Liputan6.com, Jakarta Validasi adalah suatu kata yang belakangan cukup populer digunakan di media sosial, seperti Facebook, Twitter, TikTok, maupun Instagram. Dalam konteks percakapan di media sosial, validasi adalah sesuatu yang mengacu pada pengakuan atau perasaan diterimanya seseorang di lingkungan sosial.
Baca Juga
Advertisement
Dalam percakapan di media sosial seperti Twitter, selain pengakuan, validasi adalah dukungan. Sebagai contoh, jika Anda sering menelusuri lini mas adi Twitter banyak sekali cuitan dari orang yang menanyakan pendapat orang lain mengenai apa yang dia rasakan, pikirkan, dan lakukan.
Dengan cara itulah orang mencari validasi untuk memastikan bahwa apa yang telah mereka rasakan, pikirkan, dan lakukan adalah benar atau bisa diterima orang lain. Dalam konteks percakapan di media sosial, khususnya Twitter, bisa dipahami bahwa validasi adalah pengakuan atau penerimaan, dukungan terhadap pikiran, perasaan, tindakan, dan sebagainya.
Sebenarnya, validasi adalah kata yang memiliki makna yang lebih luas dari itu, karena kata ini juga bisa muncul dalam konteks atau percakapan lain. Dalam proses seleksi berkas misalnya, validasi adalah proses pengesahan yang dilakukan dengan cara memastikan kebenaran data yang terdapat dalam suatu dokumen.
Berikut adalah ulasan lebih lengkap mengenai validasi, mulai dari pengertian berdasarkan kamus, serta contoh-contohnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (29/9/2022).
Pengertian Validasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, validasi adalah proses pengesahan; pengujian kebenaran atas sesuatu. Berdasarkan makna tersebut, dapat dipahami bahwa validasi adalah suatu proses yang terkait dalam membuat sesuatu baik dokumen atau surat menjadi sah. Berdasarkan makna kedua menurut KBBI dapat dipahami bahwa validasi merupakan suatu proses pengujian nilai kebenaran sesuatu dengan berbagai macam prosedur, seperti pembuktian, klarifikasi, verifikasi, dan sebagainya.
Mengingat bahwa validasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris "validation," penting juga untuk menelusuri makna kata validasi dari asalnya. Menurut Cambridge Dictionary, ada tiga pengertian validasi.
(1) Validasi adalah tindakan atau proses membuat sesuatu secara resmi atau sah diterima atau disetujui.
(2) Validasi adalah tindakan membuktikan bahwa sesuatu adalah benar.
(3) Validasi adalah perasaan bahwa orang lain menyetujui dan menerima Anda, atau sesuatu yang membuat seseorang merasa diterima.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa validasi adalah suatu proses untuk membuat sesuatu menjadi sah atau disetujui. Validasi adalah proses pembuktian bahwa sesuatu adalah benar. Validasi adalah perasaan seseorang yang merasa telah diterima secara sosial.
Advertisement
Manfaat Validasi dalam Penelitian
Salah satu pengertian validasi adalah proses pembuktian bahwa sesuatu adalah benar. Berdasarkan pengertian tersebut, validasi tentunya memiliki sejumlah manfaat, khususnya dalam penelitian ilmiah.
Dalam konteks penelitian, manfaat validasi adalah sebagai berikut:
a. Manfaat validasi adalah salah satunya adalah memudahkan dalam proses entri data penelitian, dan akan lebih cepat dilakukan. Hal ini karena proses validasi data berhubungan dengan sampel yang telah diberikan pada responden sebagai objek penelitian.
b. Validasi akan membantu meningkatkan akurasi hasil penelitian. Dengan proses validasi data, risiko kesalahan atau kekeliruan pada data penelitian bisa ditekan.
c. Validasi adalah cara atau proses yang akan memudahkan penelitian. Ini karena validasi data akan membatasi opsi yang muncul selama penelitian. Lebih lanjut, validasi data hanya menampilkan pilihan-pilihan penting berkaitan dengan penelitian.
Validitas Data
Berdasarkan serangkaian penjelasan tersebut, dapat dipahami pula bahwa validasi adalah proses, metode, atau cara untuk mengetahui validitas sesuatu. Validitas sendiri merupakan keabsahan, kebenaran, dan kesesuaian.
Dalam penelitian ilmiah, data yang menjadi objek penelitian haruslah valid. Oleh karena itu diperlukan validasi data. Validasi adalah suatu proses/aktivitasnya dalam melakukan atau mencari keabsahan data atau kevalidan suatu data, sedangkan validitas adalah hasil dari pencarian kevalidan suatu data. Secara umum, validitas data dibedakan menjadi dua, yakni validitas logis dan validitas empiris.
Validitas Logis
Validitas logis adalah kondisi instrumen valid berdasarkan hasil penalaran. Dalam validitas logis, proses validasi dibagi menjadi tiga jenis, yakni validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.
a. Validitas Isi
Validitas isi adalah kesesuaian hubungan antara isi dengan pertanyaan-pertanyaan dalam tes yang representatif dari semua domain-domain isi pelajaran atau sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Validitas Kriteria
Validitas Kriteria adalah suatu ukuran validitas yang ditentukan dengan adanya perbandingan skor-skor tes yang telah didapatkan dengan suatu kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar. Ukuran luar dari tes tersebut harus memiliki hubungan secara teoretis dengan variabel yang diukur menggunakan tes tersebut.
c. Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah kualitas alat ukur yang digunakan apakah sudah benar-benar menggambarkan konstruk teoretis yang digunakan sebagai dasar operasionalisasi ataukah belum. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa validitas konstruk adalah penilaian tentang seberapa baik seorang peneliti menerjemahkan teori yang digunakan dalam alat ukur tersebut.
Validitas Empiris
Validitas empiris adalah nilai suatu keabsahan yang telah diuji secara empiris. Ada dua jenis validitas empiris, yakni validitas internal dan validitas eksternal.
a. Validitas Internal
Validitas internal adalah kecocokan sesuatu yang diamati, diukur, dan dianalisis dengan realitas. Artinya, validitas internal itu merujuk pada kesesuaian penelitian dengan realitas.
b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah generalitas atau universalitas produk penelitian. Bisa juga dipahami bahwa validitas eksternal juga bisa mengacu apakah suatu hasil penelitian bisa juga diterapkan pada situasi yang berbeda.
Advertisement
Validasi Media Sosial
Cambridge Dictionary menjelaskan bahwa salah satu pengertian validasi adalah perasaan bahwa orang lain menyetujui dan menerima Anda, atau sesuatu yang membuat seseorang merasa diterima. Pengertian tersebut sangat erat dengan konteks validasi sosial. Apalagi, kata validasi juga cukup sering digunakan dalam percakapan di media sosial, baik itu Twitter, Facebook, Instagram, maupun TikTok.
Sebagai manusia, kita secara alami untuk mendambakan keterikatan dan validasi. Manusia memiliki naluri untuk terhubung dan terikat dengan orang lain, dan tidak ada yang salah dengan itu.
Namun, di era Internet dan teknologi, media sosial telah menjadi tempat banyak orang untuk membangun keterikatan, keterlibatan, dan validasi. Bahkan banyak orang menilai seberapa berharganya hidup mereka berdasarkan bagaimana mereka diterima di media sosial, yang diukur berdasarkan jumlah likes, komentar, dan tolok ukur lainnya.
Dikutip dari Gleneagles Hospitals, Wajar jika kita ingin disukai orang lain dan terlibat dalam sebuah jaringan pertemanan. Hanya saja, kadang beberapa orang tampak begitu obsesif dengan cara memeriksa postingan untuk melihat apakah orang lain menyukai atau berkomentar.
Jika itu yang Anda lakukan, maka Anda telah menjadikan apa yang ada di media sosial sebagai alat atau media validasi untuk melihat seberapa berharganya hidup Anda. Hal ini ditandai dengan perasaan yang menjadi lebih baik ketika sesuatu yang Anda posting mendapatkankan banyak komentar atau likes.
Tanda bahwa Anda menjadikan alat validasi adalah ketika Anda merasa kesal atau cemburu ketika orang lain mengunggah postingan yang menunjukkan pencapaian mereka, seperti liburan ke luar negeri, kenaikan jabatan atau gaji, dan sebagainya.
Padahal tidak setiap hal yang diunggah di media sosial sesuai dengan kenyataan yang orang-orang alami di kehidupan mereka sehari. Apalagi, dengan teknologi yang semakin berkembang, foto maupun video dapat direkayasa sehingga tampak menarik dan indah.
Tentu saja tidak salah untuk menjadikan media sosial sebagai alat validasi diri sendiri. Hanya saja, afirmasi dan validasi dari media sosial dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan mental.
Dampak Buruk Validasi Media Sosial
Ketika seseorang memposting sesuatu baik itu foto atau video di media sosial, mendapatkan tanggapan tentu menjadi sesuatu hal yang menyenangkan, baik itu komentar maupun sekadar likes. Hanya saja tidak setiap postingan bisa mendapatkan perhatian. Ketika seseorang mengharapkan validasi dari media sosial yang tidak bisa dia dapatkan, mereka cenderung akan merasa cemas atau depresi.
Kebutuhan validasi dari media sosial bukan hal yang bisa dianggap remeh. Bahkan ini sudah menjadi hal yang serius di antara para remaja. Menurut Pew Research Center, yang dikutip dari The Triangle, mereka yang berusia antara 19 dan 29 tahun adalah pengguna media sosial teratas. Dalam artikel lain oleh The Conversation, dilaporkan bahwa 1 dari 5 mahasiswa mengalami kecemasan atau depresi, dengan penggunaan media sosial yang berlebihan sebagai faktor utama.
Dr. Clark Rose, profesor dan ketua departemen Psikologi perguruan tinggi Bryan, menjelaskan bahwa ketika kita terus-menerus menggunakan ponsel, kita mencegah otak kita untuk beristirahat. Stimulasi terus-menerus ini membuat otak kelelahan, bahkan menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental.
Karena manusia adalah makhluk relasional, maka wajar jika kita menginginkan pujian dan pengakuan dari orang-orang di sekitar kita. Rose menjelaskan bahwa dorongan itu baik dalam arti meningkatkan harga diri kita. Namun, itu bisa menjadi racun ketika kita mencari validasi konstan dari berbagai platform media sosial.
Psikolog klinis Stephen Thayer menyatakan bahwa ketika kita berada di ruang privat, online sosial, kita kehilangan wadah sosial dari interaksi tatap muka yang membentuk ketahanan emosional dan karakter. Pemberitahuan bahwa ada yang 'suka' di Facebook atau Instagram tidak lebih dari candu akan validasi.
Jenis validasi yang dirasakan ini umumnya bergantung pada jumlah likes dan komentar, yang pada akhirnya membentuk harga diri kita dan kesehatan mental kita secara keseluruhan.
Dampak buruk lain yang ditimbulkan dari validasi media sosial adalah, munculnya keinginan untuk menjalani gaya hidup glamour selebgram, yang bisa dilihat dari postingan mereka. Padahal media sosial sering menciptakan harapan yang tidak realistis tentang bagaimana kita harus menjalani hidup.
Kita melihat foto-foto model di Instagram atau gaya hidup selebritas yang menyenangkan, lalu berharap bisa seperti mereka. Padahal bisa jadi orang itu tidak sempurna dan bahagia seperti yang kita bayangkan. Lalu kita merasa cemas, sedih, dan merasa tidak berharga ketika tidak bisa mengikuti gaya hidup seperti itu.
Padahal yang terpenting adalah bahwa kita bisa hidup dengan sehat dan bahagia sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, tanpa harus meniru gaya hidup orang lain.
Demikian ulasan mengenai validasi. Intinya, validasi adalah kata yang memiliki sejumlah makna yang terkait dengan proses untuk membuat sesuatu menjadi sah atau resmi. Validasi adalah tindakan pembuktian bahwa sesuatu adalah benar. Validasi adalah perasaan bahwa seseorang diterima di lingkungan sosialnya.
Advertisement