Liputan6.com, Jakarta Kerusuhan laga derby antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya tadi malam (1/10) menimbulkan duka mendalam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Malang itu menjadi tragedi sepak bola terbesar dalam sejarah Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi tersebut. Dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Minggu (2/10), Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, ada sebanyak 127 orang menjadi korban kerusuhan di Kanjuruhan.
Dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. Sementara itu, 34 orang meninggal di dalam Stadion Kanjuruhan. Sedangkan 93 orang lainnya meninggal dunia di rumah sakit.
Selain pernyataan polisi, kronologi kejadian juga diungkapkan oleh salah satu suporter Arema yang selamat dalam tragedi tersebut. Salah seorang Aremania tersebut mengungkapkan apa yang dialaminya pada malam minggu mencekam lewat laman Twitter-nya @RezqiWahyu_05.
Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, kronologi pilu kerusuhan di Stadion Kanjuruhan versi polisi dan suporter, Minggu (2/10/2022).
1. Aparat sudah antisipasi
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md menyesalkan terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga derby antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Menurutnya, aparat kepolisian sudah berupaya melakukan antisipasi atas peristiwa tersebut.
"Sebenarnya sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan. Misal, pertandingan agar dilaksanakan sore bukan malam, jumlah penonton agar disesuaikan dengan kapasitas stadion yakni 38 ribu orang. Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat," tutur Mahfud Md kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).
Alhasil, pertandingan tetap dilangsungkan pada malam hari dan tiket yang dicetak berjumlah 42 ribu lembar.
Advertisement
2. Kronologi menurut pihak kepolisian
 Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, mengatakan, selama 2x45 menit pertandingan berjalan lancar tanpa gejolak berarti. Namun usai pertandingan, sejumlah suporter yang tak puas dengan hasil itu turun dari tribun lalu merangsek masuk ke dalam lapangan.
"Masalah terjadi usai pertandingan, mereka kecewa kalah di kandang sendiri sebelumnya selama 23 tahun tak pernah kalah," kata Nico dalam keterangan resminya di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Hal itu menggerakkan penonton turun ke tengah lapangan untuk mencari pemain dan ofisial Arema FC guna melampiaskan kekecewaannya. Dalam prosesnya, sambung Nico, hal itu dinilai membahayakan keselamatan tim Persebaya maupun Arema.
Â
3. Tembakkan gas air mata
Petugas keamanan yang berusaha menghalau tak digubris. Situasi kacau tak terkendali, bahkan ada beberapa petugas yang mendapat pukulan dari suporter. Karena itulah petugas kepolisian kemudian melepaskan tembakan gas air mata.
"Mereka pergi ke satu titik di pintu 12 kemudian ada penumpukan dan di sana (menyebabkan) kekurangan oksigen, sesak napas. Tim medis di dalam stadion berupaya menolong," ujar Nico.
Ia mengatakan, tidak semua dari total 42 ribu penonton yang memenuhi Stadion Kanjuruhan berbuat anarkis. Diperkirakan ada sekitar 3 ribu penonton yang merangsek masuk lapangan. "Jadi kalau semua patuh aturan maka kami akan kerja baik," ucapnya.
Selain itu, Mahfud Md juga menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan bukanlah peristiwa bentrokkan antarsuporter. Sejauh ini. Suporter Persebaya memang tidak boleh ikut menonton di Stadion Kanjuruhan. Yang ada di lapangan saat itu hanya pendukung Arema.
"Oleh sebab itu para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter," kata Mahfud menegaskan.
Advertisement
4. Kronologi menurut suporter selamat
Sementara itu, seorang suporter yang selamat, melaui akun Twitternya @RezqiWahyu_05, menceritakan kronologi terjadinya kerusuhan tersebut. Dari awal masuk ke stadion semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB. Pertandingan pun berjalan aman tanpa kericuhan sedikit pun.
"Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya," katanya.
Namun saat babak pertama jeda istirahat, ada sekitar dua atau tiga kali kericuhan sedikit di tribun 12-13. Kericuhan tersebut segera diamankan pihak berwenang. Babak kedua berlanjut dan tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ketiga.
Hingga peluit akhir dibunyikan, Arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan. Di sinilah awal mula tragedi, setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa. Sementara pelatih Arema dan manager tim mendekati tribun timur dan menunjukan gestur minta maaf ke suporter.
"Di sisi lain ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat seperti memberi kritik dan motivasi kepada mereka," katanya.
Â
5. Kericuhan tak terkendali
Lanjutnya, masuk beberapa orang lagi ke lapangan meluapkan kekecewaan kepada pemain Arema. Terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum suporter tesebut. Namun semakin banyak mereka yang berdatangan masuk, semakin ricuh stadion karena dari berbagai sisi juga ikut masuk.
Hal itu diikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan, para suporter semakin tidak terkendali. Akhirnya para pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan pengawalan polisi.Â
Pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. "Menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkatpanjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulis akun tersebut.
Namun saat aparat memukul mundur, suporter lainnya dari arah selatan dan utara menyerang aparat. Makin banyak suporter yang masuk kondisi sudah tidak terkendali. Aparat alu menembakan beberapa kali gas air mata ke arah suporter yang ada di lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.Â
"Yang akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah suporter," katanya.
Â
Advertisement
6. Malam mencekam
Berdasar cerita akun tersebut, gas air mata membuat suporter semakin ricuh. Mereka yang panik dan berlarian mencari pintu keluar. Tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak.
"Banyak ibu-ibu, wanita dan anak-anak kecil yang telrihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar stadion. Terlihat mereka sesak karena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," katanya.Â
Sementara di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata. Sekitar puku 23.30 WIB juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan suporter terhadap aparat yang dianggap mengurung mereka di dalam stadion yang penuh gas air mata.Â
Saat itu kondisi di luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita, suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah terdengar.Â
"Saya dikenalkan Arema oleh orangtua saya saat tahun 2007 hingga saat ini. Hari ini 1 Oktober 2022 menjadi titik terendah saya menjadi seorang suporter. Saya masih belum percaya menyaksikan kondisi saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini. Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini. Dan semoga ini yang terakhir,"Â pungkasnya.