Sukses

Pengertian Qada dan Qadar, Simak Jenis dan Hikmah Mengimaninya

Berikut ini adalah penjelasan mengenai qada dan qadar sebagai salah satu rukum iman, beserta hikmah mengimaninya.

Liputan6.com, Jakarta Jelaskan pengertian qada dan qadar! Untuk dapat menjelaskan pengertian dua istilah tersebut, tentunya penting bagi kita untuk memahami qada dan qadar. Qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke-6.

Dengan kata lain, sebagai muslim tentunya kita harus mengimani qada dan qadar, bahwa setiap hal yang terjadi di kehidupan manusia dan semua makhluk Allah, semuanya tidak lepas dara qada dan qadar. Apa yang terjadi hari ini, apa yang telah terjadi kemarin, atau yang akan terjadi di masa depan, semuanya terkait dengan qada dan qadar.

Jadi, apa itu beriman kepada qada dan qadar? Iman kepada qada dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluknya.

Dari uraian tersebut, bisa kita jelaskan pengertian qada dan qadar. Namun takdir seperti apa qada dan qadar itu, berikut penjelasan lengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (27/10/2022).

2 dari 5 halaman

Pengertian Qada dan Qadar

Secara harfiah, qada artinya adalah ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Sementara itu, secara istilah qada dipahami sebagai ketetapan Allah yang tercatat di Lauh al-Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh makhluk atau alam semesta.

Sedangkan qadar, secara harfiah berarti ketetapan yang telah terjadi atau keputusan yang diwujudkan. Secara istilah, qadar dapat diartikan sebagai ketetapan atau keputusan Allah yang memiliki sifat Maha Kuasa (Qadir) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik maupun takdir yang buruk.

Lalu apa bedanya qada dan qadar? Mari kami jelaskan pengertian qada dan qadar, serta perbedaan di antara keduanya. Jadi apapun yang terjadi di dunia ini, semua telah ditetapkan oleh Allah SWT sejak zaman azali, termasuk kelahiran seorang anak, datangnya bencana alam, dan sebagainya. Ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah, ada yang sudah terjadi, sedang terjadi, atau belum terjadi. Nah, ketentuan ini yang disebut dengan qada.

Sedangkan qadar adalah ketentuan Allah yang sudah terwujud atau terjadi. Dengan kata lain, Qadar dan takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari Qada. Hubungan antara Qada dan Qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama Qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata takdir, padahal yang dimaksud adalahqada dan qadar.

3 dari 5 halaman

Takdir

Untuk dapat jelaskan pengertian qada dan qadar, penting juga untuk mengetahui apa itu takdir dan jenisnya. Takdir sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yakni takdir mubram dan takdir muallaq.

Takdir Mubram

Takdir mubram adalah takdir atau ketetapan Allah SWT yang tidak dapat diganggu gugat, atau tidak bisa diubah dengan upaya apapun. Contoh dari takdir mubram termasuk kelahiran seorang anak dan matinya makhluk Allah.

Sunnatullah juga termasuk contoh dari takdir mubram. Dengan kata lain setiap yang ada di alam semesta ini bergerak berdasarkan hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan oleh Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi. Kekuatan tenaga manusia berbeda dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

Takdir Muallaq

Takdir muallaq adalah ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah, namun masih bisa diubah berdasarkan upaya dan usaha yang dilakukan manusia. Misalnya saja, seseorang lahir dari keluarga yang miskin, namun karena sepanjang hidupnya dia tekun belajar dan bekerja keras, maka dia dapat mengubah nasibnya sehingga menjadi orang kaya.

Seperti janji Allah dalam surat Ar-Rad ayat 11, yang artinya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

4 dari 5 halaman

Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada dua macam takdir, yakni takdir mubram (yang tidak dapat diubah) dan takdir muallaq (yang dapat diubah). Dengan kata lain, meski segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi, telah ditetapkan oleh Allah, namun ada hal-hal yang masih bisa kita ubah. Untuk itulah pentingnya ikhtiar.

Ikhtiar dapat diartikan sebagai usaha atau upaya, di mana seseorang mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan ikhtiar, artinya kita mengambil kesempatan yang telah diberikan Allah untuk mengubah takdir kita sendiri.

Bisa jadi, jika tidak berusaha, kita bisa saja bernasib sial dan malang. Namun setelah melakukan segala daya dan upaya, nasib yang tadinya ditetapkan sebagai suatu kesialan, berubah menjadi keberuntungan. Namun ikhtiar atau usaha yang bisa dilakukan manusia sangat terbatas.

Di luar batas kemampuan yang bisa diupayakan manusia, kita hanya bisa menyerahkan segalanya pada Allah. Hal ini disebut sebagai tawakal. Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya bisa berusaha sekuat tenaga sesuai dengan batasannya, sedangkan hasil akhirnya sepenuhnya urusan Allah. Oleh karena itu apabila usahanya berhasil, ia tidak bersikap lupa diri, dan apabila mengalami kegagalan, ia tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.

5 dari 5 halaman

Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, qada adalah ketentuan yang sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah segala ketentuan Allah yang sudah ditetapkan dan sudah terwujud dan terjadi hingga saat ini.

Mengimani qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke-6. Oleh karena itu, penting bagi kita meyakini sepenuh hati, bahwa segala hal yang terjadi di alam semesta ini merupakan hasil dari ketentuan dan ketetapan Allah. Mengimani Allah juga menghadirkan hikmah, antara lain sebagai berikut:

1. Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT sudah diberi ukuran, takaran, sifat, dan undang-undang. Panas matahari tidak mampu membuat air mendidih, tetapi ia sangat berguna bagi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan, selain sebagai alat penerang yang mengalahkan cahaya bulan dan lampu. Bumi, langit, dan isinya diciptakan untuk manusia sebagai khalifah.

Dengan iman kepada qada dan qadar, hendaknya manusia dapat menyelidiki dan mempelajari alam sehingga mampu memanfaatkannya. Bagaimana mungkin manusia dapat memanfaatkan alam jika tidak mengetahui sifat, ukuran, sebab-akibat, atau sunnatullah?

Bagaimana cara memanfaatkan sinar matahari, air terjun, racun, udara, gas, angin, bulu domba, bisa ular, dan lain sebagainya? Dengan mengimani takdir, maka manusia dapat mempelajari suatu hukum yang pasti sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.

2. Menghindari Sifat Sombong

Dengan beriman kepada qada dan qadar, seseorang yang memperoleh sukses besar, meraih jabatan yang tinggi, menjadi penguasa, ataumemiliki harta berlimpah, ia tidak akan merasa sombong. Sebaliknya, ia menjadi semakin rendah hati karena menyadari bahwa sukses yang diperoleh bukan semata-mata hasil usahanya sendiri, kecuali sudah menjadi ketetapan Allah.

Tanpa pertolongan dan ketetapan Allah seseorang tidak akan mampu memperoleh kesuksesan itu sehingga ketika mendapatkannya, ia justru menjadi tawadlu atau rendah hati menyadari akan kemudahan dan keagungan Allah SWT.

3. Melatih Husnuzan (Baik Sangka)

Iman kepada qada dan qadar mendidik manusia untuk berbaik sangka pada ketetapan Allah karena apa yang kita inginkan belum tentu berakibat baik, demikian pula sebaliknya.

4. Melatih Kesabaran

Seorang yang beriman kepada Qada dan Qadar akan tetap tabah, sabar, dan tidak mengenal putus asa pada saat mengalami kegagalan karena menyadari bahwa semua kejadian sudah ditetapkan oleh Allah. Akan tetapi, bagi orang yang tidak beriman kepada takdir, kegagalan mengakibatkan stres, putus asa, dan kegoncangan jiwa.

5. Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut

Iman pada Qada dan Qadar akan menumbuhkan sifat pemberani.  Semangat dan jiwa seseorang akan bangkit karena ia tidak memiliki keraguan atau gentar sedikit pun untuk maju. Orang yang beriman itu meyakini bahwa apa pun yang bakal terjadi tidak akan menyimpang dari ketentuan atau takdir Allah.Â