Liputan6.com, Jakarta Husnudzan atau berbaik sangka merupakan salah bentuk dari akhlak terpuji. Selain sebagai salah satu sifat terpuji, husnudzan atau berprasangka juga akan menghadirkan sejumlah manfaat.
Seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat yang sabar, gigih, dan pantang menyerah. Dengan demikian, seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat yang jauh dari rasa khawatir, sehingga dapat dijauhkan dari kecemasan yang berlebihan.
Selain itu, husnudzan juga akan mendorong manusia untuk berpikir bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini semuanya berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu, selain husnudzan kepada diri sendiri, kita juga wajib untuk husnudzan kepada Allah SWT.
Advertisement
Dengan husnudzan baik kepada diri sendiri maupun kepada Allah SWT, kita akan menjadi lebih tenang dalam hidup. Sebab kita meyakini bahwa segala hal yang terjadi di dalam hidup ini, termasuk kesulitan-kesulitan yang kita hadapi semuanya berasal dari Allah SWT, dan Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya.
Untuk lebih memahami apa itu husnudzan dan bagaimana seharusnya kita harus berhusnudzan, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (31/1/2023).
Pengertian Husnudzan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat yang sabar, gigih, dan pantang menyerah. Seseorang memiliki sikap husnudzan biasanya akan mudah untuk berpikir positif, sehingga hidupnya akan menjadi lebih tenang.
Ketenangan dalam hidup ini dia dapatkan karena dia yakin bahwa setiap hal yang terjadi di dalam hidup ini sudah ada yang mengatur, sehingga kita hanya perlu melakukan apa yang sebatas bisa kita lakukan. Lalu bagaimana kita harus husnudzan?
Secara etimologis, husnudzan berasal dari dua kata, yaitu husnu dan dzan. Husnu berarti baik dan zan berarti sangka. Dengan kata lain husnudzan berarti prasangka baik. Sedangkan husnudzan secara istilah adalah sikap mental dan cara pandang yang menyebabkan seseorang melihat sesuatu dari sisi yang positif.
Dalam ajaran agama Islam, husnudzan dipahami sebagai sikap dalam berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah SWT yang diberikan kepada manusia.
Sikap husnudzan akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah. Bersikap husnudzan akan membuat kehidupan seseorang menjadi lebih tenang. Karena hidupnya senantiasa memandang orang lain melalui sisi yang positif.
Advertisement
Kepada siapa harus husnudzan?
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, husnudzan adalah salah satu sikap yang terpuji. Tidak hanya itu, husnudzan atau berbaik sangka juga dapat memberikan sejumlah manfaat bagi manusia. Maka tidak mengherankan jika kita dianjurkan untuk memiliki sikap husnudzan terhadap siapa pun dan apa pun, termasuk husnudzan kepada Allah SWT, husnudzan kepada diri sendiri, husnudzan kepada orang lain, dan husnudzan kepada suatu situasi.
Husnudzan kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT adalah berprasangka baik atas setiap ketentuan dan ketetapan dari Allah SWT. Husnudzon kepada Allah SWT terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, husnudzon dalam ketaatan, husnudzon dalam menghadapi ujian, husnudzon dalam setiap nikmat yang dilimpahkan, dan husnudzon saat melihat ciptaan Allh SWT.
Kehidupan yang sulit kadang mendorong kita untuk berprasangka buruk kepada Allah SWT. Dalam situasi yang sulit mungkin kita merasa marah dan bersedih atas ketentuan Allah. Akan tetapi dengan husnudzan kepada Allah SWT dapat membuat kita terhindar dari pikiran-pikiran buruk tersebut, sehingga kita dapat berpikir positif, bahwa Allah SWT akan mengangkat segala kesulitan-kesulitan hidup yang kita alami.
Meski demikian, dalam menghadapi kesulitan kita juga harus berusaha sejauh apa yang kita bisa, sebab Allah telah berjanji dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6, yang artinya,
“Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah: 5-6).
Husnudzan kepada Diri Sendiri
Seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat gigih dan sabar. Sebab orang yang husnudzan pada dirinya sendiri tidak akan merasa apa yang terjadi dalam hidupnya sebagai sebuah beban. Seorang yang husnudzan kepada dirinya sendiri biasanya akan lebih mudah menyadari bahwa ada banyak hal baik yang ada dalam dirinya.
Seseorang yang berburuk sangka pada dirinya sendiri biasanya akan berpikir bahwa hidupnya tidak berarti, dan tidak bisa memberikan manfaat bagi kehidupan. Ini karena berburuk sangka pada diri sendiri membuat seseorang tidak menyadari hal-hal baik, potensi maupun bakat dalam dirinya, yang bisa dia kembangkan untuk memberikan manfaat dan kontribusi kepada masyarakat.
Dengan husnudzan kepada diri sendiri, kita akan dapat melihat hal-hal positif dalam diri sendiri, baik itu potensi, bakat, atau sifat, yang dapat kita kembangkan untuk dapat berkontribusi dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Maka tidak mengherankan jika seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat yang positif, gigih, sabar, pantang menyerah, dan mudah bersyukur.
Husnudzon terhadap Sesama Manusia
Husnudzan kepada sesama manusia akan membuat seseorang selalu berpikir positif sebelum bertindak. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, sikap hormat dan berpikiran positif kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan cemburu.
Sikap husnudzon terhadap sesama manusia merupakan tindakan yang terpuji. Sikap ini akan membawa kita kepada pikiran yang positif, sehingga kita dapat memandang orang lain dengan baik tanpa adanya prasangka negatif.
Husnuzan pada situasi atau keadaan
Selain husnduzan kepada Allah, diri sendiri, dan kepada sesama manusia, kita juga dianjurkan untuk husnudzan kepada situasi atau keadaan. Sebagai contoh, sebagai siswa atau pelajar, situasi yang palinmg sering dihadapi adalah situasi ketika kita harus terus belajar, mengerjakan tugas, dan sebagainya.
Banyak belajar, mengerjakan tugas, memperhatikan guru di kelas mungkin adalah situasi yang membosankan dan tidak menyenangkan. Namun percayalah, bahwa hal itu akan membawa dampak baik di masa depan. Itu adalah salah satu contoh husnudzan pada situasi atau keadaan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 216, yang artinya:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)
Hikmah Husnudzan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat yang positif, gigih, sabar, pantang menyerah, dan mudah bersyukur. Sifat gigih dan pantang menyerah tentu akan dapat membantu seseorang untuk dapat menggapai apa yang menjadi impian dan keinginannya.
Itu hanya satu dari banyaknya hikmah dari sikap husnduzan. Selain itu masih ada banyak lagi hikmah dari sikap husnduzan, antara lain sebagai berikut:
1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah.
2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dan mengikuti hukum sebab akibat yang berlaku dan ketetapan Allah.
3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak dan memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang kepada makhluk-Nya.
4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah sebagai zat yang menciptakan dan mengatur kehidupan manusia.
5. Sikap husnuzan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah.
Advertisement