Liputan6.com, Jakarta Itikaf adalah salah satu ibadah yang memiliki keutamaan besar bagi umat Islam. Biasanya itikaf dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Namun, ibadah ini juga dapat dilakukan kapan saja.
Itikaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Bergerak dari makna tersebut, maka itikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridaan Allah dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya.
Sama seperti ibadah yang lainnya, itikaf adalah ibadah yang juga memiliki bacaan niat, tata cara, dan waktu terbaik untuk melakukannya supaya bisa mendapatkan keutamaannya. Dalam Islam, itikaf adalah amalan yang bisa memberi kentenangan hati.
Advertisement
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian itikaf beserta niat, tata cara, dan waktu terbaiknya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/12/2022).
Pengertian Itikaf
Dikutip dari laman Kemenag, pengertian itikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah. I’tikaf merupakan sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dengan sungguh-sunguh. Sedangkan dalam ilmu fiqih, itikaf adalah berdiam di dalam masjid dengan tata cara tertentu dan disertai niat.
Pada hakikatnya ritual itikaf tidak lain adalah salat di dalam masjid, baik salat secara hakiki maupun secara hukum. Yang dimaksud salat secara hakiki adalah salat fardhu lima waktu dan juga salat sunnah lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan salat secara hukum adalah menunggu datangnya waktu salat di dalam masjid. Sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
Dari Abu Hurairah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dan jika seorang hamba shalat (di masjid), malaikat akan senantiasa mendoakannya selama ia berada di dalam masjid, ‘Allahumma sholli alihi, Allahuma irhamhu,’ dan dia masih terhitung shalat (pahalanya sama seperti shalat), selama menunggu waktu shalat lainnya.” (HR. Bukhari)
Itikaf adalah ibadah penyerahan diri kepada Allah ta’ala, dengan cara memenjarakan diri di dalam masjid, dan menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah yang layak dilakukan di dalamnya. Di mana ia memiliki misi, untuk berupaya menyamakan dirinya layaknya malaikat yang tidak bermaksiat kepada Allah, mengerjakan semua perintah Allah, bertasbih siang malam tanpa henti.
Para ulama sepakat bahwa praktek itikaf disyariatkan di dalam Islam. Sebagaimana termaktub dalam al-Quran dan Sunnah.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.(QS. Al-Baqarah: 125)
“… janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid.” (QS. Al-Baqarah : 187)
Advertisement
Bacaan Niat Itikaf
Dikutip dari laman Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), niat itikaf adalah:
Nawaitu an a`takifa fi hadzal masjidil ma dumtu fih
Artinya: “Saya berniat itikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.”
Niat itikaf lain yang dapat digunakan adalah niat itikaf ini dikutip dari Kitab Al-Majmu` karya Imam An-Nawawi:
Nawaitul i`tikafa fi hadzal masjidil lillahi ta`ala
Artinya: “Saya berniat i`tikaf di masjid ini karena Allah SWT.”
Tata Cara Itikaf
Dikutip dari laman Kemenag, adapun tata cara itikaf adalah sebagai berikut:
1. Luruskan niat karena Allah SWT.
2. Merasakan hikmah dari itikaf adalah ia berputus sementara dari segala keduniaan untuk beribadah.
3. Seorang yang itikaf tidak keluar dari masjid, kecuali hanya untuk memenuhi hajat yang mesti ia laksanakan.
4. Tetap menjaga amaliyah ibadah pagi dan sore, seperti zikir pagi dan sore, salat sunat dhuha, sunat rawatib, salat qiyamullail, salat sunat wudhu, zikir setelah salat dan juga menjawab adzan.
5. Berupaya sungguh-sungguh untuk dapat bangun sebelum waktu salat dengan waktu yang cukup untuk mempersiapkan salat, sehingga dapat melaksanakan salat lima waktu dengan khusyuk dan tenang, bukan justru malah terlambat, apalagi ia sudah beri’tikaf di masjid.
6. Memperbanyak amalan sunat dengan melakukan berbagaimacam ibadah seperti membaca Al-Quran, membaca tasbih, memperbanyak membaca tahlil, tahmid, takbir, istighfar, membaca sholawat kepada baginda Rosulullah, mentadaburi Al-Quran, membaca terjemahannya, membaca hadits-hadits nabi dan membaca sirohnya. Sehingga waktu yang ada tidak membuat bosan hanya dengan tidur dan bersenda gurau dengan sesama saudara yang sedang beritikaf.
7. Sedikit makan, minum dan tidur dengan tujuan untuk melembutkan hati dan melatih kekhusyuan hati serta tidak membuang waktu sia-sia.
8. Selalu menjaga kebersihan dan kesucian diri dan tempat itikaf dengan selalu menjaga wudhu. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Secara ringkasnya adalah menerapkan sunah dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Waktu Melaksanakan Itikaf yang Baik
Ibadah itikaf ini dapat dilakukan kapan saja, mulai dari waktu memulai dan mengakhirinya. Namun, akan dianjurkan untuk melakukannya pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, yakni ketika Lailatul Qadar. Itu merupakan waktu yang terbaik.
Bahkan ada banyak hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw sering melakukan itikaf sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan menjelang wafatnya beliau, Rasulullah melakukan itikaf selama dua puluh hari terakhir Ramadhan. Kemudian hal itupun diikuti oleh para istri nabi saw setelah beliau wafat.
Dari Aisyah ra, “Rasulullah melakukan i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari, maka ketika di tahun menjelang wafatnya, Rasulullah beri’tikaf dua puluh hari.Dan istri-istrinya beri’tikaf setelah itu.”( HR. Bukhori dan Muslim).
Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Umar, ra berkata: “Rasulullah melakukan i’tikaf sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhori dan Muslim).