Sukses

Intensifikasi Adalah Usaha Meningkatkan Hasil Produksi, Berikut Penjelasannya

Pada bidang pertanian, intensifikasi adalah kegiatan memproduksi lebih banyak per unit input (atau memertahankan produksi dengan input yang lebih sedikit).

Liputan6.com, Jakarta Intensifikasi adalah perihal meningkatkan kegiatan yang lebih hebat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Intensifikasi juga dapat diarikan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil atau membuat sesuatu menjadi lebih intens. Sementara itu intensifikasi adalah tumbuh lebih kuat atau lebih akut menurut pengertian dari Merriam-Webster. Dimanakah kira-kira kamu pernah mendengar istilah yang satu ini? Ya, istilah intensifikasi mungkin sering kamu jumpai dalam berbagai bidang, termasuk salah satunya bidang pertanian. 

Menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dalam  jurnal milik Struik dan Kuyper (2017), di bidang pertanian, intensifikasi adalah kegiatan memproduksi lebih banyak per unit input (atau memertahankan produksi dengan input yang lebih sedikit). Wakil Presiden Indonesia saat ini, Ma’ruf Amin juga mengatakan kepada Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, bahwa intensifikasi pertanian merupakan salah satu usaha untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang dilakukan dengan mengoptimalkan lahan pertanian yang telah ada.

Struik dan Kuyper dalam “Sustainable intensification in agriculture: the richer shade of green. A review” intensifikasi pertanian dibutuhkan untuk memberi makan populasi manusia yang tumbuh semakin banyak dan semakin menuntut. Dalam pembahasannya, terdapat istilah intensifikasi keberlanjutan. Berikut liputan6.com rangkum dari berbagai sumber tentang intensifikasi dalam bidang pertanian, Kamis (29/12/22) :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Definisi Intensifikasi dan Intensifikasi Berkelanjutan Pertanian

Dilansir dari jurnal yang berjudul “Sustainable intensification in agricultural systems” oleh Jules Pretty dan Zareen Pervez Bharucha tahun 2014, singkatnya, pertanian harus diintensifkan. Secara tradisional intensifikasi pertanian telah didefinisikan dalam tiga cara, yaitu:

1. Meningkatkan hasil panen per hektar.

2. Peningkatan intensitas tanam (yaitu dua tanaman atau lebih) per unit lahan atau input lain (air), atau intensitas ternak (misalnya breed cepat dewasa).

3. Mengubah penggunaan lahan dari tanaman atau komoditas bernilai rendah menjadi tanaman atau komoditas yang menerima harga pasar lebih tinggi atau memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik.

Sementara itu, Pretty  dalam Struik dan Kuyper (2017) pertama kali menciptakan istilah intensifikasi berkelanjutan untuk menggambarkan kebutuhan akan peningkatan hasil (output per satuan luas lahan) sekaligus memberi manfaat bagi lingkungan dan ekonomi di sub-Sahara Afrika, sebuah wilayah dengan kesenjangan hasil yang besar. Royal Society dalam  Pretty  dan Bharucha (2014) secara lebih lanjut menjelaskan bahwa intensifikasi berkelanjutan atau sustainable intensification (SI) didefinisikan sebagai proses atau sistem di mana hasil panen meningkat tanpa dampak lingkungan yang merugikan dan tanpa budidaya lebih banyak lahan. Dengan demikian, konsep ini relatif terbuka karena tidak mengartikulasikan atau mengistimewakan visi tertentu dari produksi pertanian.

Ini menekankan tujuan daripada sarana dan tidak menentukan teknologi, campuran spesies atau komponen desain tertentu. Intensifikasi berkelanjutan dapat dibedakan dari konsep sebelumnya tentang “intensifikasi pertanian” sebagai akibat dari penekanan eksplisitnya pada serangkaian pendorong, prioritas dan tujuan yang lebih luas daripada peningkatan produktivitas semata. Saat ini, menurut Struik dan Kuyper  istilah ini merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk pertanian industri dan intensifikasi berkelanjutan oleh petani kecil di selatan dunia sekarang lebih sering disebut sebagai intensifikasi ekologis.

3 dari 5 halaman

Perbedaan Intensifikasi Pertanian Konvensional dan Intensifikasi Berkelanjutan

Intensifikasi adalah upaya dalam meningkatkan hasil pertanian. Kehadiran intensifikasi berkelanjutan tentu membawa tujuan dan beberapa perbedaan dari intensifikasi pertanian konvensional, menurut Pretty  dan Bharucha (2014), perbedaan kedua intensifikasi adalah sebagai berikut :

1. Tujuan utama petani

Pada intensifikasi pertanian konvensional, tujuan utama para petani adalah meningkatkan hasil panen dan ternak. Sementara itu, tujuan utama petani intensifikasi berkelanjutan adalah meningkatkan hasil dan pendapatan, tingkatkan modal alam di lanskap on dan off-farm, bangun pengetahuan dan modal sosial.

2. Pengembangan pengetahuan

Dalam bentuk konvensional, intensifikasi adalah hal yang cenderung hanya digerakkan oleh “ahli”. Sedangkan, pada intensifikasi berkelanjutan, pengembangan pengetahuan merupakan kolaborasi antara “ahli” dan pemangku kepentingan lainnya sebagai kunci munculnya desain agroekologi; penelitian dan pengembangan partisipatif mengarah pada teknologi dan praktik baru.

3. Penyebaran pengetahuan

Penyebaran pengetahuan pada bentuk konvensional intensifikasi adalah berupa rantai penyuluhan konvensional dari penelitian publik atau swasta ke petani. Di sisi lain, penyebaran pengetahuan pada intensifikasi berkelanjutan merupakan kombinasi penyuluhan konvensional dengan diseminasi partisipatif melalui pembelajaran peer-to-peer.

4. Penata layanan jasa ekosistem

Pada bentuk intensifikasi pertanian konvensional, penata layanan jasa ekosistem ditekankan pada penyediaan layanan yang berasal dari lanskap pertanian; penggunaan input eksternal untuk menggantikan layanan pengatur dan pendukung; interaksi dengan lanskap non-pertanian di sekitarnya diperlakukan sebagai eksternalitas. Sementara itu, pada bentuk intensifikasi berkelanjutan, apresiasi yang lebih besar terhadap kontribusi berbagai jasa ekosistem yang disediakan oleh lanskap pertanian dan kesadaran akan hubungan dua arah antara komponen lanskap pertanian dan non-pertanian.

4 dari 5 halaman

Intensifikasi Ekologi

Cassman mengatakan dalam Stuirk dan Kuyper (2017) bahwa tujuan intensifikasi ekologi dalam pertanian “intensifikasi adalah sesuatu yang lebih lanjut dari sistem produksi yang memenuhi peningkatan permintaan pangan yang diantisipasi sambil memenuhi standar kualitas lingkungan yang dapat diterima ”. Definisi ini mendekati kelanjutan dari “business-as-usual” dalam praktik agronomi tanpa efek samping negatif.

Tiga pilar untuk intensifikasi ekologis, termasuk meningkatkan potensi hasil, memelihara atau meningkatkan kualitas tanah dan memastikan penggunaan masukan yang sangat efisien dan kehilangan masukan yang minimum ke lingkungan dengan pertanian presisi, yaitu mengoptimalkan pengelolaan tingkat lapangan dengan menggunakan informasi spesifik lokasi, keputusan sistem pendukung dan informasi rinci tentang cuaca. Dalam intensifikasi ekologis, sistem pertanian dirancang untuk mendapatkan manfaat dari proses dan fungsi ekologis, termasuk pengendalian biologis pemicu stres biotik dan penggunaan sumber daya dan layanan ekologis yang tersedia secara efisien.

5 dari 5 halaman

Dampak Intensifikasi Berkelanjutan

Dampak intensifikasi adalah apa yang disebutkan oleh Pretty  dan Bharucha bahwa di negara-negara berkembang, beberapa kemajuan paling signifikan menuju intensifikasi berkelanjutan telah dicapai dalam dua dekade terakhir. Studi terbesar terdiri dari analisis 286 proyek di 57 negara. Secara keseluruhan, sekitar 12·6 juta petani di 37 Mha terlibat dalam transisi menuju keberlanjutan pertanian di 286 proyek ini. Sementara itu, Program Foresight Office of Science Pemerintah Inggris menugaskan tinjauan dan analisis dari 40 proyek di 20 negara Afrika di mana SI telah dikembangkan atau dipraktikkan pada tahun 2000-an.

Kasus-kasus tersebut terdiri dari perbaikan tanaman, agroforestri dan konservasi tanah, CA, IPM, intensifikasi hortikultura, integrasi tanaman ternak dan pakan ternak, akuakultur serta kebijakan dan kemitraan baru. Pada awal tahun 2010, proyek-proyek ini telah mendokumentasikan manfaat bagi 10.4 juta petani dan keluarga mereka serta peningkatan sekitar.

Petani yang mengadopsi pendekatan SI telah mampu meningkatkan hasil pangan melalui intensifikasi berkelanjutan dalam dua cara. Yang pertama adalah perbanyakan, dimana hasil per hektar telah meningkat dengan menggabungkan penggunaan varietas baru dan lebih baik dengan perubahan manajemen agronomi-agroekologi.

Yang kedua adalah peningkatan hasil pangan dengan cara aditif, dimana diversifikasi pertanian menghasilkan munculnya berbagai tanaman, ternak atau ikan baru yang ditambahkan ke makanan pokok atau sayuran yang sudah ada dan dibudidayakan. Intensifikasi sistem pertanian yang berkelanjutan juga dapat mendorong transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan mendapat manfaat dari kemajuan yang didorong oleh sektor lain.

 

Reporter magang : Friska Nur Cahyani

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini