Liputan6.com, Jakarta - Stunting adalah kondisi ketika anak atau balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan anak usia normalnya. Stunting bisa diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Baca Juga
Anak yang mengalami stunting umumnya disebabkan oleh pemenuhan nutrisi di 1.000 pertama kehidupannya tidak optimal. Stunting bukan hanya masalah kondisi kesehatan fisik yang lebih terbelakang, ada banyak bahaya stunting pada anak yang perlu diwaspadai. Apa bahaya stunting pada anak yang dimaksudkan?
Advertisement
Bahaya stunting pada anak akan berjangka sangat panjang, mulai dari di masa anak-anak hingga tuanya. Stunting pada anak akan menurunkan kerja otak hingga kognitifnya, cara berpikirnya menjadi lebih lambat dan sulit maju. Kemudian, membuat anak lebih mudah sakit termasuk sakit kronis saat tua nantinya.
Agar lebih memahami, berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tiga belas bahaya stunting pada anak, penyebab, dan cara mencegahnya, Kamis (26/1/2023).
Bahaya Stunting pada Anak dan Penjelasannya
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh anak yang pendek. Penyebab stunting yang paling utama adalah anak tidak mendapatkan asupan gizi optimal atau maksimal di 1.000 hari pertama kehidupannya. Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI mengungkap masalah stunting di Indonesia dalam skala nasional masuk kategori kronis.
Presiden Jokowi atau Jokowi mengingatkan dampak stunting atau gangguan pertumbuhan terhadap anak. Dia menyampaikan bahwa bahaya stunting pada anak dapat membuatnya menjadi keterbelakangan mental hingga muncul penyakit kronis.
"Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak," jelas Jokowi saat membuka Rakornas BKKBN di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) melansir dari Antara menjelaskan bahaya stunting pada anak adalah bisa memperlambat kerja otak, berdampak pada keterbelakangan mental, dan sulit belajar.
"Stunting dapat memperlambat perkembangan otak, membuat keterbelakangan mental hingga rendahnya kemampuan belajar," ujarnya.
Selain itu, bahaya stunting pada anak pun akan berdampak pada fisik anak seperti membuat anak lebih mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, fungsi tubuh tidak seimbang, dan ketika tua berisiko terserang penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas.
1. Bahaya stunting dapat memperlambat kerja otak
2. Bahaya stunting dapat berdampak pada masalah keterbelakangan mental
3. Bahaya stunting dapat menurunkan kemampuan belajar
4. Bahaya stunting dapat membuat anak lebih mudah sakit atau mudah terserang penyakit
5. Bahaya stunting dapat mengurangi kemampuan kognitif
6. Bahaya stunting dapat membuat postur tubuh tidak tumbuh dan berkembang dengan maksimal saat dewasa
7. Bahaya stunting dapat membuat fungsi tubuh menjadi tidak seimbang
8. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko terserang penyakit diabetes saat tua
9. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko terserang penyakit hipertensi saat tua
10. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko terserang penyakit stroke saat tua
11. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko mengalami obesitas saat tua
12. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko terserang penyakit jantung saat tua
13. Bahaya stunting dapat meningkatkan risiko terkena gangguan metabolik lainnya
Â
Â
Advertisement
Penyebab dan Cara Mencegah Stunting pada Anak
Penyebab Stunting pada Anak
Di Indonesia, daerah dengan stunting tertinggi berada di kawasan tengah dan timur Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Hampir semua provinsi di pulau tersebut memiliki tingkat stunting di atas rata-rata nasional. Hanya Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara yang memiliki tingkat stunting di bawah rata-rata nasional.
Apa sebenarnya penyebab stunting itu? Penyebab stunting yang paling utama adalah anak tidak mendapatkan asupan gizi optimal atau maksimal di 1.000 hari pertama kehidupannya. Sementara itu, Kemenkes RI menjelaskan penyebab stunting adalah sebagai berikut:
- Faktor sosio-ekonomi (kemiskinan)
- Pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makan untuk bayi dan batita (kecukupan ASI)
- Peranan protein hewani dalam MPASI
- Penelantaran
- Pengaruh budaya
- Ketersediaan bahan makanan setempat
- Penyakit jantung bawaan
- Alergi susu sapi
- Bayi lahir dengan berat badan sangat rendah
- Kelainan metabolisme bawaan
- Infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk (diare kronis)
- Penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi (Tuberculosis / TBC, difteri, pertussis, dan campak)
 Cara Mencegah Stunting pada Anak
- Menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD agar berhasil menjalankan ASI Eksklusif. Setelah itu, cara mencegah stunting pada anak adalah lakukan pemeriksaan ke dokter atau ke Posyandu dan Puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Melakukan Imunisasi
Perhatikan jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit sebagai upaya mencegah stunting.
- Memberikan ASI Eksklusif
Berikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 (enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi untu pencegahan stunting
- Melakukan Pemantuan Tumbuh Kembang atau a Weight Faltering
- Menerapkan Gaya Hidup Bersih dan Sehat
Terapkan gaya hidup bersih dan sehat sebagai cara mencegah stunting pada anak, seperti mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat, dan lain sebagainya.
- Mengonsumsi Penambah Darah
Cara mencegah stunting pada remaja agar tidak melahirkan anak stunting adalah melakukan skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah jika tergolong kekurangan darah.
- Melakukan Cek Kehamilan Rutin
Sangat disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Selain itu, perlu juga memenuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan. Seperti mengonsumsi makanan sehat dan mencukupi asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium.