Liputan6.com, Jakarta Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau gunung meletus sering sekali menimbulkan korban jiwa. Bahkan banyak di antara korban bencana alam tersebut adalah saudara-saudara kita sesama muslim. Oleh karena itu, penting juga bagi kita sesama muslim untuk mendoakan mereka agar amal ibadah mereka diterima di sisi Allah SWT.
Baca Juga
Memanjatkan doa untuk para korban bencana alam dengan cara yang biasa tentu tidak masalah. Namun akan lebih afdol jika kita juga melakukan shalat ghaib. Shalat ghaib adalah shalat yang dilakukan untuk jenazah yang berada di tempat yang jauh.
Advertisement
Tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam mirip dengan shalat jenazah. Shalat ghaib dilakukan tanpa ruku' dan sujud. Shalat ghaib ini juga pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk sahabat yang berada di tempat yang jauh.
Lalu bagaimana tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam? berikut adalah penjelasan mengenai sejarah dan tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (25/11/2022).
Sejarah Shalat Ghaib
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Nabi Muhammad SAW juga pernah melaksanakan shalat ghaib. Nabi Muhammad SAW pertama kali melakukan shalat ghaib untuk Raja Najasyi, Ashhamah bin Abjar, sang penguasa negeri Habasyah atau sekarang dikenal sebagai Etiopia. Wafatnya Raja Najasyi ini menjadi awal mula disyariatkannya shalat ghaib.
Raja Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah. Pada saat kematiannya, Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat ghaib, karena Raja Najasyi berada di tempat yang jauh.
Tidak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah melakukan shalat ghaib untuk tiga sahabat lainnya, yakni Mu’awiyah bin Mu’awiyah al-Muzanni yang wafat di Madinah, Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib yang keduanya syahid d pertempuran melawan kekaisaran Romawi Timur.
Terdapat banyak hadis yang meriwayatkan mengenai sholat ghaib yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya atas jenazah Najasyi. Di antaranya adalah hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah. "Nabi memberitakan kepada para sahabatnya tentang kematian Al-Najasyi, kemudian beliau maju (untuk mengimami), maka kami membuat shaf di belakang beliau, dan beliau bertakbir empat kali."
Advertisement
Tata Cara Shalat Ghaib untuk Korban Bencana Alam
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam sebenarnya mirip dengan tata cara shalat jenazah. Tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam dilakukan dengan empat kali takbir tanpa ruku' dan sujud.
Adapun tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam adalah sebagai berikut:
a. Membaca niat
b. Berdiri bagi yang mampu, bagi yang tidak mampu boleh mengerjakan dengan cara sebisanya
c. Takbiratul ihram pertama
d. Membaca surat Al Fatihah
e. Takbiratul ihram kedua
f. Membaca shalawat
g. Takbiratul ihram ketiga
h. doa untuk jenaxah
i. Takbir keempat
j. doa
k. Salam
Niat Shalat Ghaib
Niat adalah sesuatu yang membedakan suatu jenis ibadah dengan ibadah yang lai. Oleh karena itu, membaca niat adalah hal penting dalam jenis ibadah apapun. Adapun bacaan niat shalat ghaib untuk korban bencana alam adalah sebagai berikut:
Untuk Jenazah Laki-Laki:
a. Sebagai imam:
“Ushalli alal mayyiti (sebutkan nama jenazah) alghooibi arba'a takbiroti fardhol kifaayati imaaman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib atas mayit (nama jenazah) dengan empat kali takbir menjadi imam karena Allah ta'ala.”
b. Sebagai makmum:
“Ushalli alal mayyiti (sebutkan nama jenazah) alghooibi arba'a takbiroti fardhol kifaayati ma'muuman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib atas mayit (nama jenazah) dengan empat kali takbir menjadi makmum karena Allah ta'ala.”
Untuk Jenazah Perempuan
a. Sebagai imam:
“Ushalli alal mayyitati (sebutkan nama jenazah) alghooibi arba'a takbiroti fardhol kifaayati imaaman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib atas mayit (nama jenazah) dengan empat kali takbir menjadi imam karena Allah ta'ala.”
b. Sebagai makmum:
“Ushalli alal mayyitati (sebutkan nama jenazah) alghooibi arba'a takbiroti fardhol kifaayati ma'muuman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib atas mayit (nama jenazah) dengan empat kali takbir menjadi makmum karena Allah ta'ala.”
Untuk Jenazah yang Tidak Diketahui Identitasnya
a. Sebagai imam:
“Usholli ala man shola alaihi arba'a takbiroti fardhol kifayati imaaman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib sebagai imam atas mayit yang disalati dengan empat kali takbir fardhu kifayah karena Allah ta'ala.”
b. Sebagai makmum:
“Usholli ala man shola alaihi arba'a takbiroti fardhol kifayati ma'muuman lillahi ta'ala.”
Artinya:
“Saya niat salat gaib sebagai makmum atas mayit yang disalati dengan empat kali takbir fardhu kifayah karena Allah ta'ala.”
Advertisement
Membaca Surat Al-Fatihah dan Shalawat
Setelah membaca niat, kemudian melafalkan takbiratul ihram sambil mengangkat kedua tangan. Kemudian setelah takbiratul ihram pertama, yakni membaca Surat Al-Fatihah.
Kemudian, setelah selesai membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang kedua, kemudian dilanjutkan dengan bacaan shalawat. Adapun bacaan shalawat dalam shalat ghaib adalah sebagai berikut:
“Allohumma sholli alaa sayyidinaa muhamma wa alaa ali sayyidinaa Muhammad, kama sholaita alaa sayyidina ibrohim wa alaa sayyidina ibrohim, wa barik alaa sayyidinaa Muhammad wa alaa ali sayyidina Muhammad, kama barakta alaa sayyidina ibrohim wa alaa ali sayyidina ibrohim, fil alaaminaa innaka hamiidum majiid.”
Artinya:
“Ya Allah, Limpahkanlah rahmatmu kepada Nabi Muhammad. Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad beserta keluarganya, sebagaimana Engkau telah beri berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, Bahwasanya Engkau Tuhan yang sangat terpuji lagi sangat mulia di seluruh alam.”
Doa
Setelah selesai membaca shalawat, kemudian dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang ketiga. Setelah itu, lalu membaca doa untuk jenazah. Adapun bacaan doa untuk jenazah dalam shalat ghaib adalah sebagai berikut:
Untuk jenazah laki-laki
“Allaahummaghfir la-hu warham-hu wa'afi-hi wa'fu ‘an-hu, wa akrim nuzuula-hu, wawassi' madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-I wats tsalji wal-baradi, wanaqqi-hi minal khathayaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyad-hu minal danasi, wa abdil-hu daaran khairan min daari-hi, wa ahlan khairan min ahli-hi, wa zaujan khairan min zau-ji-hi, waqi-hi fitnatal qabri wa'adzaban naari.”
Artinya:
“Ya Allah, Ampunilah dia (laki-laki) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya di dunia, berilah keluarga (atau istri di surga) yang lebih baik daripada istrinya di dunia, dan masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka.”
Untuk jenazah perempuan
“Allahummaghfirla-haa warham-haa wa'afi-haa wa'fu ‘an-haa, wa akrim nuzuula-haa, wawassi' madkhola-haa, waghsil-haa bil maa-I wats tsalji wal-baradi, wanaqqi-haa minal khathayaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyad-haa minal danasi, wa abdil-haa daaran khairan min daari-haa, wa ahlan khairan min ahli-haa, wa zaujan khairan min zau-ji-haa, waqi-haa fitnatal qabri wa'adzaban naari.”
Artinya:
“Ya Allah, Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah dia di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang baik dari rumahnya di dunia, berilah keluarga (suami di surga) yang lebih baik daripada keluarganya di dunia, suami yang lebih baik daripada suaminya, dan masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka.”
Advertisement
Doa setelah Takbir Keempat
Setelah Membaca Doa untuk Jenazah, dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang keempat atau terakhir. Setelah takbiratul ihram yang keempat dilanjutkan dengan membaca doa yang kedua. Adapun bacaan doa yang kedua dalam tata cara shalat ghaib adalah sebagai berikut:
Untuk Jenazah Laki-Laki
“Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu walaa taftinaa ba'da-hu wghfi lanaa wa la-hu wa li ikhwanina ladzina sabaqquuna bil imaani wa la taj'al fi quluubina gilal liladzina amanuu robbana innaka rouufur rohiim.”
Untuk Jenazah Perempuan
“Allahumma laa tahrimnaa ajro-haa walaa taftinaa ba'da-haa wghfi lanaa wa la-haa wa li ikhwanina ladzina sabaqquuna bil imaani wa la taj'al fi qulubina gilal liladzina amanuu robbana innaka rouufur rohiim.”
Artinya:
“Ya Allah, Janganlah Engkau haramkan kami dari pahalanya dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya serta ampunilah kami dan dia, dan juga bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Langkah terakhir dalam tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam adalah mengucapkan salam. Setelah mengucapkan salam, tata cara shalat ghaib untuk korban bencana alam selesai.