Sukses

Alat Musik Sasando Dimainkan dengan Cara? Simak Jenis, Cara Main dan Sejarahnya

Sasando dimainkan dengan cara seperti memainkan alat musik harpa atau gitar, yaitu dipetik.

Liputan6.com, Jakarta Alat Musik sasando dimainkan dengan cara dipetik. Dengan kata lain, sasando dimainkan dengan cara seperti alat musik harpa atau gitar. Sasado sendiri merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan Rote.

Sasando merupakan alat musik berdawai. Artinya, sasando memiliki bagian berupa tali atau senar yang menjadi sumber suaranya. Dikarenakan merupakan alat musik dawai, alat musik sasando dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari-jari tangan.

Alat musik sasando memiliki bagian-bagian yang membentuk struktur alat musik tersebut. Bagian utamanya berbentuk tabung panjang dari bambu. Kemudian ada bagian tengah yang melingkar dari atas ke bawah dengan penyangga yang disebut senda. Di bagian itulah dawai-dawai atau senarnya direntangkan di tabung bambu dari atas ke bawah.

Penyangga ini memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan dawai, lalu tabung sasando diberi sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar (haik). Wadah ini merupakan tempat dawai beresonansi sehingga suaranya terdengar lebih keras. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.

Kira-kira demikian penjelasan mengenai sasando berdasarkan bentuk fisiknya. Selanjutnya, artikel ini akan membahas mengenai asal mula alat musik sasando berdasarkan cerita rakyat, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (26/10/2022).

2 dari 6 halaman

Asal Usul Alat Musik Sasando

Secara harfiah nama Sasando berasal dari bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Ada 2 macam versi cerita rakyat tentang asal mula sasando. Cerita versi pertama menyebutkan bahwa awal mula alat musik Sasando ditemukan oleh seorang anak muda bernama Sangguana, yang terdampar di Pulau Ndana.

Kemudian ia dibawa ke hadapan raja Takalaa yang tinggal di istana Nusaklain. Kebiasaan di istana pada malam hari sering diadakan permainan kebak. Permainan kebak merupakan tarian massal yang dilakukan oleh kelompok pemuda dan pemudi. Tarian ini dilakukan dengan cara bergandengan tangan membentuk sebuah lingkaran dengan seorang yang berperan sebagai manahelo (pemimpin syair) yang berada di tengah lingkaran. Syair-syair ini menceritakan silsilah keturunan mereka.

Dalam permainan ini Sangguana yang menjadi tumpuan perhatian karena ia mempunyai bakat seni. Tanpa disadari putri raja jatuh hati pada Sangguana dan bertemu dengan putri raja, Sangguana diminta untuk menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Apabila berhasil berhak mempersunting putri raja.

Suatu malam Sangguana bermimpi sedang memainkan satu alat musik yang indah bentuk dan suaranya. Berdasarkan mimpi tersebut Sangguana berhasil menciptakan alat musik ini diberi nama sandu yang artinya berani bergetar.

Putri raja menamai alat ini sesuai dengan bahasanya sya, yaitu hitu (tujuh), karena alat tersebut terdapat tujuh dawai dan lagu yang dimainkan dinamai depo hitu yang artinya sekali dimainkan ketujuh dawai bergetar. Dawai ini terbuat dari akar pohon beringin kemudian diganti dengan usus hewan yang telah dikeringkan. Karena itulah sasando dimainkan dengan cara dipetik.

3 dari 6 halaman

Asal Usul Alat Musik Sasando Versi Lain

Versi lain menyebutkan bahwa sasando bermula dari kisah dua orang sahabat orang sahabat yaitu Lunggi Lain dan Balok Ama Sina. Kedua sahabat ini sehari-harinya bekerja sebagai gembala domba dan penyadap tuak. Ide membuat sasando ini muncul ketika mereka sedang membuat haik, sebutan untuk wadah penampung air tuak yang terbuat dari daun lontar.

Di antara jari-jari dari daun lontar terdapat semacam benang yang disebut fifik dalam bahasa Rote. Tanpa sengaja fifik atau benang itu dikencangkan kemudian dipetik menimbulkan bunyi yang berbeda. Namun awalnya, benang atau fifik ini mudah putus.

Pengalaman tersebut mendorong Lunggi Lain dan Balok Ama Sina untuk mengembangkannya. Mereka kemudian membuat alat musik yang dapat menirukan nada-nada yang ada pada gong. Akhirnya mereka berhasil menciptakan bunyi-bunyian atau nada-nada yang ada pada gong yaitu dengan mencungkil tulang-tulang dari lembaran daun lontar yang kemudian diganjal dengan batang kayu.

Karena nada-nada yang dihasilkan selalu berubah-ubah dan suaranya sangat kecil, kemudian lembaran daun lontar diganti dengan bambu yaitu dengan cara mencungkil kulit bambu sebanyak nada yang ada pada gong. Ide ini berlanjut terus kemudian dawai-dawainya diganti dari dari serat pelepah daun lontar dan ruang resonansinya dari haik. Hingga akhirnya, terciptalah sasando.

4 dari 6 halaman

Jenis-Jenis Alat Musik Sasando

Alat musik sasando pun terus mengalami perkembangan sehingga menghasilkan alat musik sasando dengan berbagai jenis dan cara main. Bahkan sekarang juga ada sasando elektrik, yang memungkinkan menciptakan suara yang keras dengan menghubungkannya dengan amplifier. Menurut keterangan dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, sasando dibedakan berdasarkan bunyi yang dihasilkan dan perkembangannya.

Berdasarkan bunyi yang dihasilkan, sasando dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain adalah Sasando engkel, Sasando dobel, Sasando gong dan Sasando biola. Sasando engkel merupakan jenis Sasando yang memiliki 28 dawai. Untuk Sasando dobel biasanya memiliki 56 atau 84 dawai, sehingga memiliki lebih banyak jenis suara. Sasando gong merupakan jenis Sasando yang memiliki suara hampir menyerupai suara gong. Sedangkan Sasando biola merupakan Sasando yang memiliki suara hampir sama dengan suara biola. Tentunya penggunaan setiap jenis Sasando disesuaikan dengan keahlian setiap pemain dan kebutuhan pertunjukan.

Sementara itu, berdasarkan perkembangan teknologinya, sasando dibagi menjadi dua, yakni sasando elektrik dan sasando tradisional. Sasando tradisional merupakan bentuk sasando aslinya dan dimainkan tanpa alat elektronik seperti amplifier atau dimainkan secara akustik. Sedangkan Sasando elektrik merupakan jenis Sasando yang bisa dimainkan dengan alat elektronik seperti amplifier. Biasanya Sasando elektrik dimainkan dalam panggung besar atau pertunjukan modern.

5 dari 6 halaman

Cara Memainkan Alat Musik Sasando

Seperti yang dibahas sebelumnya, alat musik sasando dimainkan dengan cara seperti main gitar, yakni dipetik. Meski demikian, alat musik sasando dimainkan dengan cara yang beragam. Ini tidak lepas dari banyaknya teknik bermain sasando.

Alat musik sasando dimainkan dengan cara menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass. Untuk memainkan sasando ini tentu tidak mudah, karena dibutuhkan harmonisasi perasaan dan teknik, sehingga menghasilkan nada yang pas dan merdu. Selain itu keterampilan jari dalam memetik sangat diperlukan.

Hampir sama dengan alat musik harpa, keterampilan dalam memetik dawai sangat mempengaruhi suara apalagi bila memainkan nada tempo cepat, keterampilan tangan sangat diperlukan.

Alat musik sasando ini merupakan salah satu alat musik yang memiliki suara bervariasi, sehingga dapat dimainkan dalam genre yang bervariasi seperti musik tradisional, pop, dan genre musik lainnya yang bukan musik elektrik. Dalam masyarakat Rote sendiri, Sasando sering dimainkan untuk mengiringi tarian, lagu, syair dan acara hiburan lainnya.

Demikian pembahasan mengenai sasando. Kesimpulannya, sasando merupakan salah satu jenis alat musik dawai tradisional yang terus mengalami perkembangan sehingga ada sasando elektrik. Karena merupakan alat musik dawai, sasando dimainkan dengan cara dipetik, seperti main gitar atau harpa.

6 dari 6 halaman

Perbedaan Alat Musik Sasando dengan Kecapi

Jika dilihat dari bentuk dan caranya dimainkan, alat musik sasando bisa dibilang mirip dengan kecapi. Akan tetapi, alat musik sasando dan kecapi adalah dua alat musik tradisional yang memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Sasando berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sementara kecapi berasal dari Jawa.

Sasando terdiri dari sejumlah senar yang ditutupi oleh tabung resonansi yang terbuat dari anyaman daun lontar. Jumlah senar pada sasando berkisar antara 20 hingga 28 senar, tergantung pada ukuran alat musiknya. Untuk memetiknya, pemain sasando menggunakan jari-jari tangan atau menggunakan alat khusus yang disebut plektrum.

Di sisi lain, kecapi memiliki jumlah senar yang lebih sedikit dibandingkan dengan sasando. Biasanya, kecapi hanya memiliki 13 sampai 19 senar. Tabung resonansi kecapi terbuat dari kayu, dengan bentuk yang mirip dengan sebuah kapal. Pemutaran kecapi dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan.

Perbedaan lainnya antara sasando dan kecapi adalah dalam hal cara memainkannya. Pemain sasando harus menggunakan kedua tangan untuk memetik senarnya, sementara pemain kecapi hanya menggunakan satu tangan untuk memetik senar.

Dalam kesimpulannya, sasando dan kecapi memiliki perbedaan dalam hal daerah asalnya, jumlah senar atau dawai, bahan tabung resonansinya, dan cara memetiknya. Perbedaan ini menciptakan karakteristik unik pada masing-masing alat musik tradisional ini.