Sukses

Arti Logo Muhammadiyah dan Sejarahnya dalam Membawa Visi Pencerahan

Logo Muhammadiyah berbentuk matahari yang memancarkan sinar ke segala penjuru dengan sinarnya putih bersih bercahaya.

Liputan6.com, Jakarta Logo Muhammadiyah mungkin sudah sangat familiar bagi kebanyakan orang Indonesia. Bendera hijau dengan lambang Muhammadiyah di tengahnya bisa kamu temukan di mana saja di seluruh Indonesia. Organisasi sosial kemasyarakatan yang berbasis agama Islam memang sangat terkenal.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah. Salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ini didirikan di Yogyakarta oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912.

Logo Muhammadiyah berbentuk matahari yang memancarkan sinar ke segala penjuru dengan sinarnya putih bersih bercahaya. Biasanya, logo atau lambang ini memiliki latar belakang berwarna hijau daun.

Berikut Liputan6.com rangkum dari laman resmi Muhammadiyah, Rabu (18/1/2023) tentang logo Muhammadiyah.

2 dari 5 halaman

Sejarah Muhammadiyah

Sebelum memahami makna logo Muhammadiyah, kamu perlu mengetahui sejarahnya terlebih dahulu. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh seseorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Keraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.

Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya dalam kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.

Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.

K.H. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

3 dari 5 halaman

Logo Muhammadiyah

Logo Muhammadiyah lekat dengan simbol matahari, karena organisasi ini membawa visi pencerahan. Logo Muhammadiyah meletakkan tulisan berbahasa Arab ‘Muhammadiyah’ di tengah sebuah lingkaran dengan dua kalimah syahadat yang melingkarinya. Warna yang mendominasi adalah hijau. Sementara di luar lingkaran, terdapat dua belas cabang dari sinar yang berwarna putih.

Menurut Ketua LSBO Pimpinan Pusat Muhammadiyah, HM Sukriyanto AR dalam artikelnya yang dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 10 Tahun 2015, logo Muhammadiyah adalah ciptaan dari putra pertama Kiai Ahmad Dahlan yang ketika kecil diajak berhaji pada 1903-1904, yaitu Kiai Siraad Dahlan.

KH Siraad Dahlan sendiri adalah ahli desain Muhammadiyah pada zamannya. Selain mewarisi keulamaan dan ilmu agama dari ayahnya, Kiai Siraad Dahlan disebut memiliki rasa seni yang tinggi. Mantan Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ini ternyata pandai melukis dan menulis khat kaligrafi Arab.

Selain menciptakan lambang Muhammadiyah, Kiai Siraad ternyata juga merupakan sosok yang menciptakan tujuh logo kongres Muktamar Muhammadiyah. Antara lain: kongres ke-17 (1928) di Yogya, kongres ke-18 (1929) di Solo, kongres ke-19 (1930) di Bukittinggi, kongres ke-20 (1931) di Yogya, kongres ke-21 (1932) di Makassar, kongres ke-28 (1939) di Medan, dan kongres ke-30 (1941) di Purwokerto.

4 dari 5 halaman

Makna Lambang Matahari pada Logo Muhammadiyah

Sukriyanto menulis bahwa menurut Kiai Siraad Dahlan, logo Muhammadiyah diciptakan pada sekitar tahun berdirinya Muhammadiyah. Alasan digunakan simbol matahari ternyata karena Kiai Ahmad Dahlan ingin Muhammadiyah bisa menjadi organisasi yang menyinari (mencerahkan) hati dan pikiran masyarakat di mana saja dengan ajaran-ajaran Islam yang benar berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah.

Sehingga karena itu, masyarakat diharapkan bisa menjadi masyarakat yang baik, beriman, berbudi pekerti luhur (jujur, adil, dan menghormati sesama manusia, serta mencintai semua makhluk) dan suka melakukan amal shalih.

Adapun logo Muhammadiyah yang dilingkari dengan dua kalimat syahadat, adalah petunjuk bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang ingin berittiba’ pada Nabi Muhammad Saw. Sementara dua kalimat syahadat adalah pernyataan bahwa Muhammadiyah ingin menegakkan kalimah tauhid di tengah masyarakat.

Sinar matahari yang berwarna putih pada logo Muhammadiyah maknanya adalah warna yang disukai Rasulullah dan seperti doa; Allahumma naqqini minal khathaya kama yunaqats tsaubu al abyadhu minaddanas. (Ya Allah bersihkanlah hamba dari segala kesalahan sebagaimana kain putih yang telah dibersihkan dari kotoran).

Kiai Ahmad Dahlan berharap warga Muhammadiyah suka memancarkan agama Islam (berdakwah amar makruf nahi munkar) dengan niat yang bersih hati yang suci, tanpa pamrih, kecuali mencari ridha Allah semata. Jika Islam didakwahkan dengan niat yang bersih, maka Islam akan mencerahkan, ibaratnya dengan sinar putih bersih maka yang disinari akan menjadi terang hatinya dan tercerahkan pikirannya.

5 dari 5 halaman

Makna Logo Muhammadiyah dengan Latar Belakang Hijau

Adapun tentang warna dasar hijau, KH Siraad Dahlan menuturkan bahwa warna itu adalah warna yang selalu ditawarkan Allah SWT kepada kaum beriman dan kaum muslimin yang baik dan senantiasa melaksanakan amal shalih seperti tersebut dalam surat Ar-Rahman ayat 76, surat Al-Insan ayat 21, dan surat Kahfi ayat 31.

QS Arrahman Ayat 76: Mereka bertelekan (bersandar) pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.

QS Al Insan Ayat 21: Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.

QS Al Kahfi Ayat 31: Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah.

Di kemudian hari orang-orang Muhammadiyah mengartikan warna hijau dengan unsur segar, sejuk, damai, teduh, dan menenteramkan hati yang dengannya menjadi ciri dakwah Muhammadiyah.