Liputan6.com, Jakarta Seorang ahli bioteknologi dan produser film yang berbasis di Berlin, Jerman, Hashem Al-Ghaili telah menghadirkan sebuah ide absurd. Yaitu sebuah ekosistem rahim buatan yang mampu 'melahirkan' puluhan ribu bayi setiap tahunnya.
Dikenal sebagai Ectolife, ekosistem rahim buatan saat ini masih dalam tahap konseptual. Namun, jika berhasil dibuat atau direalisasikan nanti, itu akan memberi kesempatan bagi orangtua untuk memutuskan sendiri bayi yang diinginkan.
Baca Juga
Melansir Siakap Keli, menurut portal The First Post, konsep Ectolife mirip dengan pabrik yang memproduksi produk berdasarkan desain yang ditentukan pelanggan seperti warna kulit, mata, rambut, tinggi badan atau menghilangkan penyakit apa pun. Selain itu, dapat pula menentukan tingkat kecerdasan bayi yang diinginkan.
Advertisement
Al-Ghaili dalam websitenya mengatakan bahwa konsep tersebut dikembangkan sebagai hasil penelitian komunitas ilmiah selama 50 tahun di tingkat global.
"Itu mampu 'menghasilkan' sebanyak 30.000 bayi setiap tahunnya," tambah Al-Ghaili dalam websitenya, seperti dilansir Liputan6.com dari Siakap Keli, Senin (26/12/2022).
Bak pabrik yang ditenagai oleh energi terbarukan
Al-Ghaili dalam kanal YouTube-nya Hashem Al-Ghaili, juga menambahkan bahwa EctoLife akan sepenuhnya ditenagai oleh energi terbarukan dan memiliki kapasitas 75 laboratorium dengan masing-masing laboratorium berisi 400 buah rahim buatan. Polong ini akan dibangun untuk meniru fungsi rahim alami wanita.
Sedangkan orangtua dapat memantau perkembangan bayinya masing-masing melalui tablet yang terpasang pada pod yang menampilkan data secara real time. Data yang sama juga bisa diakses melalui aplikasi ponsel yang nantinya juga akan dikembangkan.
Sebuah sistem kecerdasan buatan akan dibangun untuk memantau dan mengamati perkembangan fisik bayi-bayi tersebut seperti pembentukan anggota badan yang cacat. Untuk proses kelahiran, hanya ada satu tombol yang jika ditekan akan mengeluarkan bayi dari pod.
Â
Advertisement
Dijadikan sebuah solusi
Al-Ghaili mengatakan, EctoLife akan menawarkan solusi bagi para wanita yang terpaksa mengangkat rahimnya karena komplikasi kesehatan. Juga akan membantu negara-negara yang populasinya menurun, seperti Korea Selatan, Bulgaria, Jepang dan lainnya untuk meningkatkan populasi.
Dia juga percaya bahwa proses pengembangan sistem dapat direalisasikan dalam 10 tahun lagi atau ketika soal etika telah dihilangkan.
"Semua fitur dan konsep Ectolife 100 persen berbasis teknologi ilmiah dan telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan insinyur. Yang tersisa sekarang adalah pengembangan prototipe yang menggabungkan semua fitur dan konsep," ujarnya.
Ketika tiba saatnya soal etika dilonggarkan, manusia pada saat itu siap menggunakan teknologi di masa depan.