Sukses

Playing Victim Artinya Bertindak Seolah Korban, Ini Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

Playing victim artinya adalah sebuah perilaku seseorang yang merasa dirinya sebagai korban untuk membela diri agar tidak disalahkan dan bertanggung jawab.

Liputan6.com, Jakarta Playing victim artinya adalah bertindak seolah-olah menjadi korban. Playing victim merupakan salah satu tindakan manipulatif, di mana seseorang yang sebenarnya adalah pelaku yang telah melakukan kesalahan, justru bertindak seolah-olah korban, sehingga membuat korban yang sesungguhnya merasa bersalah.

Playing victim biasanya dijadikan alat bagi orang-orang manipulatif untuk membela diri. Tindakan semacam ini jelas akan sangat merugikan orang lain, terutama korban sesungguhnya.

Sebagai contoh, misalnya saja dalam kasus orang yang selingkuh. Dalam hal ini sebagian besar orang pasti setuju jika selingkuh adalah hal yang salah dan tidak pantas untuk dilakukan. Namun, orang manipulatif tidak akan pernah merasa bersalah meski telah kepergok melakukan hal tersebut.

Alih-alih merasa bersalah, seorang yang manipulatif justru melimpahkan kesalahan pada pasangannya yang telah menjadi korban sesungguhnya dalam hal ini. Biasanya, ketika kepergok telah melakukan hal yang salah, orang manipulatif akan mengatakan, "Aku begini gara-gara kamu juga."

Playing victim artinya bertindak seolah korban sebagai pembelaan diri, serta membuat korban yang sesungguhnya merasa bersalah. Playing victing dapat dilakukan seorang yang manipulatif, terutama ketika ketahuan telah melakukan kesalahan.

Untuk lebih memahami apa itu playing victim, berikut ulasan selengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com, Selasa (6/12/2022).

2 dari 5 halaman

Pengertian Playing Victim

Playing victim artinya bertindak seolah-olah korban. Playing victim merupakan tindakan manipulatif yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi diri sebagai korban dan memiliki keyakinan bahwa orang lain yang menjadi penyebab kesengsaraan yang ia alami, dan biasanya pelaku playing victim ini tidak ingin bertanggungjawab atas segala kesalahannya.

Selain itu bisa juga dipahami bahwa playing victim artinya adalah sebuah perilaku seseorang yang merasa dirinya sebagai korban untuk membela diri agar tidak disalahkan. Tidak jarang, pelaku playing victim memutarbalikkan fakta untuk membuat korban yang sesungguhnya merasa bersalah.

Pelaku playing victim selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain dan menghindari tanggung jawab. Orang yang playing victim selalu merasa hal buruk terjadi dan akan terus terjadi. Mereka juga percaya segala upaya untuk menciptakan perubahan akan gagal, jadi tidak ada gunanya mencoba.

3 dari 5 halaman

Alasan Seseorang Playing Victim

Playing victim bukan hal yang dilakukan begitu saja tanpa alasan. Setidaknya menurut WebMD, ada sejumlah alasan mengapa seseorang melakukan playing victim, antara lain sebagai berikut:

1. Tidak Mau Bertanggung Jawab. Tanggung jawab adalah hal yang berat bagi hampir semua orang. Meski demikian, banyak orang berupaya sekeras mungkin untuk tetap menjalankan tanggung jawabnya, namun tidak dengan orang dengan victim mentality atau mental korban. Mereka justru mengambil upaya keras untuk melakukan hal yang sebaliknya, yakni lepas dari tanggung jawab.

2. Keuntungan. Simpati, perhatian, dan akses ke pengobatan atau dana adalah contoh umum dari keuntungan yang bisa diambil dari playing victim. Hanya saja, orang dengan mental korban sering tidak menyadari bahwa mereka mendapatkan manfaat ini, dan seringkali merasa sangat tertekan.

3. Trauma Masa Lalu. Tindakan atau kebiasan playing victim ini juga disebabkan oleh trauma di masa lalu. Trauma di masa lalu ini mendorong seseorang untuk validasi dan simpati dari orang lain, dengan bersikap seolah-olah menjadi makhluk paling menderita di bumi ini. Sikap tersebut tentu sangat efektif menarik simpati dari orang-orang yang belum mengenalnya dengan baik.

4. Tidak Mau Ambil Risiko. Memproyeksikan kesalahan pada orang lain adalah bagian penting dari mentalitas korban. Ini adalah cara untuk menghindari risiko, termasuk untuk kehilangan harga diri ketika harus mengakui kesalahan dan meminta maaf.

4 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Orang yang Suka Playing Victim

Playing victim adalah bertindak seolah-olah korban dan merasa menjadi makhluk paling menderita. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, playing victim biasanya dilakukan untuk menghindari risiko dan tanggung jawab. Seseorang yang sering melakukan playing victim biasanya memiliki victim mentality atau mentalitas korban. Adapun ciri-ciri seseorang memiliki mentalitas korban antara lain sebagai berikut:

1. Menghindari tanggung jawab

Salah satu ciri umum dari seseorang yang suka melakukan playing victim adalah menghindari tanggung jawab. Mereka mungkin akan membuat berbagai alasan untuk menyangkal permasalahan yang telah mereka perbuat. Sayangnya, hal ini juga bisa berimbas pada hal-hal penting seperti pekerjaan. Maka, tidak jarang sifat ini akan membuat seseorang kehilangan pekerjaan.

2. Tidak pernah mencari solusi akan masalah yang dihadapi

Suatu masalah mungkin akan terasa sangat susah sampai kita merasa tidak bisa melewatinya. Namun setidaknya, kita akan melakukan sesuatu hal untuk meringankannya. Sayangnya, tindakan ini tidak berlaku bagi mereka yang suka playing victim. Mereka bahkan mungkin menolak bantuan yang ditawarkan orang lain dan memilih untuk meratapi apa yang mereka sedang hadapi.

3. Rasa tidak berdaya

Banyak orang yang merasa menjadi korban percaya bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi yang ada. Mereka sebenarnya sadar akan kondisi buruk yang dihadapi. Namun, mereka berpikir bahwa dunia ini memang akan selalu berlaku buruk padanya, sehingga apapun yang ia lakukan tidak akan mengubahnya.

4. Memberi afeksi negatif pada diri sendiri

Selanjutnya, ciri playing victim adalah memberikan afeksi negatif pada diri sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu ungkapan seperti “segala sesuatu yang terburuk selalu menimpaku”, “aku pantas menerima semua kejahatan ini”, atau “tidak ada yang peduli denganku” ini akan merusak ketahanan mental mereka sendiri.

5. Tidak merasakan kebahagiaan

Berikutnya, ciri playing victim adalah tidak bisa melihat kebahagiaan yang dirasakan orang lain. Mereka bahkan mungkin akan membenci orang-orang yang terlihat bahagia. Pikiran ini tentunya justru akan melukai mereka sendiri dan membuat ledakan kemarahan, depresi, bahkan hingga perasaan terisolasi.

6. Semua adalah kesalahan orang lain

Playing victim melihat bahwa semua masalah yang terjadi dalam hidup mereka adalah kesalahan orang lain dan tidak melibatkan tanggung jawab sedikit pun pada diri mereka sendiri.

7. Manipulatif

Selanjutnya, ciri-ciri orang playing victim adalah manipulatif. Orang yang playing victim akan melakukan segala cara agar keinginannya terpenuhi. Ia juga bisa membuat orang lain merasa bersalah atas apa pun yang pernah dilakukan pada mereka.

8. Merasa sakit hati ketika ada yang memberi saran

Playing victim seringkali sulit menerima masukan. Karena mereka telah memposisikan diri sebagai korban sejak awal, mereka akan merasa terpojok jika orang lain memberikan saran atau pendapat yang tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan dan inginkan.

5 dari 5 halaman

Cara Menghilangkan Mental Korban

Secara umum cara berpikir dan mental merupakan hal yang tidak datang dengan sendirinya. Termasuk juga kepribadian, cara berpikir dan mental merupakan hal yang dibentuk. Semua itu dibentuk oleh serangkaian pengalaman yang panjang. Mungkin akan sulit untuk menghilangkan mental korban sepenuhnya. Akan tetapi bukan berarti kita tidak bisa mengatasinya.

Cara utama untuk dapat memiliki mentalitas yang kuat dan mengatasi mental korban adalh dengan cara membentuknya dengan serangkaian langkah. Adapun cara untuk mengatasi mental korban sehingga kita tidak perlu playing victim adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung Jawab. Kita adalah satu-satunya yang dapat mengontrol tindakan kita. Kita mungkin tidak dapat mengontrol orang lain, tetapi kita dapat mengontrol bagaimana kita bereaksi terhadap mereka. Kita dapat mengontrol dengan siapa Anda menghabiskan waktu, dan di mana. Sadarilah potensi diri dan lalu kendalikan setiap sikap dan keputusan.

2. Perawatan diri dan kasih sayang. Mentalitas korban secara tidak sadar diadopsi sebagai cara untuk mengatasi, seringkali dari trauma masa lalu. Berbelas kasihlah pada diri kita sendiri. Kita bisa merawat diri dan mengembangkan potensi diri sebagai bentuk cinta kita terhadap diri sendiri. Menulis jurnal dapat menjadi alat yang berguna untuk mengatasi perasaan Anda.

3. Mulailah mengatakan tidak. Kita bisa mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak ingin kita lakukan. Bahkan jika orang lain merasa kita mengecewakan mereka, jaga energi dan utamakan diri sendiri.

4. Mendidik diri sendiri. Bacalah buku-buku tentang mentalitas korban dan bagaimana hal itu memengaruhi hidup kita. Pertimbangkan mencari terapi.