Sukses

Fungsi IHSG dan Cara Membacanya yang Benar, Pahami Contoh

Fungsi IHSG sangat penting bagi investor dalam menentukan kapan harus membeli dan menjual saham.

Liputan6.com, Jakarta Fungsi IHSG sangat penting bagi investor dalam menentukan kapan harus membeli dan menjual saham. IHSG adalah singkatan dari Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu cerminan harga dari seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

IHSG merupakan indikator atau acuan pergerakan harga saham-saham yang ada di BEI. IHSG diperkenalkan pertama kali oleh BEI pada tanggal 1 April 1983. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG menguat berarti rata-rata saham di BEI menguat. IHSG melemah berarti rata-rata saham di BEI melemah.

IHSG dikenal juga sebagai Indonesia Composite Index (ICI) atau IDX Composite di pasar global. IHSG dihitung dengan menggunakan rata-rata berimbang berdasarkan jumlah saham di bursa atau Market Value Weighted Average Index. 

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (6/1/2023) tentang fungsi IHSG dan cara membacanya.

2 dari 5 halaman

Memahami IHSG

IHSG adalah singkatan dari Indeks Harga Saham Gabungan, sebuah indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Fungsi IHSG sangat penting bagi investor dalam menentukan kapan harus membeli dan menjual saham. IHSG adalah cerminan harga dari seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

IHSG dikenal juga sebagai Indonesia Composite Index (ICI) atau IDX Composite di pasar global. IHSG dihitung dengan menggunakan rata-rata berimbang berdasarkan jumlah saham di bursa atau Market Value Weighted Average Index. Data ini dihitung setiap hari bursa, yaitu Senin sampai dengan Jumat pukul 09.00-16.00 WIB, sehingga menghasilkan data secara update. 

IHSG adalah indikator pasar saham. Namun, IHSG bukanlah satu-satunya indek saham yang ada di BEI.

3 dari 5 halaman

Fungsi IHSG

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fungsi IHSG sangat penting bagi investor dalam menentukan kapan harus membeli dan menjual saham. Melansir laman Sikapi Uangmu OJK, berikut fungsi IHSG yang perlu kamu pahami:

Digunakan untuk Mengukur Kinerja Portofolio Saham

Fungsi IHSG yang pertama yaitu untuk mengukut kinerja portofolio saham. Portofolio saham adalah kumpulan aset investasi saham yang dimiliki perorangan atau perusahaan. Contohnya, jika kamu memiliki saham dari perusahaan X, Y, dan Z, kumpulan saham ini disebut dengan portofolio. Dengan melihat kinerja IHSG, kamu dapat membuat estimasi keuntungan dari portofolio saham yang kamu miliki.

Indikator Pergerakan Pasar Modal

Fungsi IHSG yang kedua adalah sebagai indikator pergerakan pasar modal. Mengingat IHSG dihitung dari rata-rata harga saham di bursa secara real time, IHSG dapat menjadi indikator pergerakan pasar modal terkini. Apabila tren IHSG sedang meningkat, maka bisa dipastikan harga saham dalam pasar modal juga turut meningkat. Sebaliknya, jika indeks harga sedang lemah, maka harga saham juga ikut menurun. Namun, kamu perlu memahami bahwa nilai ini merupakan nilai rata-rata, sehingga terdapat kemungkinan ada saham yang harganya outlier atau berbeda jauh dari IHSG.

Melihat Perkembangan Ekonomi Suatu Negara

Fungsi IHSG yang ketiga adalah untuk melihat perkembangan kondisi ekonomi suatu negara. Kondisi ekonomi ini dapat dilihat dari aliran modal, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan pajak negara. Fungsi IHSG berperan besar karena semakin tinggi investasi yang ada dalam negara, maka aliran modal juga akan semakin besar. Dengan modal besar tersebut, perekonomian akan bergerak dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi maupun penerimaan negara lewat pajak yang dibayar oleh perusahaan. Dari pajak itulah pemerintah bisa membuat kebijakan baru untuk mensejahterakan masyarakat.

4 dari 5 halaman

Cara Membaca IHSG

Setelah mengenali fungsi IHSG, kamu tentunya juga perlu memahami cara membacanya. IHSG dapat kamu lihat pada aplikasi atau situs tempat kamu berinvestasi. Saat IHSG memiliki tren naik, biasanya IHSG dikatakan hijau atau bullish. Pada saat IHSG naik atau hijau ini, investor disarankan untuk menjual saham agar mendapatkan keuntungan. Investor juga dapat memilih untuk melakukan hold atau menyimpan, dengan harapan harga saham akan tering meningkat dan memberikan keuntungan yang lebih besar.

Selain itu dikenal juga istilah stock bubble, yaitu peningkatan harga saham tertentu secara signifikan yang terkesan tidak normal dan dapat melebihi harga pasaran saham. Hal ini dapat terjadi ketika terdapat peristiwa yang tak terduga. Jadi, seorang investor perlu berhati-hati, karena bisa saja indeks mengalami bubble saat kamu kira ada potensi keuntungan saat IHSG naik.

IHSG turun disebut juga dengan bearish, lawannya bullish (IHSG Hijau). Pada saat IHSG turun, investor disarankan untuk membeli saham dan hold (simpan dan tidak menjual) saham yang sudah dimiliki dengan harapan harga saham akan semakin meningkat di masa depan.

Ada pula istilah cut loss, yaitu memutuskan untuk menjual sahamnya kembali di saat harga saham relatif turun untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Pada saat saham turun investor tidak boleh panik, melainkan perlu bersabar dan melakukan analisis lebih lanjut mengenai portofolio yang dimiliki. Tentunya setiap keputusan dalam berinvestasi perlu dilandasi oleh analisis fundamental.

5 dari 5 halaman

Contoh Cara Menghitung Keuntungan saat Menjual Saham

Seorang investor perlu membeli saham pada waktu yang tepat agar mendapatkan selisih nilai harga jual dan beli. Jika nilai jual lebih tinggi kamu akan mendapatkan keuntungan atau capital gain, sedangkan jika nilai jual lebih rendah kamu akan mengalami kerugian yang disebut sebagai capital loss.  

Mengutip laman Sikapi Uangmu OJK, berikut contoh cara menghitung keuntungan saat menjual saham:

Ketika saham sedang turun, kamu membeli saham AAAA sebanyak 10 lot dengan harapan harga saham ini akan meningkat. Ingat 1 lot saham terdiri dari 100 lembar, artinya kamu memiliki 1.000 lembar saham. Ketika harga saham tersebut meningkat, kamu berencana untuk menjualnya agar mendapatkan keuntungan berupa capital gain.

Berikut perhitungannya:

Harga beli per lembar = Rp 7400 (biaya beli per transaksi 0,15%)

Harga jual per lembar = Rp 7600 (biaya jual per transaksi 0,25%)

Biaya per transaksi ini dapat berbeda-beda di setiap platform investasi yang digunakan.

 

Pembelian: Rp 7400 x 1000 lembar = Rp 7.400.000

Biaya beli per transaksi (fee): 0,15% x Rp 7.400.000 =  Rp 11.100

Biaya pembelian = Pembelian + Biaya Beli

Biaya pembelian = Rp 7.400.000 + Rp 11.100 = Rp 7.411.100

 

Penjualan: Rp 7600 x 1000 lembar = Rp 7.600.000

Biaya jual per transaksi (fee): 0,25% x Rp 7.600.000 =  Rp 19.000

Hasil penjualan = Penjualan – Biaya Jual

Hasil penjualan = Rp 7.600.000 - Rp 19.000 = Rp 7.581.000

 

Keuntungan = Hasil Penjualan – Biaya Pembelian

Keuntungan = Rp 7.581.000 - Rp 7.411.100

Keuntungan = Rp 169.900

Jadi keuntungan yang kamu dapatkan dengan berinvestasi saham selama satu tahun adalah Rp169.900.