Liputan6.com, Jakarta Assabiqunal Awwalun artinya adalah orang-orang yang pertama masuk Islam. Setelah menerima wahyu pertama yakni Surat Al-Alaq ayat 1-5, Nabi Muhammad kemudian menerima wahyu keduanya yakni Surat Al-Muddasir ayat 1-7.
Baca Juga
Advertisement
Setelah menerima wahyu yang kedua inilah, Nabi Muhammad SAW mulai untuk melakukan dakwah. Semula, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang dimulai dari keluarga dan orang-orang terdekat.
Orang-orang inilah yang pertama menerima dakwah secara langsung dari Nabi Muhammad SAW dan langsung menerima Islam. Kemudian orang-orang ini dikenal sebagai AssabiqunalAwwalun.
Assabiqunal Awwalun artinya orang-orang yang pertama masuk Islam di masa-masa awal Nabi Muhammad SAW berdakwah menyampaikan ajaran Islam. Lalu siapa saja orang-orang yang mendapat gelar Assabiqunal Awwalun? Berikut adalah orang-orang pertama yang masuk Islam, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (23/1/2023).
Assabiqunal Awwalun
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Assabiqunal Awwalun artinya adalah orang-orang pertama yang masuk Islam. Orang-orang yang termasuk dari Assabiqunal Awalun adalah keluarga Nabi Muhammad SAW, dan orang-orang terdekatnya.
Assabiqunal Awwalun artinya adalah orang-orang yang pertama masuk Islam. Sedangkan orang yang paling pertama masuk Islam setelah menerima dakwah Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah istri Rasulullah SAW, yakni Khadijah binti Khuwalid.
Kemudian, orang kedua yang masuk Islam adalah sepupu dari Nabi Muhammad SAW, yakni Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali bin Abi Thalib, sejumlah sahabat Nabi Muhammad SAW, mulai dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Zubair bin Awwam, mulai masuk Islam.
Assabiqunal Awwalun artinya adalah orang-orang pertama yang masuk Islam. Adapun daftar dari orang-orang yang termasuk dalam Assabiqunal Awwalun antara lain adalah sebagai berikut:
a. Khadijah binti Khuwalid
b. Ali bin Abi Thalib
c. Abu Bakar
d. Utsman bin Affan
e. Zubair bin Awwam
f. Abdurrahman bin Auf
g. Sa’ad bin Abi Waqqas
h. Thalhah bin Ubaidillah
i. Abu Ubaidah bin Jarrah
j. Arqam bin Abil Arqam
k. Ummu Aiman
l. Zaid bin Haritsah
Mereka adalah sosok-sosok yang mendapat pengajaran agama Islam secara langsung dari Nabi Muhammad SAW, dan merupakan orang-orang yang pertama masuk Islam atau disebut Assabiqunal Awwalun.
Advertisement
Dakwah Secara Terang-terangan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Assabiqunal Awwalun artinya adalah orang-orang yang pertama masuk Islam. Mereka yang termasuk dalam Assabiqunal Awwalun merupakan orang yang masuk Islam ketika Nabi Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Setelah tiga tahun, Nabi Muhammad menerima perintah dari Allah SWT berdasarkan firman dalam Surat Al-Hijr ayat 94, yang artinya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr :94)
Setelah menerima wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW mengundang para kerabatnya dan orang-orang terpandang dari kaum Quraisy dalam sebuah jamuan makan. Pada jamuan makan tersebut, Nabi Muhammad SAW kemudian menyampaikan maksudnya untuk mengajak para tamu undangan untuk menyembah Allah SWt, berbuat baik terhadap sesama, dan tidak boleh saling bermusuhan.
Namun perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah mudah. Dari para tamu undangan tersebut, hanya sebagian kecil saja yang menerima ajakan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sebagian besar lainnya menolaknya.
Salah satu yang menolak ajakan masuk Islam adalah paman Nabi Muhammad SAW, yakni Abu Lahab. Tidak hanya menolak ajakan Nabi Muhammad SAW untuk masuk Islam, Abu Lahab bahkan mengancam akan memusuhi Nabi Muhammad SAW apabila meneruskan dakwahnya.
Ancaman yang Diterima Nabi Muhammad SAW selama Berdakwah
Setelah menerima perintah untuk berdakwah secara terbuka, Nabi Muhammad SAW kemudian mendapatkan ancaman dari pamannya sendiri, yakni Abu Lahab. Tidak berhenti sampai di situ, tantangan terus muncul bagi Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan agama Islam. Tantangan tersebut tidak hanya datang dari Abu Lahab saja, melainkan dari para pembesar kaum Quraisy.
Ancaman dari Abu Lahab
Meski Abu Lahab merupakan paman dari Nabi Muhammad SAW, namun sosok ini merupakan salah satu yang paling gigih dalam menentang dakwah Rasulullah SAW. Pernah suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW sedang shalat, datang Abu Lahab meletakkan kotoran di atas punggung beliau. Bersama istrinya, Abu Lahab juga sering meletakkan duri-duri di sepanjang jalan yang dilalui Nabi Muhammad SAW. Hal itu dilakukan agar Nabi Muhammad SAW merasa kesakitan ketika melewati jalan tersebut di waktu fajar untuk shalat ke masjid.
Meski demikian, Allah SWT telah berjanji akan membalas perbuatan Abu Lahab dan istrinya ini di akhirat kelak. Adapun balasan yang akan diterima Abu Lahab dan istrinya ini terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Lahab, yang artinya:
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
2. Tidaklah berguna baginya harta dan apa yang dia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
5. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal. (QS. Al-Lahab:1-5)
Ancaman dari Penguasa Mekkah
Meski mendapat ancaman dari tentangan dari Abu Lahab dan istrinya, Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak mengendurkan semangatnya untuk berdakwah. Hal itu terbukti dengan semakin banyak orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW dengan masuk Islam.
Sayangnya, bertambahnya pengikut Nabi Muhammad SAW yang semakin banyak ini membuat penguasa Mekkah merasa tidak senang. Para penguasa Mekkah ini kemudian mengadakan pertemuan untuk berunding dan mencari cara untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Para penguasa Makkah memutuskan bahwa untuk merintangi dakwah Nabi Muhammad SAW adalah dengan cara menyebarkan kebohongan Rasulullah SAW agar orang jangan sampai mengikuti dakwah dan menjauhkan diri dari Nabi Muhammad SAW.
Advertisement
Bully dari Kaum Quraisy
Kaum Quraisy juga menjadi kaum yang merasa tidak senang dengan dakwah Nabi Muhammad SAW. Mereka bahkan rela untuk melakukan apa pun, bahkan melakukan sesuatu yang kita sebut sekarang sebagai bully.
Pernah suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW sedang menunaikan ibadah shalat di masjid, kamu Quraisy melempari Nabi Muhammad SAW dengan kotoran binatang yang baunya sangat busuk. Kotoran yang mereka lemparkan bahkan sampai mengenai kepala Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang bersujud. Kemudian datanglah Fatimah putri Nabi membersihkan kotorannya. Setelah dibersihkan Rasulullah SAW melanjutkan shalatnya.
Kaum kafir Quraisy juga bersepakat apabila Nabi Muhammad SAW berjalan di suatu tempat akan dipukul dengan pukulan yang keras. Mereka berpendapat apabila ini dilakukan secara terus menerus Nabi Muhammad SAW akan sakit dan tubuhnya menjadi lemah. Fatimah kebetulan mendengar dan melaporkan hal itu ke Ayahnya dengan menangis. Nabi Muhammad Saw. menjawab: “Hai anak perempuanku, diamlah jangan kamu menangis!”
Umat Islam Dikucilkan
Tidak hanya menerima tindakan bully dari kaum Quraisy, Nabi Muhammad SAW dan umat Islam, termasuk Bani Hasyim dikucilkan. Bani Hasyim dikucilkan karena dianggap mendukung langkah dakwah Nabi Muhammad SAW. Akibat tindakan tersebut, Bani Hasyim, Nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada waktu itu menderita kelaparan, kemiskinan, dan tidak bisa berhubungan dengan dunia luar. Akibatnya, agama pun tidak bisa berkembang.
Dikutip dari buku "Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IV" aksi pengucilan oleh kaum Quraisy tersebut terdiri atas tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Tidak boleh melakukan jual beli dengan Bani Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan umat Islam.
b. Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga Bani Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan umat Islam, kecuali jika Nabi Muhammad SAW menyerahkan diri.
c. Tidak boleh mengadakan pernikahan dengan keluarga Bani Hasyim Bani Abdul Muthalib, dan umat Islam.
d. Dilarang berbicara dan menjenguk orang sakit dari keluarga Bani Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan umat Islam.
e. Tempat tinggal umat Islam diasingkan di bagian utara kota Makkah dan dijaga ketat oleh kaum Quraisy sehingga tidak dapat berhubungan dengan masyarakat Makkah.