Liputan6.com, Jakarta Mujahadah An Nafs adalah sebuah sikap atau tindakan dalam upaya mengendalikan diri. Mengendalikan diri yang dimaksud dalam Mujahadah An Nafs adalah menahan diri agar tidak melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Baca Juga
Advertisement
Adapun bentuk upaya mengendalikan diri yang dimaksdu dalam Mujahadah An Nafs adalah segala upaya yang mencegah diri memiliki sifat serakah, tamak, dengki, dan sifat-sifat yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan buruk.
Mujahadah An Nafs adalah salah satu bentuk jihad, karena mengendalikan diri sejatinya adalah memerangi hawa nafsu. Mujahadah An Nafs termausk dalah ketgori jihad karena perang tersulit yang dihadapi manusia sejatinya bukanlah perang melawan musuh, melainkan melawan dirinya sendiri atau hawa nafsunya sendiri.
Tentunya, Mujahadah An Nafs adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan oleh umat manusia, khususnya umat Islam. Sebab pengendalian diri yang baik akan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk lebih memahami mengenai Mujahadah An Nafs, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, serta dalil-dalil mengenai perintah untuk mengendalikan diri sendiri dan memerangi hawa nafsu.
Berikut adalah ulasan lengkap mengenai Mujahadah An Nafs, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (16/9/2022).
Pengertian Mujahadah An Nafs
Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya nafsu. Jadi mujahadah an-nafs adalah perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu dan menghindari perbuatan yang dilarang Allah SWT. dengan kata lain, Mujahadah an nafs adalah perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu dan menghindari perbuatan yang dilarang Allah SWT.
Setidaknya ada tiga jenis nafsu yang perlu dikendalikan menurut Alquran, yakni nafsu ammarah, nafsu nafsu lawwamah, dan nafsu muthmainnah.
Nafsu Ammarah
Nafsu ammarah adalah jenis nafsu yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan buruk seperti pelanggaran aturan atau syariat dan kejahatan. Perwujudan dari nafsu ammarah adalah sifat-sifat tercela pada manusia seperti dengki, bodoh, sombong, marah, cinta yang berlebihan, serta senang melakukan perkara jelek atau hina.
Allah Swt berfirman:
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Nafsu Lawwamah
Nafsu Lawwamah adalah jenis nafsu yang membuat manusia terjebak dalam perasahan bersalah yang mendalam. Nafsu lawwamah adalah nafsu yang mengingatkan manusia tentang kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan.
Jika manusia terlalu menuruti hawa nafsu ini, mereka akan terjebak dalam rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam. Akibatnya, manusia akan sulit merasa bahagia dan menikmati rahmat dari Allah SWT.
Nafsu lawwamah terwujud dalam sifat-sifat tercela manusia seperti menyesal, mengikuti kesenangan, menipu, menggunjing, riya, zalim, lupa, dan ujub.
Allah Swt berfirman:
“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyamah [75]: 2)
Nafsu Muthmainnah
Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang tenang dan tentram. Nafsu ini yang mendorong manusia pada kebaikan. Nafsu muthmainnah terwujud dalam sifat-sifat manusia seperti dermawan, tawakal, ikhlas, bersyukur, serta ridha dengan segala ketetapan Allah SWT.
Allah Swt berfirman:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.” (QS. Al-Fajr [89]: 27-28)
Penting untuk menjadi catatan, meski nafsu ammarah dan nafsu lawwamah memiliki kecenderungan untuk mendorong manusia untuk melakukan perbuatan buruk, tak lantas nafsu tersebut dapat hilang sepenuhnya. Inti dari Mujahadah An Nafs adalah untuk mengendalikan diri agar tidak dikendalikan hawa nafsu. Nafsu sendiri sebenarnya juga punya peran untuk mendorong manusia pada kemajuan, termasuk meningkatkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia.
Advertisement
Dalil Mujahadah An Nafs
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
"Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa orang yang dapat mengendalikan nafsu lebih kuat daripada orang yang bisa memenangkan pertarungan. Sebab, perang terberat bukanlah melawan orang lain atau musuh, melainkan melawan diri sendiri (hawa nafsu).
Allah berfirman dalam Q.S Al Anfal Ayat 72, yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoLongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Setidaknya, ada tiga poin penting yang bisa diambil dalam ayat tersebut, antara lain:
a. Allah memberikan derajat tertinggi dan mulia bagi orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW, yang rela berkorban dan meninggalkan nafsu duniawi dan memilih berjuang di jalan Allah.
b. Hendaknya umat Islam turut berjuang di jalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan dan siap berkorban dengan harta dan jiwa.
c. Umat Islam hendaknya bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT. Karena Allah selalu melihat dan mengetahui apa yang dilakukan hamba-Nya.
Ciri-Ciri Mujahadah An Nafs
Mujahadah An Nafs adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan. Apalagi Nabi Muhammad SAW, bersabda bahwa melawan hawa nafsu lebih sulit daripada berperang melawan musuh. Namun orang yang berhasil mempertahankan sikap Mujahadah An Nafs tentunya akan memperoleh manfaatnya, baik di kehidupan di dunia maupun akhirat.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki sikap Mujahadah An Nafs antara lain adalah:
a. Salah satu ciri orang yang memiliki sikap Mujahadah An Nafs adalah sabar. Orang yang dapat mengendalikan dirinya tentu tidak akan emosional dan bertindak atas dorongan emosi dan amarah.
b. Dapat mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup sesuai kemampuan diri. Sebagian besar yang kita inginkan, mulai dali kepemilikan barang atau aset tertentu, kebanyakan timbul karena dorongan nafsu. Padahal belum tentu kita membutuhkan hal-hal yang kita inginkan itu.
c. Ciri orang yang memiliki sikap Mujahadah An Nafs adalah rasa syukur yang meningkat. Sebab, dia menyadari Allah selalu memenuhi apa pun yang ia butuhkan untuk hidup. Adapun perasaan kurang, kebanyakan muncul akibat dorongan nafsu yang menimbulkan sikap tamak dan serakah, sehingga ingin memiliki segala hal yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
d. Terhindar dari perbuatan maksiat
e. Terhindar dari masalah dengan orang lain atau masalah sosial lainnya.
f. Ciri orang yang memiliki sikap Mujahadah An Nafs adalah tenang dan damai. Dalam jiwanya tidak ada lagi perasaan gelisah, cemas, iri, dan tidak puas.
g. Ciri dari orang yang memiliki sikap Mujahadah An Nafs adalah iman kepada Allah SWT yang terus meningkat.
Adapun sikap yang mencerminkan perilaku atau sifat Mujahadah An Nafs adalah berpikir positif, ikhlas, bersyukur, optimis, dan sabar.
Advertisement
Manfaat Sikap Mujahadah An Nafs dalam Kehidupan
Memiliki sikap Mujahadah An Nafs adalah hal yang penting bagi semua orang terutama muslim. Pentingnya sikap Mujahadah An Nafs tidak lain karena peran-peran sikap pengendalian tersebut yang bisa menghindarkan seseorang dari berbagai macam masalah.
Adapun peran-peran sikap Mujahadah An Nafs adalah sebagai berikut:
a. Mujahadah An Nafs adalah sikap yang memiliki peran penting dalam menjaga hubungan seseorang dengan orang lain dalam konteks interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya tak lepas dari hubungannya dengan masyarakat.
Sementara itu, di masyarakat ada banyak gesekan, baik itu perbedaan pendapat, pandangan, atau perbedaan kepentingan. Jika seseorang tidak mampu mengendalikan diri dan nafsunya, gesekan-gesekan tersebut akan dapat membawa seseorang ke dalam masalah yang merepotkan, seperti hubungan yang buruk dengan tetangga, teman sekelas, atau rekan kerja.
Padahal hubungan dengan mereka perlu dijaga dengan baik, mengingat kita tidak bisa hidup sendirian, dan ada kalanya kita membutuhkan bantuan mereka, begitu pula sebaliknya.
b. Mujahadah An Nafs adalah sikap yang dapat menunjukkan nilai seseorang. Baik buruknya seseorang dinilai dari sifat dan perilakunya. Memiliki kontrol diri yang baik tentu akan membuat seseorang akan memiliki perilaku yang baik, baik itu pada dirinya sendiri maupun orang lain.
c. Mujahadah An Nafs adalah sikap yang dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya. Ini terkait dengan bagaimana memilah sesuatu berdasarkan dorongan nafsu atau kebutuhan. Saat seseorang menetapkan suatu tujuan, tentunya dia harus fokus melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan tersebut.
Namun, ketika orang gagal mengendalikan diri dan lebih dikendalikan hawa nafsu, mereka biasanya akan kehilangan fokus. Lebih buruk lagi, mereka justru melakukan tindakan yang tidak ada hubungannya dengan upaya mencapai tujuan, tapi hal lain yang tidak penting karena dorongan nafsu.
d. Mujahadah An Nafs adalah sikap yang dapat membantu seseorang agar dapat menjadi pribadi yang efektif, dengan meminimalkan perilaku buruk yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan kenegaraan.
Intinya, Mujahadah An Nafs adalah sikap yang sangat penting untuk dimiliki seseorang, khususnya muslim. Sebab, sikap ini sangat berperan penting untuk membantu kita dalam menghadapi tantangan dan permasalahan dalam kehidupan, termasuk dalam merespons komentar orang lain maupun ketika sedang berupaya meraih cita-cita.