbentuk?"
"Orangtua harusnya memberikan pengawasan terhadap pergaulan dan aktivitas remaja, termasuk dalam penggunaan sosial media. Orangtua perlu mengajak anak remajanya untuk berkomunikasi dan berdiskusi secara terbuka mengenai cara yang bijak dalam menggunakan sosial media." Terang Associate Psychologist di Biro Psikologi Lestari itu.
Selain dari segi pengasuhan, pendidikan di sekolah juga berperan penting dalam mengedukasi remaja mengenai isu-isu sosial yang sedang terjadi di luar pelajaran sekolah.
"Disamping pengawasan dari orangtua, pihak sekolah juga dapat diikutsertakan dalam memberikan pemahaman mengenai penggunaan sosial media yang bijak. Misalnya dengan mengadakan kegiatan ekstrakurrikuler mengenai pembuatan konten sosial media yang bermanfaat." Lanjutnya.
Rizka juga meminta para remaja untuk terbuka mengedukasi dirinya dengan menambah pengetahuan mengenai penggunaan media sosial yang baik dan benar.
Jika ada hal-hal yang dirasa membuat penasaran atau mengganggu seperti munculnya tren yang membahayakan diri, maka disarankan untuk membicarakannya terlebih dahulu dengan orang-orang dewasa di sekitarnya, misalnya guru, orangtua, konselor.
"Remaja juga perlu melibatkan diri dalam pergaulan dan kegiatan non-akademik yang positif sebagai upaya pengembangan diri yang sehat." Pungkasnya.