Sukses

Penasaran Siapa yang Melayat, Pria Ini Iseng Palsukan Kematiannya Sendiri

Pria ini nekat memalsukan kematiannya untuk tahu situasi saat pemakamannya.

Liputan6.com, Jakarta Kematian memang menjadi rahasia Tuhan yang tak ada seorangpun tahu. Kapan dan bagaimana kondisi saat menghembuskan napas terakhir tetap menjadi misteri. Namun seorang pria justru penasaran, bukan kapan dan bagaimana ia meninggal, namun seperti apa situasi lingkungan sekitar akan merespon kabar kematiannya.

Melansir dari Oddity Central, seorang pria nekat memalsukan kematiannya sendiri. Tujuannya jelas, ia hanya penasaran siapa saja yang melayat di pemakamannya. Pria berasal dari Brazil itu memang mahir dalam membawakan acara penghormatan terakhir ratusan kematian. Hal itulah yang membuatnya penasaran seperti apa situasi saat dirinya sudah tiada.

Aksi nyeleneh pria ini bermula pada 10 Januari, seseorang memposting pesan yang tidak menyenangkan di media sosial Baltazar Lemos. Mereka menuliskan “Di awal sore yang menyedihkan ini, Baltazar Lemos meninggalkan kami. Informasi lebih lanjut segera hadir”.

Keluarga hingga kerabat dekat bahkan tak tahu Baltazar Lemos berada di rumah sakit. Banjir komentar bela sungkawa dan ucapan duka lain tak terelakkan. Tak sedikit yang menyangka Lemos sudah tiada. Meski sudah berhasil membuktikan suasana pasca kematian, Lemos juga menuai kritikan dari para kerabatnya. 

Berikut Liputan6.com merampung aksi pria memalsukan kematiannya yang bikin geleng kepala melansir dari Oddity Central, Jumat (27/1/2023).

2 dari 3 halaman

Diadakan Upacara Pemakaman

Pengumuman kematian Lemos seketika memicu perhatian rekan dan keluarga. Namun tak ada penjelasan yang diberikan, kendati demikian waktu dan tempat upacara bangun dan pemakaman diposting di akun Facebook Baltazar Lemos yang berprofesi sebagai pengisi acara.

Keluarga Lemos terkejut dengan pengumuman tersebut, karena tidak ada yang tahu dia berada di rumah sakit. Salah satu keponakannya bergegas ke rumah sakit Albert Einstein untuk menanyakan tentang dia, tetapi staf tidak memiliki catatan Baltazar Lemos dirawat di sana dalam beberapa hari terakhir.

Hingga pada tanggal 18 Januari, teman dan keluarga Baltazar Lemos berkumpul di sebuah gereja kecil di kota asalnya Curitiba. Mereka menggelar prosesi pemakaman. Tak disangka suara Baltazar muncul di pengeras suara dan menceritakan kehidupannya. Beberapa tamu pemakaman mulai menangis karena mengira itu adalah rekaman almarhum. 

Sosok Baltazar muncul dari pintu altar dan dia melangkah keluar di depan semua orang. Beberapa orang mulai menangis, dan yang lain dibiarkan dengan mulut terbuka, tetapi begitu dia menjelaskan bahwa dia telah memalsukan kematiannya untuk melihat siapa yang akan menghadiri pemakamannya, para hadirin mulai menuduhnya melakukan kekejaman.

Sandiwara sakit di RS Albert Einstein di Sao Paulo Baltazar yang membuat duka mendalam keluarga dan sahabat kini berbalik 180 derajat.

3 dari 3 halaman

Dikecam Para Pelayat, Berakhir Minta Maaf

Setelah mengetahui Baltazar Lemos sejatinya belum meninggal, para pelayat geram dibuatnya. Tak sedikit yang heran akan tingkah Lemos memalsukan kematiannya untuk sebuah alasan yang bikin geleng kepala. 

“Sungguh lelucon yang konyol! Saya pikir Anda harus berfoto dengan semua orang yang berduka atas kematian Anda. Saya tidak mengenal Anda secara pribadi dan saya harap saya tidak pernah bertemu dengan Anda,” komentar seseorang secara online setelah mengetahui kebenaran.

Kisah Baltazar menjelaskan bahwa dia tidak pernah ingin membuat orang berduka, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui siapa yang akan meratapi dia setelah kematiannya yang tak terelakkan.

“Saya punya ide lima bulan lalu. Aku ingin membuatnya terlihat seperti aku benar-benar mati. Orang-orang menafsirkannya dengan cara mereka sendiri. Sebenarnya saya ingin tahu siapa yang akan datang untuk membangunkan saya, ” kata Lemos.

“Saya tidak memberi tahu siapa pun, karena saya berharap itu akan berhasil. Saya tidak punya niat untuk menyakiti, menyinggung, atau menyakiti siapa pun. Saya benar-benar meminta maaf kepada orang-orang ini,” tutup Lemos.