Sukses

D-dimer adalah Pemeriksaan untuk Mendeteksi Masalah Pembekuan Darah, Pahami Penjelasannya

D-dimer adalah istilah yang berkaitan dengan kekentalan atau pembekuan darah.

Liputan6.com, Jakarta D-dimer adalah istilah yang mungkin masih belum dipahami oleh kebanyakan orang. Istilah ini mencuat saat merebaknya kasus COVID-19 di seluruh dunia. Pada kasus COVID-19, sering terjadi pembekuan darah, yang salah satu penyebabnya adalah reaksi imunitas. Tercatat, sebanyak 30 hingga 40 pasien COVID-19 mengalami peningkatan D-dimer.

D-dimer adalah istilah yang berkaitan dengan  kekentalan atau pembekuan darah. Sebenarnya, pengenceran dan pembekuan darah adalah kejadian yang umum pada tubuh manusia. Contoh, timbulnya koreng pada luka. Koreng tersebut adalah pembekuan darah yang bertujuan mencegah perdarahan terlalu banyak.

Namun, saat terjadi infeksi COVID-19, ini menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan dan kerusakan pada sel. Kerusakan ini mengaktifkan sistem pembekuan darah, yang bisa berdampak pada penyumbatan pembuluh darah vena (pembuluh darah balik mengarah ke jantung) dan pembuluh darah dari jantung ke paru-paru. Nantinya hal ini dapat mengakibatkan kematian.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (24/12/2022) tentang D-dimer.

2 dari 4 halaman

D-dimer adalah

D-dimer adalah suatu jenis uji sampel darah di laboratorium yang bertujuan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas (suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal). D-dimer adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi infeksi dan masalah pembekuan darah yang sering kali dialami oleh pasien COVID-19. Dengan pemeriksaan D-dimer, maka dokter dapat melakukan penanganan yang tepat sesegera mungkin terhadap pasien.

D-dimer adalah pemeriksaan pada pasien COVID-19 yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar protein dalam darah.Pengukuran kadar protein ini bisa dijadikan parameter untuk mengetahui apakah ada gumpalan atau bekuan darah dan mendeteksi infeksi atau peradangan dalam tubuh.

D-dimer adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein D-dimer dalam darah. Protein ini berfungsi untuk memecah darah yang membeku di pembuluh darah. Dalam kondisi normal, D-dimer tidak akan terdeteksi. Namun, bila terdeteksi, menandakan bahwa ada bekuan darah di dalam tubuh, meski tidak diketahui lokasinya secara spesifik.

Jumlah D-dimer yang biasa dijadikan patokan untuk mendeteksi adanya bekuan darah adalah 500 nanogram per mililiter darah atau lebih. Pada penderita COVID-19, jumlah protein D-dimer bisa meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh badai sitokin yang memicu ketidakseimbangan antara pembentukan dan pemecahan bekuan darah.

3 dari 4 halaman

Cara Mengontrol Kadar D-dimer

Cara mengontrol kadar D-dimer adalah suatu hal yang perlu diperhatikan dengan baik. Penerapan pola hidup sehat berperan sangat penting dalam hal ini, seperti menerapkan pola makan bergizi dan seimbang, olahraga rutin, dan tidak merokok. Pasalnya, pemberian obat-obatan biasanya menggunakan agen pengencer darah. Namun, penggunaannya harus terkontrol agar tidak berisiko membuat pendarahan. Ada berbagai pertimbangan sebelum memberikan pengencer darah yang perlu dipahami.

Bila diberikan secara tepat, obat pengencer darah akan menormalkan kondisi sekaligus mencegah komplikasi dan kematian pasien COVID-19. Banyak minum air putih bukanlah cara ampuh untuk mengencerkan darah kental dan menggumpal pada pasien virus corona. Mencukupi kebutuhan cairan dan menjaga pola makan hanya efektif kalau kamu ingin mencegah masalah darah yang bukan akibat infeksi virus corona.

4 dari 4 halaman

Penyebab D-dimer Meningkat

Mengutip Halodoc, ada beberapa kondisi medis dan perawatan yang berdampak pada kadar normal D-dimer dalam darah. Penyebab meningkatnya D-dimer adalah sebagai berikut:

- Penyakit jantung. Pengidap angina (nyeri dada akibat kurangnya pasokan darah ke jantung) yang pernah mengalami serangan jantung memiliki kadar D-dimer lebih tinggi.

- Kanker. Beberapa jenis kanker, termasuk kanker serviks dan kanker kelenjar getah bening berisiko tinggi mengalami kerusakan pembekuan darah akibat tingginya kadar D-dimer.

- Pengobatan kanker. Kemoterapi dan obat-obatan yang diminum oleh pengidap kanker payudara meningkatkan risiko pembekuan darah.

- Terapi estrogen. Pil KB dan terapi hormon dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah di pembuluh vena (DVT).

- Prosedur pembedahan. Prosedur penggantian pinggul atau lutut dan obat-obatan yang diminum meningkatkan risiko penggumpalan darah.

- Penyakit menular. COVID-19 dan pneumonia memicu peradangan yang berujung pada meningkatnya kadar D-dimer dalam darah.

- Penyakit ginjal. Gangguan pada organ ini meningkatkan risiko penggumpalan darah di pembuluh vena (DVT).

- Kehamilan. Wanita hamil berisiko dua sampai empat kali lipat mengalami kenaikan kadar D-dimer dalam tubuh, hingga tiga bulan setelah persalinan.

Faktor Risiko D-dimer

Kadar normal D-dimer dalam tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa kondisi lainnya. Faktor risiko D-dimer adalah sebagai berikut:

- Usia. Risiko pembekuan darah rentan dialami oleh orang berusia di atas 60 tahun.

- Ras. Orang Afrika dan Amerika memiliki tingkat d dimer lebih tinggi ketimbang orang keturunan Eropa.

- Jenis Kelamin. Risiko penggumpalan darah berisiko tinggi dialami oleh wanita ketimbang pria.

- Pola hidup tidak sehat. Merokok, tidak bergerak aktif dan kegemukan meningkatkan risiko penggumpalan darah di pembuluh vena (DVT).