Sukses

Idul Adha adalah Hari Raya Haji dan Kurban, Simak Kisah di Baliknya

Idul Adha adalah hari raya umat muslim yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah.

Liputan6.com, Jakarta - Idul Adha adalah hari raya umat muslim yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan Idul Adha adalah “Hari Raya Haji” yang jatuh pada tanggal 10–13 Zulhijah yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (seperti sapi, kambing, atau unta) bagi yang mampu.

Dalam Al-Qur’an surat al-Kautsar ayat 1-2 Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."

Idul Adha tidak hanya tentang ibadah haji, tetapi disebut pula sebagai “Hari Raya Kurban atau Idul Qurban” yang dijadikan sebagai momen meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menunaikan perintah Allah SWT atas dasar takwa dan kasih sayang.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang Idul Adha sebagai Hari Raya Haji dan Hari Raya Kurban, Kamis (12/1/2023).

2 dari 4 halaman

Idul Adha adalah Hari Raya Haji dan Hari Raya Kurban

Kementerian Keagamaan Provinsi Jawa Barat (Kemenag Jabar), menjelaskan Idul Adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji” karena ini waktu di mana umat muslim sedang menunaikan haji yang utama, yakni wukuf di Arafah.

Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram. Pakaian yang melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan.

Semuanya merasa sederajat untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Idul Adha tidak hanya tentang ibadah haji, tetapi disebut pula sebagai “Hari Raya Kurban atau Idul Qurban” yang dijadikan sebagai momen meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dala menunaikan perintah Allah SWT atas dasar kasih sayang.

Dalam buku berjudul Dari Kuntum Menjadi Bunga 2 (2018) oleh Ibnu Basyar, mengungkapkan Idul Adha bukan hanya mengenai kurban dan penyembelihan hewan. Idul Adha adalah sebuah momentum merayakan cinta, yang melebihi pemahaman dan kemampuan nalar manusia.

Kemenag Jabar mengisahkan momentum yang sama. Idul Adha dinamai juga dengan “Idul Nahr” yang artinya hari raya penyembelihan.

Dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim, Ibnu Katsir mengemukakan bahwa, ujian Nabi Ibrahim adalah ketika ia menyatakan akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah.

Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.

Dalam Al-Qur’an surat as-Saffat ayat 102, Allah SWT berfirman:

Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ismail menjawab: “Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.”

3 dari 4 halaman

Kisah Nabi Ibrahim Ketika Menyembelih Nabi Ismail

Nabi Ibrahim sudah mempunyai tekad untuk bertakwa kepada Allah. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti (lempar jumrah) yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar.”

Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.

Allah telah meridai kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban. Ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat as-Saffat ayat 107-110.

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.”

4 dari 4 halaman

Pelajaran dalam Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Kisah yang diceritakan memiliki tiga pelajaran penting untuk memaknai Idul Adha. Kemenag Jabar menjelaskan tiga pelajaran penting itu meliputi:

1. Pelajaran Tentang Ketakwaan

Ini wujud ketaatan seorang hamba pada Sang Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Agar bisa meraih kehidupan baik (hasanah) di akhirat, umat manusia perlu melalui kehidupan di dunia sebagai ladang untuk memperbanyak kebajikan dan memohon ridha-Nya

Kesiapsediaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya atas perintah Allah menandakan tingginya tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim, sehingga tidak terjerumus dalam kehidupan hedonis sesaat yang sesat. Lalu, dengan kuasa Allah ternyata yang disembelih bukan Ismail melainkan domba.

Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai nyawa dan kehidupan manusia, Islam menjunjung tinggi peradaban manusia.

2. Pelajaran Tentang Hubungan Antar Manusia

Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Tuhan senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan kepada Allah (hablumminnalah) dan hubungan dengan sesama manusia atau hablumminannas.

Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media ritual tersebut. Melalui penyembelihan hewan kurban dan membagikannya kepada kaum tidak berpunya itu salah satu bentuk kepedulian sosial seorang muslim kepada sesamanya yang tidak mampu.

3. Pelajaran Tentang Peningkatan Kualitas Diri

Ini waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas diri dengan memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian, dan pengelolaan diri.

Akhlak terpuji dicontohkan Rasulullah SAW seperti membantu sesama manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, mementingkani orang lain (altruism) dan senantiasa sigap dalam menjalankan segala perintah agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang.