Liputan6.com, Jakarta Arti takdir dalam Islam perlu benar-benar dipahami seorang muslim. Pasalnya, takdir merupakan bagian dari tanda kekuasaan Allah SWT yang termasuk ke dalam Rukun Iman. Jadi, sudah seharusnya seorang muslim mengimaninya.
Takdir berkaitan dengan qadha dan qadar. Qadha adalah ketetapan Allah SWT sejak zaman sebelum diciptakan alam semesta sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluknya. Sementara qadar yaitu perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.
Qadarnya Allah ini juga biasa disebut dengan istilah takdir. Qadha diibaratkan “rencana”, sedangkan qadar sebagai “perwujudan atau kenyataan” yang terjadi. Sebagai umat Islam, kamu tentu wajib memahami takdir sebagai bagian dari Rukun Iman keenam, yaitu percaya kepada qadha dan qadar.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari Sumber Belajar Kemdikbud dan berbagai sumber lainnya, Rabu (1/2/2023) tentang takdir.
Mengenal Takdir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takdir adalah ketetapan Tuhan atau ketentuan Tuhan. Secara istilah, takdir merupakan segala yang terjadi, sedang terjadi, serta akan terjadi, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT baik yang baik maupun yang buruk.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, takdir adalah istilah yang berkaitan dengan qadha dan qadar, di mana qadha adalah ketetapan Allah SWT tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluknya. Sementara qadar yaitu perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.
Qadarnya Allah ini juga biasa disebut dengan istilah takdir. Menurut M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, kata takdir diambil dari kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar, atau ukuran. Sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.
Advertisement
Macam-Macam Takdir
Macam-macam takdir Allah dibagi menjadi dua, yaitu Takdir Mubram dan Takdir Muallaq. Berikut penjelasan macam-macam takdir Allah tersebut:
Takdir Mubram
Macam-macam takdir Allah yang pertama adalah takdir Mubram. Takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Macam-macam takdir Allah ini contohnya antara lain adalah tentang kelahiran dan kematian manusia. Tentunya tidak ada yang tahu kapan kamu akan dilahirkan dan kapan akan mati. Semua menjadi rahasia Allah SWT dan terjadi sesuai dengan ketetapan-Nya.
Takdir Muallaq
Macam-macam takdir selanjutnya adalah takdir Muaallaq. Takdir muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikut sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya.
Contoh takdir muallaq antara lain keberhasilan murid di sekolah dalam meraih prestasi. Murid yang berprestasi itu bukanlah murid yang diam saja tidak belajar, dan hanya menunggu takdir. Tetapi, ia yang selalu berusaha dan belajar setiap hari untuk meraih cita-cita yang diharapkannya.
Dengan begitu, apa yang diraihnya selain ditentukan oleh takdir Allah SWT, juga ditopang oleh usaha dan doa yang dia lakukan. Jadi, berusaha itu harus, tetapi kamu juga harus berdoa dan rela menerima segala takdir yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.
Orang yang rajin bekerja akan kaya, dan yang malas berusaha akan miskin, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Ar-Rad:11).
Iman Kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qadha dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia, telah diciptakan dengan ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman azali (zaman sebelum diciptakan alam semesta).
Meski ada takdir Allah SWT, bukan berarti seorang manusia bisa bermalas-malasan menunggu nasib tanpa berusaha atau berikhtiar. Sebuah keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha. Jadi, usaha tetap harus dilakukan. Tetapi, bagaimanapun hasilnya, harus dapat diterima dengan lapang dada, Karena itu merupakan takdir Allah SWT.
Mengutip dari Jurnal Mudarissuna Intitut Agama Islam Negeri Metro, dengan beriman kepada takdir dengan benar, seseorang akan giat berusaha dan berjuang dalam menjalani kehidupannya. Apalagi pada takdir muallaq kamu diharuskan untuk selalu berusaha atau ikhtiar.
Tidak hanya itu, manusia juga harus berpijak pada Sunnatullah. Dengan memahami takdir dalam bentuk yang tepat, manusia akan terhindar dari bencana ataupun kesengsaraan. Maka dari itu, seseorang harus beribadah, berusaha, serta berjuang dengan bertumpu pada Sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah. Upaya tersebut agar cita-cita yang sedang diperjuangkannya dapat tercapai sesuai dengan rencana tanpa keluar dari ajaran agama Islam.
Advertisement
Hikmah Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Melansir Sumber Belajar Kemdikbud, berikut hikmah beriman kepada qadha dan qadar:
- Melatih diri untuk lebih bersyukur dan bersabar kepada Allah SWT. Misalnya: ketika tertimpa musibah, sikap orang akan berbeda. Ada yang tabah, ada yang sedih dan tidak terima. Orang yang beriman dengan takdir, ia akan bersabar dan tetap bersyukur karena ia memahami bahwa semua ini tidak lepas dari ketentuan Allah SWT.
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang percaya pada takdir Allah SWT, pasti dia merasa bahwa semua yang menimpanya adalah bagian dari karunia Allah SWT. Oleh karena itu, semua kejadian yang dialaminya kian mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
- Melatih seseorang menjadi orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak cepat putus asa.
- Menghindarkan dari sifat sombong. Orang yang percaya takdir Allah SWT pasti tidak akan sombong, karena ia memahami bahwa semua yang dimiliki adalah bersumber dari Allah SWT.
- Dapat menenangkan jiwa.
- Mendorong anak pada sikap yang seimbang antara optimisme dan tawakkal. Dua hal ini akan berjalan dengan baik dan seimbang jika kamu percaya dengan adanya qadha dan qadar Allah SWT.