Sukses

7 Cara Mereview Buku dan Contoh, Simak Penjelasannya

Cara mereview buku dilakukan dengan menganalisis dan mengumpulkan fakta.

Liputan6.com, Jakarta - Bagaimana cara mereview buku? Memahami cara mereview buku adalah proses meringkas buku berdasarkan analisis dan mencari fakta-faktanya. Meski cara review buku dilakukan dengan mengungkap opini, tetapi opini tersebut dibuat berdasarkan fakta.

Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, cara mereview buku dilakukan dengan tujuh langkah. Cara mereview buku dimulai dengan menuliskan identitas buku secara singkat, kemudian membaca dan mencatat hal-hal penting secara ringkas, hingga menuliskan kesimpulan.

Cara mereview buku dilakukan dengan memberikan informasi, gambaran, dan gagasan kepada diri sendiri serta orang lain. Cara mereview buku, secara umum dilakukan dengan membahas kelebihan dan kekurangan buku tersebut sesuai fakta yang ada, bukan opini semata.

Agar lebih memahami, berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tujuh cara mereview buku beserta contohnya, Rabu (16/8/2022).

2 dari 3 halaman

Cara Mereview Buku dan Penjelasannya

Memahami cara mereview buku sama dengan cara mereview jurnal penelitian, musik, film, makanan, hingga lagu. Hanya saja, cara mereview buku lebih kompleks karena banyak yang harus diulas. Cara mereview buku adalah meringkas buku berdasarkan analisis dan fakta.

Cara mereview buku dilakukan dengan memberikan informasi, gambaran, dan gagasan kepada diri sendiri serta orang lain. Cara mereview buku, secara umum dilakukan dengan membahas kelebihan dan kekurangan buku tersebut sesuai fakta yang ada, bukan opini semata.

Meski cara mereview buku juga pasti melibatkan opini penulis, tetapi opini dari cara mereview buku tetap dibentuk atau disampaikan berdasarkan fakta. Cara mereview buku ini berlaku untuk buku fiksi dan buku non-fiksi. Ini cara mereview buku yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

1. Cara mereview buku adalah dimulai dengan membaca sekilas dari awal sampai akhir dan menuliskan identitas buku yang terpenting saja, tidak perlu sangat lengkap.

- Judul

- Pengarang

- Penerbit

- Tahun Terbit

- Jumlah Halaman

2. Cara mereview buku adalah mencatat hal-hal penting dari setiap bagiannya yang bisa ditulis menjadi ringkasan. Dalam proses mencatat, pilih aspek terpenting dari buku sesuai dengan judul buku, tema, plot, alur, karakter, gaya bahasa, analisis, penjelasan, dan lain sebagainya.

3. Cara mereview buku adalah akan lebih baik dengan melengkapi catatan dengan kutipan langsung dari penulis atau dalam kisah buku fiksi. Cara mereview buku demikian, akan membuat review menjadi lebih menarik dan mudah dipahami pembaca.

4. Cara mereview buku setelah selesai mencatat hal-hal penting, lanjutkan dengan menulis kesimpulan dengan singkat dan manis. Jangan asal membuat kesimpulan, tetapi sesuaikan sudut pandang pembaca dengan fakta yang berhasil ditemukan ketika mencatat hal-hal penting.

5. Cara mereview buku adalah pastikan bisa menemukan jenis buku yang serupa. Tujuannya untuk membandingkan dan memperkuat opini berdasarkan banyak fakta yang diungkapkan.

6. Cara mereview buku bagian akhir adalah memberikan peringkat dengan jumlah bintang tertentu. Bahas apa saja yang perlu dipertimbangkan saat pembaca akan membeli buku tersebut.

7. Cara mereview buku, jangan lupa untuk menutupnya dengan hal-hal yang paling mudah diingat dari buku tersebut, lalu menuliskannya.

3 dari 3 halaman

Cara Mereview Buku dan Contohnya

Apabila sudah memahami cara mereview buku, kemudian simak contoh review buku. Ini contoh review buku oleh Faturochman yang diterbitkan Universitas Gajah Mada:

 

REVIEW BUKU

Faturochman

Judul : The Roots of Modern Social Psychology

Pengarang : Robert M. Farr

Penerbit : Blackwell Publishers, Oxford

Tahun Terbit : 1996

Jumlah Halaman : 204

Pada suatu seminar proposal untuk penelitian doktor dalam bidang psikologi, seorang penyaji mengemukakan berbagai konsep yang akan dijadikan acuan dalam penelitiannya. 

Seorang peserta seminar tertarik untuk tahu lebih banyak, maka terjadilah dialog sebagai berikut. Teori pokok yang Anda gunakan apa?

T : teori apa yang Anda gunakan?

J : saya eklektif.

T : di antara sejumlah teori yang digunakan itu, apa yang paling diutamakan

J: tidak ada

Sampai di situ penanya menjadi terbungkam. Baginya, akan sangat sulit dimengerti bila suatu penelitian tidak dilandaskan pada pemikiran yang kuat. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan mengambil suatu teori sebagai pokok pikiran. Ini tidak berarti bahwa teori tersebut diambil bulat-bulat dan tanpa mempedulikan kemungkinan menggunakan teori lain.

Ilustrasi di atas dimaksudkan untuk mengantarkan pada permasalahan yang akan disampaikan dalam review ini. Apabila seseorang akan meneliti tanpa tahu teori pokok yang digunakan, dapat dipastikan penelitian itu ahistor. Memang memungkinkan bila dipandang secara sepintas bahwa teori dan sejarah tidak terkait. Namun teori tidak dapat dilepaskan dari sejarahnya. Kesadaran inilah salah satu pendorong Robert M. Farr untuk menulis The Roots of Modern Social Psychology, Lebih spesifik lagi, dia tidak hanya tertarik pada sejarah psikologi sosial tetapi khusus pada akarnya.

Akar psikologi sosial ternyata bisa menjadi bahasan yang panjang dan mendalam sehingga buku setebal 200 halaman lebih itu sebenarnya masih dapat dipanjangkan lagi. Sementara itu, menulis sejarah tidak akan cukup hanya berkutat pada akarnya. Tulisan sejarah psikologi sosial yang membahas perkembangannya jelas akan lebih panjang. Menyadari akan hal ini Farr juga membatasi fokus tulisan pada sejarah institusi daripada ide. Kombinasi dari akar dan kelembagaan ini tentu saja ada dimensi waktunya. 

Di samping hal-hal yang menarik, ada juga beberapa catatan yang perlu disimak agar pembacak dapat mengantisipasi dan tidak merasa kecewa. Misalnya, bagi yang pernah membaca sejarahid psikologi sosial sebelumnya akan menemukan repetisi isi buku ini. Ini adalah hal yang tidakad terindahkan dalam menulis buku sejarah. Penulis bahkan secara tegas menyatakan bahwa Bab I banyak mengutip artikel Allport (1954) dan Jones (1985). Isi pokok Bab 2 dilandaskan padaj. tulisan Danzinger (1979) sedangkan Bab 3 banyak diilhami tulisan Jahoda (1992).

Ada beberapa ungkapan yang diulang. Pada satu sisi upaya ini dapat mengingatkan pembaca tentang ide yang dibahas. Pada sisi lain cara seperti ini kadang membosankan. Misalnya ia kontroversi antara Lewin dengan Heider (h. 114 115) tampaknya akan lebih menarik bila diungkapkan secara lebih sistematis sehingga ungkapannya tidak diulang meskipun dengan cara a yang berbeda. Demikian juga ketika menyatakan peran kakak beradik Floyd dan Gordon Allport (h. 117) merupakan pengulangan dari pernyataan yang dikemukakan sebelumnya. Ada beberapa contoh lain tentang hal ini.

Manfaat apa yang dapat diambil bila membaca buku ini? Hal yang paling utama setelahnya membaca sejarah suatu disiplin ilmu adalah munculnya kesadaran tentang perkembangan disiplina tersebut. Kesadaran ini akan mengarahkan para akademisi dan ilmuwan untuk melihat ulang apaal yang pernah ada. Pada masa sekarang ini teknologi telah memberi kemudahan untuk melakukang itu.

CD-ROM dengan cepat dapat memberi informasi tentang penelitian sebelumnya. Dengan memanfaatkannya, seorang peneliti akan tahu di mana letak penelitiannya dalam perkembangan ilmu bidang tertentu. Dia akan tahu pasti konsep yang digunakan, tidak sekedar tahu namanya tapi al yang lebih penting adalah isi dan maknanya. Dengan demikian penelitipun tidak dengan mudah menulis: "penelitian ini adalah yang pertama sebelumnya belum pernah diteliti. ***

KEPUSTAKAAN

Allport, G.W. 1968. The Historical Background of Modem Social Psychology. Dalam Lindzey, & Aronson, E. (eds.) The Handbook of Social Psychology. Second edition. Addison-Wesleya Publishing Company, London.

Holton, RJ. 1996. Classical Social Theory. Dalam Turner, B.J. (ed.) The Blackwell Companion Social Theory, Blackwell, Oxford.

Moscovici, S. 1996. Symbolic Interactionism in the Twentieth Century: the Rise of Empirical Social Theory. Dalam Turner, B.J. (ed.) The Blackwell Companion to Social Theory.

Blackwell, Oxford.

Â