Liputan6.com, Jakarta Pencegahan cacar monyet perlu dipahami oleh setiap orang. Pasalnya, virus ini merupakan penyakit yang menyebar secara cepat, sehingga mewabah di sejumlah negara. Cacar monyet adalah penyakit yang dipengaruhi oleh virus. Â
Menurut WHO, cacar monyet adalah penyakit yang berasal dari hewan dan biasanya ditemukan di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini menimbulkan berbagai macam gejala seperti flu, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, hingga ruam. Ruam akan menimbulkan banyak lesi pada wajah dan ekstremitas.
Advertisement
Baca Juga
Pencegahan cacar monyet dilakukan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Penyebab cacar monyet adalah virus monkeypox. Monkeypox merupakan virus zoonosis, yang menularkan penyakit dari hewan ke manusia. Pada kondisi tubuh dengan sistem kekebalan yang baik, cacar monyet akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-4 minggu. Itu artinya infeksi virus cacar monyet dalam kondisi ini tidak berbahaya.
Namun, infeksi virus cacar monyet tidak boleh dianggap remeh apalagi jika penyebaran terjadi begitu cepat, karena dapat mengakibatkan komplikasi mencakup infeksi sekunder, radang paru-paru, infeksi berat (sepsis), radang otak, dan infeksi pada kornea mata yang diikuti dengan kehilangan kemampuan melihat. Bahkan, CDC mengungkap kasus di Afrika, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terjangkit penyakit tersebut. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/8/2022) tentang pencegahan cacar monyet.
Penularan Cacar Monyet
Sebelum menuju pencegahan cacar monyet, kamu tentu perlu memahami penyebab dan bagaimana cara penularannya terlebih dahulu. Penyebab cacar monyet adalah virus monkeypox. Awalnya virus monkeypox menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet, atau tikus yang terinfeksi virus monekypox. Cacar monyet atau monkeypox juga bisa terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.
Sementara itu, cacar monyet menyebar antarmanusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, ataupun luka di kulit. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang terkontaminasi, seperti pakaian penderita. Namun, penularan antarmanusia membutuhkan kontak yang lama.
Waktu dari infeksi hingga timbulnya gejala, yang disebut sebagai masa inkubasi, dapat berkisar antara lima hingga 21 hari. Penyakit ini biasanya sembuh dalam dua hingga empat minggu. Cacar monyet yang parah lebih sering terjadi pada orang dengan defisiensi imun dan anak kecil.
Menurut CDC, 1 dari setiap 10 kasus cacar monyet akan mengakibatkan kematian. Kasus yang parah lebih mungkin menyebabkan kematian. Faktor risiko penyebab cacar monyet yang parah di anataranya anak dan bayi, memiliki paparan virus yang berkepanjangan, memiliki kesehatan yang buruk secara keseluruhan, dan mengembangkan komplikasi.
Advertisement
Gejala Cacar Monyet
Sebelum mengenali pencegahan cacar monyet, kamu tentunya juga perlu mengenali gejalanya. Gejala cacar monyet mirip dengan cacar lainnya. Tetapi gejala cacar monyet biasanya lebih ringan. Setelah tertular virus monkeypox, ia bisa memakan waktu 5 hingga 21 hari untuk gejala pertama yang muncul. Dibutuhkan 7 hingga 14 hari dalam banyak kasus.
Gejala awal cacar monyet di antaranya sebagai berikut:
- demam,
- ruam
- sakit kepala,
- nyeri otot,
- sakit punggung,
- kelelahan,
- panas dingin, dan
- pembengkakan kelenjar getah bening.
Biasanya setelah demam berkembang, ruam biasanya muncul 1 hingga 3 hari kemudian. Ruam biasanya memengaruhi wajah, telapak tangan, telapak kaki, mulut, alat kelamin, dan mata.
Pencegahan Cacar Monyet
Pencegahan cacar monyet tentunya sangat penting dipahami semua pihak, baik itu pemerintah maupun masyarakat. Melansir Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai pencegahan cacar monyet, yaitu:
- Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
- Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
- Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
- Lakukan kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien
- Memasak secara menyeluruh semua makanan yang mengandung daging atau bagian hewan.
Advertisement