Sukses

Tinggi Iman Seseorang Diukur dari Kualitas Ibadahnya, Pahami Dalil dan Tingkatannya

Semakin tinggi iman seseorang bisa diukur dari kualitas ibadahnya.

Liputan6.com, Jakarta Nilai manusia ada pada kualitas iman mereka, di mana semakin tinggi iman seseorang bisa diukur dari kualitas ibadahnya. Melansir dari jurnal uii.ac.id dalam kajian yang dipaparkan oleh dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UII, Lukman, S.Ag., M. Pd. manfaat terbesar dalam menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan, seperti mencegah diri dari perbuatan maksiat.

Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 183 yang artinya hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

Ketakwaan manusia bisa di ukur, berdasarkan 6 aspek analisis pengukuran yaitu keimanan yang mendalam kepada Allah Swt, keyakinan dalam berdamai berdasarkan pengetahuan, kesadaran hidup adalah ujian, cinta Allah dan Rasulullah Saw. Iman terdiri dari ucapan hati dan ucapan lisan, maupun perbuatan hati dan perbuatan anggota tubuh lahir. Jadi, tinggi iman seseorang adalah dengan ucapan dan perbuatan baik lahir maupun batin.

Tinggi iman kepada Allah adalah salah satu rukun iman pertama, di mana kepercayaan atas keberadaan Allah, sebagai zat yang melebihi segala makhluk-Nya, yang akan mengangkat derajat seseorang yang membuat hatinya lapang. Permasalahan iman, merupakan salah satu aspek terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan nasib seorang didunia dan akherat.

Berikut ini makna dan dalil dari iman yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (13/1/2023). 

 

 

 

2 dari 4 halaman

Mengenal Arti Iman

Secara etimologi, pengertian iman diambil dari kata kerja aamana' dan yukminu' yang artinya ialah 'percaya' atau 'membenarkan'. Hal ini tertuang dalam Al-Qur'an surat At Taubah ayat 62 menyebutkan bahwa pengertian iman ialah membenarkan, sementara dalam hadis disebutkan bahwa pengertian iman ialah "Ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota (tubuh)."

Al-Bukhari Rahimahullah mengatakan, "وَهُوَ قوْلٌ وَفِعْلٌ وَيَزِيْدُ وَيَنْقُصُ"

“Iman itu ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang” (Shahih Al-Bukhari)

 Dalil yang menunjukkan definisi iman adalah hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan iman seseorang akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akherat serta keselamatan dari segala keburukan dan adzab Allah. Dengan iman seseorang akan mendapatkan pahala besar yang menjadi sebab masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Hasil usaha jiwa dan qolbu (hati) yang terbaik dan penyebab seorang hamba mendapatkan ketinggian di dunia dan akherat adalah ilmu dan iman. Oleh karena itu Allah Ta’ala menggabung keduanya dalam firmanNya,

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ

“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.” (QS ar-Ruum: 56)

Dan firman Allah Ta’aa,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah: 11).

 

 

3 dari 4 halaman

Tingkat Keimanan Manusia

Percaya dan meyakini keberadaan Allah swt merupakan bagian dari rukun iman yang pertama. Melansir dari laman pecihitam.org yang merupakan lembaga pendidikan agama menuturkan bahwa Allah Swt senantiasa memuliakan orang yang beriman dan mengangkat derajat mereka dengan melapangkan hatinya.

Syekh M Nawawi Banten dalam kitab Kasyifatus Saja, mengatakan bahwa tingkatan keimanan seseorang itu ada lima, yaitu sebagai berikut :

- Iman Taklid

Tinggi keimanan yang berdasarkan pada ucapan para ulama, kyai, ustadz atau orang-orang berilmu pengetahuan tentang islam lainnya, tanpa terlebih dahulu memahami tentang dalil-dalinya. Keimanan Taklid pun sah-sah saja, walaupun bisa jadi termasuk bermaksiat karena tidak ada usaha untuk mencari dalil-dalil sendiri padahal ia mampu dan lebih memilih mengambil dasar dari ucapan orang lain saja.

- Iman Ilmu (Ilmul Yaqin)

Tingkat keimanan ini, berdasarkan dengan pemahamannya pada aqidah beserta dalil-dalilnya. Syek M Nawawi al Bantani mengatakan bahwa “ Orang-orang yang termasuk kategori keimanan pertama dan kedua terhijab oleh zat Allah,” (Syekh M Nawawi Bnaten, Kasyifatus Saja halaman 9).

- Iman ‘Iyan (Ainul Yaqin)

Keimanan seseorang yang mengetahui Allah Swt (Makrifatullah) melalui pengawasan batin. Keimanan yang seperti ini tidak pernah kehilangan Allah Swt sedikitpun dari pandangan batinnya, seakan-akan memandang langsung “gerak-gerik” Allah Swt yang selalu hadir dari dalam batinnya. Tingakatan ini sudah menduduki maqam muraqabah.

- Iman haq (Haqqul Yaqin)

Keimanan seseorang yang telah sampai pada derajat ‘arif’ (Makrifat). Haqqul Yaquin ini telah mencapai pada kedudukan Maqam Musyahadah.Syekh M Nawawi mengatakan, bahwa “ Orang yang termasuk dalam kategori ini terhijab dari makhluk Allah,” (Syekh M Nawawi Bnaten, Kasyifatus Saja halaman 9).

- Iman hakikat

Level keimanan yang membuat seseorang sangat jatuh cinta kepada Allah Swt dan bahkan lenyap karena Allah Swt, orang  bahkan sampai lupa dengan dirinya, dan hanya ada Allah dalam pandangannya. Layaknya orrang yang tenggelam di laut namun tidak melihat adanya pantai. Iman hakikat menduduki Maqam fana. 

4 dari 4 halaman

Bagian-Bagian Iman

Iman menurut Ahlus sunnah wal jamâ’ah mencakup lima perkara, yaitu

- Perkataan hati

- Perkataan lisan

- Perbuatan hati

- Perbuatan lisan

- Perbuatan anggota badan

Banyak dalil yang menunjukkan masuknya lima perkara di atas dalam kategori iman, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama: Perkataan hati, yaitu pembenaran dan keyakinan hati. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15)

Kedua: Perkataan lisan, yaitu mengucapkan syahadat Lâ ilâha illallâh dan syahadat Muhammad Rasulullâh dengan lisan dan mengakui kandungan syahadatain tersebut. Di antara dalil hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan shalat, serta membayar zakat. Jika mereka telah melakukan itu, maka mereka telah  mencegah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka pada tanggungan Allah.”[4]

Pada hadits lain disebutkan dengan lafazh,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ …

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan “Lâ ilâha illallâh”….[5]

Ketiga: Perbuatan hati, yaitu gerakan dan kehendak hati, seperti ikhlas, tawakal, mencintai Allah Ta’ala , mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala , rajâ’ (berharap rahmat/ampunan Allah Ta’ala), takut kepada siksa Allah Ta’ala , ketundukan hati kepada Allah Ta’ala, dan lain-lain yang mengikutinya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka gemetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS al-Anfâl: 2). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan hati termasuk iman.

Keempat: Perbuatan lisan/lidah, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan lidah. Seperti membaca al-Qur’ân, dzikir kepada Allah Ta’ala, doa, istighfâr, dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (al-Qur’ân). Tidak ada (seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya.” (QS al-Kahfi: 27). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan lisan termasuk iman.

Kelima: Perbuatan anggota badan, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan anggota badan. Seperti: berdiri shalat, rukû’, sujud, haji, puasa, jihad, membuang barang mengganggu dari jalan, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah, sembahlah Rabbmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS al-Hajj: 77).