Sukses

Metode Persalinan ERACS, Ketahui Bedanya dengan Operasi Caesar Konvensional

ERACS atau Enhanced Recovery After Caesarean Surgery, adalah metode yang digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien bedah rawat jalan.

Liputan6.com, Jakarta Metode persalinan ERACS atau Enhanced Recovery After Caesarean Surgery, adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien bedah rawat jalan. ERACS umumnya bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan pasien, meningkatkan kontrol nyeri dan mengurangi mual dan muntah pasca operasi 

Metode persalinan ERACS biasanya melalui pemeriksaan sebelum operasi, ketika usia kehamilan mencapai 10 hingga 20 minggu. Sebelum operasi, pasien harus menjalani skrining kesehatan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit komorbid atau kekurangan zat besi. Enhanced recovery after cesarean section (ERACS) atau ERACS pada persalinan sesar biasanya terdiri dari optimalisasi pelayanan antepartum, pelayanan intrapartum termasuk manajemen anestesi dan pelayanan postpartum pasien rawat inap. 

Metode persalinan ERACS memungkinkan rasa sakit setelah operasi caesar berkurang besar, sehingga wanita bisa segera kembali ke rumah dan berfokus merawat buah hati. Metode ini sangat jauh berbeda dengan operasi caesar konvensional di mana setelah persalinan, wanita harus menjalani perawatan rumah sakit yang lama akibat rasa sakit yang dialami usai operasi.

Berikut ini perbedaan metode persalinan ERACS dan operasi caesar konvensional yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (4/1/2023).

2 dari 5 halaman

Mengenal Enhanced Recovery After Caesarean Surgery

Konsep Enhanced Recovery After Caesarean Surgery pertama kali diperkenalkan oleh Henrik Kehlet dari Denmark di majalah British Journal of Anaesthesia pada tahun 1997. Melansir dai laman Kementerian Kesehatan, prosedur yang dijalani dalam persalinan ini mengenai intervensi berdasarkan evidence based pada tahap persiapan operasi, intraoperatif, dan pascaoperasi untuk meningkatkan luaran pasien.

Metode persalinan ERACS dapat membuat pemulihan berlangsung dengan cepat terhadap kondisi pasien pascaoperasi. Metode ini akan membantu menjaga fungsi organ preoperatif,  dan menurunkan respon stres selama operasi. Pada tahun yang sama, komunitas dan kelompok penelitian ERAS didirikan dan sampai saat ini komunitas ERAS telah menerbitkan beberapa pedoman berbagai spesialisasi bedah termasuk thoraks, kardiovaskular, digestif, ginekologi, dan urologi.

Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah bayi lahir dengan metode ini adalah sebagai berikut: 

- Bayi memiliki risiko di mana sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah daripada bayi yang lahir normal.

- Memungkinkan pemberian ASI lebih awal, dimana pemberian ASI eksklusif yang dilakukan lebih awal ini untuk meningkatkan sistem imun bayi yang lahir melalui metode persalinan ERACS.

3 dari 5 halaman

Tindakan ERACS pada Operasi Seksio Sesarea

A. Pre operasi

- Informed consent dan penjelasan menyeluruh kepada pasien dan keluarganya.

- Mendapatkan optimalisasi hemoglobin.

- Puasa makanan berat 6-8 jam sebelum operasi, serta pemberian minum non-partikulat 2 jam sebelum operasi.

- Antibiotik profilaksis 30–60 menit sebelum operasi menggunakan antibiotik golongan sefalosporin generasi I atau II.

B. Intra operasi

- Mendapatkan obat-obatan anestesia, analgetik dan antiemetik yang adekuat.

- Insisi transversal/mediana dalam engeluarkan bayi.

- Menunda penjepitan tali pusat, 30 detik pada bayi prematur dan 60 detik pada bayi aterm

- Saat menjahit luka operasi, tidak mengeluarkan uterus dari kavum abdomen.

- Tidak mencuci kavum abdomen atau jika sangat dibutuhkan, dicuci secara minimalis (dimasukkan air sedikit saja dan dicuci di bagian segmen bawah rahim). 

- Tidak memberikan misoprostol oral/rektal pada pasien, untuk menghindari efek menggigil.

C. Pasca operasi

- Harus menghindari pasien dan bayi dari risiko hipotermi.

- Pasien langsung diberikan minum dan makan pascaoperasi

- Kateter dilepas 2 jam pascaoperasi, yang bisa membuat pasien bisa belajar mobilisasi

- Infus dilepas 12 jam pascaoperasi, pasien bisa mobilisasi penuh.

- Untuk pemeriksaan darah dilakukan 12 jam pasca operasi.

4 dari 5 halaman

Perbedaan Metode ERACS dengan Operasi Caesar Konvensional

1. Waktu Puasa

Pada operasi caesar konvensional, ibu hamil memang diwajibkan berpuasa serta dilarang untuk makan dan minum apa pun selama 8 jam sebelum operasi. Akan tetapi ketika Anda mengikuti metode persalinan ERACS, ibu hamil masih boleh mengonsumsi makanan ringan 6 jam sebelum operasi. Ibu hamil juga masih bisa minum air putih, jus, atau minuman yang mengandung gula 2 jam sebelum operasi.

2. Rasa Sakit Pasca Operasi

Metode persalinan ERACS akan lebih efektif dalam meminimalkan rasa sakit pasca operasi. Hal ini karena mereka mendapatkan pemberian obat anti-inflamasi non-steroid dan obat pereda nyeri non-opioid terjadwal, baik yang diminum maupun melalui cairan infus. Rasa sakit ini tentu berbeda dengan operasi caesar konvensional karena ibu hamil akan mendapatkan penyuntikan anestesi yang dilakukan dengan jarum spinal berukuran kecil. 

3. Masa Pemulihan

Hal lain yang membedakan metode persalinan ERACS dengan operasi caesar konvensional adalah masa pemulihannya yang lebih cepat. Saat persalinan dengan menggunakan metode ERACS, maka Anda akan mendapatkan penghentian pemberian cairan infus lebih awal dan bisa mengonsumsi makanan dan minuman.Masa pemulihan ini juga berpengaruh terhadap proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan skin-to-skin dengan bayi yang dilakukan lebih awal.

4.  Luka Bekas Operasi

Metode pembedahan pada persalinan ERACS dilakukan dengan pisau bedah yang kecil namun memiliki ketajaman tinggi, sehingga memungkinkan sayatan pertama langsung mencapai fascia atau selaput otot. Dalam proses oeprasi dengan metode ini, akan mengurangi kerusakan jaringan dan ibu lebih cepat pulih dari trauma pada kulit. 

 

5 dari 5 halaman

Prinsip ERACS

Di sebagian besar bidang, metode persalinan ERACS ini sama dengan waktu pemulihan yang lebih singkat, penghematan biaya, dan penurunan tingkat komplikasi. Dengan menggunakan metode ini, maka ibu hamil akan meminimalkan trauma bedah dan nyeri pasca operasi, yang mendorong kembalinya aktivitas normal dengan cepat. Pemulihan bedah seringkali bukan faktor pembatas angka untuk wanita menjalani operasi caesar, namun menjalani operasi caesar mungkin karena faktor ibu hamil yang mengalami komplikasi medis seperti preeklampsia atau infeksi intrauterin, yang mungkin menentukan lama tinggal di rumah sakit terlepas dari lintasan pemulihan bedah.

- Profilaksis Tromboemboli

Melansir dari laman National Library Of Medicine, Profilaksis tromboemboli setelah operasi caesar terbatas mengingat kelangkaan hasilnya. Tidak jelas pada saat ini apakah mendorong ambulasi lebih awal per rekomendasi, benar-benar mengurangi risiko tromboemboli vena selama penundaan ambulasi singkat dengan penggunaan perangkat kompresi pneumatik. Jika ambulasi dini merupakan bagian dari protokol ERAC, maka protokol keperawatan secara khusus harus diberikan untuk memastikan keamanan pada saat ambulasi pertama.

- Penghapusan Kateter Foley Dini

Pelepasan kateter Foley akan segera dilakukan setelah operasi caesar direkomendasikan untuk wanita yang tidak memerlukan pengukuran keluaran urin secara terus menerus. Hal ini akan menciptakan beberapa kontroversi di antara para ahli terkemuka. Satu kekhawatiran adalah kurangnya data yang ada tentang pelepasan segera kateter Foley dalam pengaturan opioid neuraxial kerja lama. Kurangnya data ini harus ditimbang dengan manfaat ambulasi dini yang belum terbukti. Kateter Foley yang dilepaskan dengan cepat, dapat meningkatkan risiko hipovolemia yang tidak diketahui.

- Mengurangi Penggunaan Opioid

Regimen nyeri multimodal dapat mengurangi jumlah opioid yang dibutuhkan oleh pasien setelah operasi caesar. Namun, efeknya berkurang ketika tindakan lain untuk mengontrol nyeri pasca operasi, seperti blok TAP dan morfin intratekal kerja lama, digunakan secara bersamaan. Menggunakan obat nyeri nonopioid bisa mencegah efek samping gastrointestinal, yang terkait dengan opioid seperti mual, muntah, konstipasi, dan penurunan motilitas usus.