Liputan6.com, Jakarta Perayaan Imlek berasal dari 3.500 tahun yang lalu, dan membuat beberapa orang percaya bahwa Imlek berasal dari Dinasti Shang (1600-1046 SM). Hal itu sebagaimana dikuti dari laman ChinaHighlights. Pada saat itu orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa, dan leluhur pada awal atau akhir setiap tahun. Perayaan Imlek adalah salah satu bentuk rasa syukur menyambut tahun baru tiba, di mana berbagai tradisi dilakukan oleh orang Tionghoa. Makna tradisi Imlek biasanya dilakukan secara turun temurun, dan berbeda-beda antardaerah maupun antarnegara.
Baca Juga
Sepanjang Hari Raya Imlek berlangsung, masyarakat biasanya melakukan banyak sekali tradisi, mulai dari Sam Sip Am Pu (satu hari sebelum perayaan Imlek) hingga Cap Go Meh (hari ke-15 atau penutupan Hari Raya Imlek). Makna tradisi Imlek ini, tentu akan berbeda di mana Sam Sip Am Pu berarti bahwa masyarakat Tionghoa akan melakukan sembahyang, kepada dewa atau dewi penjaga rumah dan pelindung, serta para leluhur mereka untuk menjamu mereka dan juga memohon berkah.
Advertisement
Tahun Baru Imlek adalah salah satu festival tradisional paling penting di Tiongkok. Festival ini menandakan awal musim semi, dan awal tahun baru menurut kalender lunar Tiongkok. Pentingnya Tahun Baru Imlek tertuang dalam dalam sejarah, dan menjadi kesempatan paling penting bagi generasi keluarga untuk bersatu kembali dan menghabiskan waktu bersama. Berikut ini makna tradisi Imlek yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/1/2023).
Pengertian Imlek dan Sejarah Perayaannya
Imlek berasal dari bahasa Hokkien yaitu salah satu bahasa, yang banyak digunakan di Tiongkok. Arti dari ‘imlek’ adalah ‘kalender bulan’. Sehingga, Tahun Baru Imlek adalah tahun baru yang dihitung berdasarkan kalender bulan. Menurut perhitungan kalender bulan, para petani butuh 29,5 hari untuk menunggu pergantian bulan baru, dan 12 putaran bulan membutuhkan 354 hari. Setiap pergantian tahun, akan ada pergantian menuju musim semi, dan itu merupakan waktu bagi petani buat bertanam.
- Dinasti Shang (1600-1046 Sebelum Masehi)
Pada era Dinasti Shang, masyarakat belum benar-benar memperingati Hari Raya Imlek. Namun, para petani punya tradisi setiap pergantian tahun kalender Bulan. Para petani mempersembahkan korban kepada dewa dan leluhur di akhir musim dingin dan untuk menyambut datangnya musim semi. Mereka berdoa agar panen melimpah pada tahun mendatang.
- Dinasti Zhou (1046-256 Sebelum Masehi)
Selama era Dinasti Zhou, tradisi mempersembahkan korban buat leluhur atau dewa masih berlangsung. Masyarakat juga mulai bercocok tanam dan menyembah alam agar panen mereka diberkahi pada pergantian tahun. Pada era inilah, istilah Nian pertama kali muncul.
- Dinasti Han (202 Sebelum Masehi-220 Masehi)
Hari pertama kalender bulan baru diresmikan sebagai Hari Raya Imlek Imlek pada masa Dinasti Han, di bawah pemerintahan Kaisar Wu. Karena Hari Raya Imlek Imlek baru pertama kali diadakan, masyarakat langsung antusias banget buat merayakannya. Ada pertemuan seremonial khusus untuk ngasih persembahan buat para dewa dan leluhur, nerusin tradisi dari Dinasti Zhou.
- Dinasti Jin (266-420 Masehi)
Ada inovasi tradisi Hari Raya Imlek pada era ini. Masyarakat nggak hanya ngasih persembahan atau bikin petasan. Masyarakat mulai mempraktikkan “shou sui”, yaitu kumpul sama teman atau keluarga saat malam pergantian tahun. Mereka makan malam dan ngobrol semalam suntuk pada malam tahun baru.
- Dinasti Tang (618-907 Masehi)
Dinasti Tang mulai mempopulerkan teka-teki sebagai tradisi baru Hari Raya Imlek. Teka-teki ini disebut sebagai “caidengmi”. Masyarakat bikin teka-teki yang ditulis di lampion buat dipecahkan. Tradisi Festival Lampion kemudian muncul sejak era ini. Adanya lampion-lampion merah berjajar, sebagai bagian dari Festival Lampion Tiongkok. (Dok. Nikita Belokhonov/Pexels)Bubuk mesiu yang dipakai buat bahan kembang api juga ditemukan pada era ini, oleh biksu Tiongkok bernama Tao.
- Dinasti Song (960-1279 Masehi)
Pada era Dinasti Song, bubuk mesiu pertama kali diberikan kepada Kaisar Taizu, pada tahun 969 Masehi. Bubuk mesiu kemudian diproduksi secara luas dan digunakan buat memeriahkan Tahun Baru Imlek. Bubuk mesiu diisikan ke rongga bambu yang dibakar, yang kemudian ngeluarin kembang api.
Advertisement
Makna Tradisi Imlek
- Dekorasi rumah
Makna tradisi Imlek salah satunya adalah dekorasi rumah menjelang perayaan. Imlek identik dengan warna merah, sehingga Anda dianjurkan untuk menghias seluruh rumah dengan dekorasi khas warna merah. Setiap pintu dan jendela dicat ulang agar lebih indah, berbagai macam kertas bertulis kalimat atau kata bijak ditempel di berbagai tempat. Warna merah sangat mendominasi karena dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kesejahteraan. Selain dipercaya membawa hoki, warna merah dipercaya bisa mengusir Nian atau mahluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung. Nian dipercaya keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek tiba.
- Pantang makan bubur
Bubur adalah salah satu jenis makanan yang biasa dimakan saat pagi hari. Namun, memakan bubur saat Imlek adalah hal yang tabu. Umumnya sebagian dari masyarakat Tionghoa menganggap bahwa bubur merupakan salah satu simbol kemiskinan. Mereka percaya kalau memakan bubur saat tahun baru Imlek akan membuat keberuntungan menjauh dan berganti jadi kesialan. Orang keturunan Tionghoa menyajikan makanan pengganti sebagai simbol hoki, kesejahteraan, dan keharmonisan keluarga seperti kue keranjang, jeruk santang atau mandarin, mie goreng, dan makanan lainnya.
- Pantang makan durian dan salak
Makna tradisi Imlek selanjutnya, masyarakat Tionghoa di Indonesia pantang untuk makan durian dan salak. Buah-buahan dengan kulit kasar berduri ini jarang disajikan saat Imlek, karena memang dianggap tabu karena di mana buah ini menggambarkan kehidupan yang sulit. Kulit buah yang tajam ini melambangkan kesialan, ketidakharmonisan, dan pertengkaran. Meskipun rasanya manis, namun keduanya tidak pernah disajikan saat Imlek. Karena saat Imlek, masyarakat Tionghoa hanya akan memakan sajian yang penuh dengan makna positif.
- Memberi angpau ke yang belum menikah
Angpau atau hongbao amplop berwarna merah yang berisi uang tunai. Angpau biasanya menjadi salah satu tradisi perayaan Imlek, yang diberikan sebagai hadiah untuk menyambut tahun baru Imlek. Angpao memiliki makna pemberian rezeki, di mana warna merah angpau melambangkan kekuatan, kesejahteraan, dan hoki. Angpau biasanya diberikan oleh anggota keluarga yang sudah berkeluarga, dan yang menerima angpau adalah anak-anak atau orang yang belum menikah. Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpau tidak boleh mengandung angka 4 karena dianggap membawa sial.
Simbol Perayaan Imlek
1. Warna Merah
Perayaan Imlek identik dengan warna merah, dikarenakan tradisi ini berawal dari legenda tentang monster bernama “Nian”, yang sangat meresahkan desa bahkan memakan manusia, tanaman dan juga hewan. Hal ini memicu penduduk desa menemukan cara untuk menakuti Nian, salah satunya menggunakan warna merah. Oleh karena itu, mereka menempel kertas merah di rumah, menggunakan baju merah, hingga menyalakan lampu-lampu berwarna merah terang. Di Cina, warna merah juga sering melambangkan kesuksesan dan berkah yang dapat mendatangkan keberuntungan bagi setiap orang.
2. Angpao
Saat Perayaan Imlek, bagi-bagi angpao menjadi salah satu simbol, dan paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat keturunan Tionghoa ataupun yang merayakannya. Angpao merupakan sebuah amplop merah berisi sejumlah uang, yang biasanya diberikan kepada anak-anak atau orang yang belum menikah dan tidak memiliki pekerjaan. Menurut legenda, dengan memberikan angpao kepada anak-anak atau orang yang belum menikah, dapat melindungi mereka dari iblis bernama “ Sui”, yang sering berkunjung pada malam Tahun Baru Imlek.
3. Barongsai dan Naga
Barongsai dan naga menjadi salah satu simbol yang penting, dalam Hari Raya Imlek. Barongsai, yang merupakan singa, menjadi simbol keberuntungan dan kebahagiaan. Sedangkan naga, melambangkan keberanian dan kekuatan. Kedua simbol ini memang hadir untuk mengantarkan keberuntungan dan mengusir roh jahat yang datang saat imlek. Biasanya, instrumen perkusi dan atraksi keren akan menemani pertunjukan barongsai dan naga.
Advertisement
Tujuan Perayaan Imlek
Dalam merayakan hari raya Imlek, kebiasaan serta tradisi yang ada di masyarakat sangatlah spesifik serta sangat bervariasi di berbagai daerah. Namun Imlek adalah bentuk perayaan besar yang juga dapat dirasakan oleh siapa saja. Tak hanya sekadar untuk menyatukan, namun juga miliki peran untuk mengenang para leluhur serta menguatkan iman di dalam doa bersama, demi menapaki kemakmuran menuju tahun baru. Melansir dari laman Absolute Soul Secrets, perayaan Imlek memiliki tujuan salah satunya untuk menghilangkan nasib buruk.
Perayaan Imlek juga membuat orang Tinghoa, akan mendapatkan berkah di tahun baru ini dengan melakukan dekorasi rumah, dilengkapi berbagai hiasan yang akan menggambarkan keakraban, kebahagiaan, kekayaan, serta keberuntungan. Adapun bentuk pembersihan ini, bertujuan agar menenangkan para dewa yang turun dari surga untuk melakukan inspeksi. Tujuan perayaan Imlek akan memberikan ketenangan atas tantangan hidup yang akan dijalani, dengan seiiring bertambahnya usia.