Sukses

Penyebab Bronkitis pada Bayi, Gejala dan Cara Mengobatinya

Penyebab bronkitis pada bayi yang perlu diketahui

Liputan6.com, Jakarta Bronkitis merupakan salah satu keadaan di mana saluran bronkial mengalami peradangan di bronkus, sehingga membawa udara dari paru-paru bayi. Kebanyakan orang yang menderita bronkitis sering batuk hingga mengeluarkan lendir yang mengental, serta bisa berubah warna. Bronkitis selain menyerang orang dewasa, juga terjangkit kepada bayi karena terserang oleh virus.

Baru-baru ini viral curhatan seorang ibu di akun TikTok @telormcd tentang bayinya yang berusia 11 bulan mengidap bronkitis. Sang ibu menjelaskan bahwa bronkitis yang dialami anaknya, disebabkan salah satunya oleh sang ayah yang sering merokok. Setelah diketahui mengalami bronkitis, sang anak lantas langsung mendapatkan perawatan rutin seperti penguapan, tetes hidung, dan obat-obatan lainnya.

"sekarang aku + suamiku double extra untuk jaga anakku sehattt selalu!" ujar sang ibu di akun TikTok @telormcd.

Bronkitis merupakan kondisi yang bisa menyerang orang dewasa hingga bayi. Ini membuat penyebab bronkitis pada bayi harus diwaspadai. Ada beberapa gejala yang menyertai bronkitis seperti batuk dan pilek. Jika tidak segera ditangani, penyebab bronkitis bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.

Ketika bayi mengalami fase dengan flu yang buruk penting memperhatikan gejala-gejala yang ada. Jika mereka menggigil, mendengus, atau batuk kering serak, mereka mungkin menderita bronkitis. Berikut ini penyebab bronkitis pada bayi, gejala dan cara mengobatinya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (14/9/2022). 

2 dari 4 halaman

Gejala Bronkitis pada Bayi

Meskipun mungkin dimulai sebagai virus pernapasan bagian atas, bronkitis dapat menyebar ke bagian bawah tubuh, sehingga menyebabkan peradangan pada bronkiolus. Bronkiolus adalah saluran udara kecil di paru-paru. Bronkitis adalah keadaan saat saluran bronkial mengalami peradangan, dan kebanyakan orang yang menderita bronkitis sering batuk hingga mengeluarkan lendir yang mengental, bahkan bisa berubah warna. Bronkiolitis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada bayi dan balita di bawah usia 2 tahun, menurut penelitian 2022.

Melansir dari Healthline, untuk kondisi batuk yang cenderung hilang dalam beberapa minggu, penting mewaspadai gejala yang menyertainya. Misalnya, demam yang berlangsung mulai 2 atau 3 hari serta suhu menjadi  lebih tinggi dari 38,8°C atau lebih tinggi dari 38°C pada bayi di bawah 3 bulan merupakan salah satu alasan tepat bagi Anda sebagai orang tua untuk menghubungi dokter anak. Berikut gejala bronkitis pada bayi:

 

- Pilek umum seperti hidung tersumbat

- Batuk

- Demam 

- Batuk yang semakin memburuk

- Mengalami sesak napas

- Bayi juga mengalami mengi (saluran udara yang meradang)

- Kehilangan nafsu makan

- Kelelahan

- Mulut kering

Perbedaan antara bronkiolitis pada bayi dan bronkitis pada bayi

Bronkitis dan bronkiolitis memiliki banyak karakteristik yang sama, di mana keduanya dimulai dengan virus yang meyerang sistem kekebalan tubuh bayi. Keduanya juga dapat menyebabkan batuk. Bronkitis merupakan peradangan pada bronkus, sehingga saluran udara menjadi besar di paru-paru.

Bronkiolitis, di sisi lain, adalah peradangan pada saluran udara kecil, namun perlu diketahui perbedaan utama lainnya adalah bronkiolitis cenderung menyerang anak kecil dan bayi, sedangkan bronkitis lebih sering terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Namun tidak melepas kemungkinan bahwa bronkitis juga bisa terjadi pada bayi. 

3 dari 4 halaman

Penyebab dan Faktor Risiko Bronkitis

Penyebab Bonkiolitis pada Bayi

Virus merupakan salah satu penyebab yang paling umum terjadi dari bronkiolitis, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Secara khusus, virus pernapasan syncytial (RSV) bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus, melansir dari CDC.

Selain itu, terdapat virus lain yang menyebabkan bronkiolitis meliputi:

- Influenza

- Adenovirus

- Metapneumovirus manusia

Ketika seorang anak terkena virus dan mulai jatuh sakit, maka virus akan berpindah ke bronkiolus. Hal ini memicu peradangan yang terjadi, sehingga saluran meradang dan menghasilkan lendir, menyebabkan batuk dan gejala lainnya.

Perlu diketahui bahwa bronkiolitis sendiri tidak menular tetapi virus yang menyebabkannya menular. Misalnya, RSV cenderung lebih bersirkulasi dalam cuaca yang lebih dingin, biasanya di musim gugur, musim dingin, dan awal musim semi, menurut Harvard Health. Ketika seorang anak menderita RSV, maka akan sangat mungkin menular selama beberapa hari sehingga memicu batuk hingga 3 minggu. Penting untuk diketahui oleh orang tua, bahwa bayi dan anak-anak terpapar banyak virus memiliki akibat terkena bronkiolitis lebih dari sekali dalam setahun. Untuk anak-anak di bawah 2 tahun akan lebioh berisiko terkena bronkiolitis. 

Faktor Risiko

- Bayi yang disusui selama kurang dari 2 bulan

- Terkena paparan asap rokok

- Terpapar oleh virus

- Bayi yang mengalami komplikasi , ketika berusia di bawah 2 bulan

- Lahir secara prematur (sebelum 37 minggu)

- Memiliki penyakit jantung bawaan

- Memiliki penyakit paru-paru kronis atau gangguan pernapasan lainnya

- Kemungkinan komplikasi bronkiolitis pediatrik

Pneumonia serta dehidrasi merupakan dua kemungkinan terjadi komplikasi yang  dialami bayi dengan kondisi bronkiolitis. Penting untuk segera menghubungi dokter anak, jika melihat tanda-tanda masalah medis ini. Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang berkembang di paru-paru, sehingga menimbulkan gejala yang mungkin termasuk pernapasan cepat dan retraksi dada. Sedangkan dehidrasi dapat berkembang jika anak mengalami muntah atau tidak dapat mengambil cukup cairan. 

4 dari 4 halaman

Cara Mengobati Bronkitis

Bronkitis cenderung sembuh dengan sendirinya, ketika beristirahat, hidrasi, dan tindakan kenyamanan lainnya. Namun perlu memberikan antibiotik sesuai resep dokter untuk pengobatan ketika kondisinya berkembang menjadi pneumonia atau infeksi bakteri lainnya. Berikut perawatan bronkitis pada bayi yang bisa dilakukan di rumah:

Perawatan bayi di rumah

- Memberi anak Anda cairan seperti ASI, susu formula, atau air agar tetap terhidrasi

- Menggunakan pelembap kabut dingin untuk menambah kelembapan yang dapat membantu mengurangi batuk

- Mandikan anak dengan air hangat dan atau beruap untuk meredakan batuk

- Membersihkan hidung tersumbat bayi Anda dengan jarum suntik

- Mengobati demam atau rasa sakit seperti yang diarahkan oleh dokter anak

Perawatan medis

Jika anak Anda tidak segera membaik dengan perawatan yang dilakukan di rumah, maka langkah selanjutnya yang bisa diambil adalah menghubungi dokter anak untuk melihat apakah penyakit ini mulai berkembang menjadi kondisi lain, seperti pneumonia. Dengan perawatan medis mungkin melibatkan antibiotik untuk pneumonia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obat pilihan adalah amoksisilin yang diminum secara oral (melalui mulut). Atau langkah terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan rawat inap, untuk kasus yang paling parah. 

Video Terkini