Sukses

Terjebak Friendzone, Pria Ini Gugat Rp 34 M Wanita yang Mengganggapnya Teman

Kawshigan mengalami trauma usai cintanya betepuk sebelah tangan.

Liputan6.com, Jakarta Berhasilnya sebuah hubungan asmara tak jauh dari komitmen kedua pasangan. Saling suka tak cukup untuk membuat sebuah hubungan jadi kuat. Seperti sebuah kisah asmara pria dan wanita asal Singapura. Lama menjalin kedekatan, si pria dengan mantap menggugat wanita dengan nilai gugatan yang fantastis.

Melansir dari Oddity Central, pria bernama Kawshigan bertemu dengan Tan pada tahun 2016 dan secara bertahap menjadi teman. Kedekatan keduanya semakin intens yang mulai terlihat pada tahun 2020 lalu. Persahabatan pria dan wanita itu lantas menimbulkan gejolak cinta. Namun tidak pada keduanya, hanya pada si pria.

Sementara Tan menganggap Tuan Kawshigan hanya sebagai teman, dia menganggapnya sebagai "teman terdekat" dan mengaku ingin menjadi lebih dari sekedar teman. Terkesan klasik, namun kedekatan ini membuat Tan untuk memutuskan membuat batasan untuk bertemu Kawshigan.

Sebaliknya, Kawshigan yang menganggap Tan lebih mulai timbul perasaan patah hati akibat keadaan yang tak sesuai keingiannya. Ia mengirimkan surat yang mengancam akan menuntut Tan atas trauma emosional dan kemungkinan pencemaran nama baik. Berikut Liputan6.com merangkum kisah mereka melansir dari Oddity Central, Jumat (2/3/2022).

2 dari 3 halaman

Terlanjur cinta mati

Setelah insiden cekcok tersebut, Tan tidak serta merta memutus hubungan dengan Kawshigan. Mengingat ia bakal diancam dengan tuntutan hukum perihal pertemanan dan asmara. Oleh karenanya, Tan memutuskan untuk mediasi dengan temannya. 

Dia berusaha menjelaskan bahwa ia benar-benar terganggu oleh sikapnya. Kawshigan kembali melakukan ancamannya, mengatakan bahwa dia bisa menyerah pada tuntutannya untuk memperdalam hubungan mereka. Atau sebaliknya, ia mengaku akan menderita “kerusakan” yang tidak dapat dibatalkan pada kehidupan pribadi dan profesionalnya.

Di tengah negosiasi kedua belah pihak, konselor Kawshigan berusaha membuat hubungan mereka lebih baik. Konselor meminta Tan untuk mengambil bagian dalam sesi terapi kliennya. Wanita itu setuju, berpikir bahwa konseling akan membantu Kawshigan menerima keputusannya untuk tidak menjalin hubungan romantis dengannya. 

Siapa sangka, Kawshigan sudah cinta mati dengan Tan. Sudah satu setengah tahun Tan menemani Kawshigan melakukan terapi. Namun ia menganggap terapi itu nampaknya tak membuahkan hasil. Kawshigan tidak menerimanya dengan baik. Pria itu mulai melecehkan Tan dengan pesan dan panggilan telepon. Dia tidak punya pilihan selain memulai proses pelecehan terhadapnya pada bulan April 2022.

3 dari 3 halaman

Menuntut Rp 34 Miliar karena hanya dianggap teman

Pada pertengahan Mei 2022 lalu, keduanya sudah putus kontak. Hingga pada tanggal 7 Juli,  Mr Kawshigan mengajukan tuntutan Pengadilan Tinggi terhadap minat cintanya. Dia  mengklaim bahwa karena kelalaian dan komentar tertentu yang ia alami.

Kawshigan menderita trauma emosional mengakibatkan biaya yang dikeluarkan dalam program rehabilitasi dan terapi. Ia juga mengaku mengalami kerugian dalam kapasitas pendapatan dan kemitraan bisnis.Sebulan kemudian, Kawshigan mengajukan gugatan ke pengadilan, menuduh pelanggaran kesepakatan untuk memperbaiki hubungan mereka, apa pun artinya. 

Seorang Hakim Singapura membuang kasusnya, dengan alasan bahwa itu merupakan penyalahgunaan proses pengadilan. Namun, kasus Pengadilan Tinggi, di mana Kawshigan meminta kompensasi sebesar $2,3 juta (Rp 34 miliar, ditetapkan untuk sidang pra-sidang pada 9 Februari.