Liputan6.com, Jakarta - Al faruq dalam Islam adalah bentuk gelar yang populer diberikan kepada seorang khalifah di masa Rasulullah SAW. Al faruq artinya pembeda. Al faruq adalah julukan yang diberikan kepada sahabat Umar bin Khattab atas kecerdasan dan keberaniannya.
Dalam buku berjudul Umar bin Khattab RA oleh Abdul Syukur al-Azizi, diungkap bahwa gelar al faruq artinya sebagai sang pembeda hak dan bathil yang diberikan langsung oleh Rasulullah SAW.
Ada banyak kisah teladan Umar bin Khattab yang bisa dijadikan pelajaran bagi umat muslim. Umar bin Khatab dengan gelar al faruq adalah sahabat nabi sekaligus seorang khalifah yang berkuasa pada tahun 634 M hingga 644 M. Ia tergolong sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang al faruq artinya pembeda hak dan bathil yang dimiliki sahabat Umar bin Khattab, Kamis (19/1/2023).
Al Faruq Artinya Mampu Membedakan Kebenaran dan Kebathilan
Julukan Umar al faruq artinya menujukkan kepribadian dan sosoknya yang sebenarnya. Ada alasan khusus mengapa Umar bin Khattab mendapat julukan al faruq sebagaimana dijelaskan dalam buku berjudul buku Kumpulan Kisah Teladan Sahabat Nabi (2021) oleh Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia.
Umar bin Khattab adalah salah seorang khalifah muslim yang lahir di Kota Makkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku Quraisy. Nama lengkap Umar adalah Umar bin al-Khattab bun Abdul Uzza. Sosok Umar dengan gelar al faruq ini sesuai dengan kecerdasannya, ia mampu membaca dan menulis.
Umar al faruq artinya ia sebagai sosok yang cerdas di hadapan Rasulullah SAW dan umat muslim lain mengakuinya. Umar al faruq artinya cerdas dan mampu menjadi pembeda, yakni membedakan mana yang hak (kebenaran) dan mana yang bathil (ketidakbenaran).
Al faruq artinya dalam Islam sebagai pembeda yang hak dan bathil. Masih mengutip dari buku yang sama, Umar bin Khattab pun dikenal sebagai salah seorang dari empat sahabat nabi Muhammad SAW yang utama. Umar al faruq memiliki keteguhan prinsip, keberanian, ketegasan, serta keadilannya sebagai seorang pemimpin.
Umar bin Khattab sebelum mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah SAW adalah seorang penentang Islam yang sangat keras, bahkan orang-orang Quraisy dikisahkan takut kepadanya. Akan tetapi, setelah Umar al faruq bersyahadat, sosoknya dikenal sebagai pembela Islam di garis terdepan.
Gelar Umar al faruq artinya pembeda pun digambarkan demikian dalam buku berjudul Biografi Umar bin Khattab oleh Ali Muhammad ash-Shalabi. Al faruq artinya pembeda karena Umar mampu menunjukkan keislaman di Makkah. Ini karena dengan Islam itu, siapa pun mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Ada banyak kisah teladan Umar bin Khattab yang bisa dijadikan pelajaran bagi umat muslim. Umar bin Khatab dengan gelar al faruq adalah sahabat nabi sekaligus seorang khalifah yang berkuasa pada tahun 634 M hingga 644 M. Ia tergolong sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin.
Advertisement
Kisah Teladan Umar bin Khattab dengan Gelar Al Faruq
Pada masanya Umar bin Khatab pernah berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah kekaisaran Romawi. Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, perluasan wilayah ini diikuti dengan berbagai pembaharuan.
Misalnya saja dalam bidang pemerintahan dan politik, terdapat departemen khusus yang dibentuk sebagai tempat pengaduan oleh masyarakat. Dikisahkan pada suatu hari, ketika Umar sedang duduk, datanglah kepadanya seorang laki-laki Mesir seraya berkata: “Wahai amirul mukminin aku ingin mencari perlindungan kepadamu.”
Umar menjawab: “Engkau telah mencari perlindungan kepada orang yang akan memberikanmu perlindungan,apa masalahmu hai anak muda.”
Pemuda mesir itu bercerita: “Suatu hari aku mengikuti lomba pacuan kuda, kudaku berhasil menyalip kuda salah seorang putra Amr bin Ash, Gubernur mesir, karena itu aku dicambuk sambil berkata dengan sombong bahwa dirinya adalah putra bangsawan, tapi anak sang gubernur takut aku akan melaporkan nya kepada engkau sehingga aku dipenjarakan. Namun atas rahmat-Nya aku dapat meloloskan diri dan sekarang berada di hadapan engkau.”
Atas temuan tersebut umar menulis surat kepada gubernur mesir, Amr bin Ash. “Apabila suratku ini telah sampai ke tanganmu,pergilah engkau dan anakmu pada musim haji ini.”
Kepada pemuda mesir itu dikatakan: “Tinggalah disini hingga mereka datang.”
Setelah kedatangan Amr bin Ash beliau duduk bersama Umar dan kaum muslimin lainnya, pria mesir itu diberi alat cambuk dan setelah dijelaskan perkaranya yang bersangkutan mengakui perbuatannya (Anak Amr bin Ash).
Kemudian, Umar mempersilahkan anak muda tersebut untuk membalas cambukan yang diterimanya, lalu pemuda tersebut terus mencambuk anak Amr bin Ash hingga orang-orang yang hadir menganggap bahwa keadilan telah ditegakkan.
Sementara beliau berkata kepada Amr bin Ash: “Sejak kapan engkau memperbudak manusia, sedang mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam keadaan merdeka.”
Lalu, Amr bin ash berkata: “Wahai amirul mukminin aku tidak mengetahui kejadian tersebut dan anak ini pun tidak melaporkannya kepadaku.”