Sukses

Tamsil Artinya Apa? Ini Penjelasan, Macam dan Manfaatnya

Tamsil artinya adalah menyerupakan sesuatu dengan hal lain. berikut ini pengertian bahasa tamsil, macam-macam bahasa tamsil dan juga manfaat bahasa tamsil.

Liputan6.com, Jakarta Tamsil artinya adalah menyerupakan sesuatu dengan hal lain. Dalam Al Quran, bahasa tamsil adalah gaya bahasa yang sering ditemui ayat-ayat Al Quran. Al Quran menyampaikan nilai luhur dan makna hidup dengan bentuk bahasa yang indah, namun tetap dapat dengan mudah ditangkap dan dimengerti oleh para pendengar dan pembacanya. 

Tamsil artinya menyampaikan makna dalam bentuk pemisalan, dan bahasa tamsil adalah ragam kalimat yang menghadirkan makna aktif yang dapat dipahami akal manusia dengan menyuguhkan ungkapan kalimat yang kontennya bersifat imajinatif dengan redaksi kalimat yang menunjukkan makna empiris dari kalimat yang abstrak.

Banyak ayat dalam Al Quran yang memiliki makna indah diungkapkan dengan bahasa tamsil, maka bahasa tamsil artinya dalam Al-Qur’an adalah untuk menambah keindahan dan keelokan makna yang ingin disampaikan. Hal itu dapat mendorong seseorang untuk bisa menerima kandungan Al-Qur’an dan dapat mencerna ungkapan yang ingin disampaikan.

Untuk lebih memahami Tamsi artinya apa, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Jumat (10/2/2023). Pengertian bahasa tamsil, macam-macam bahasa tamsil dan juga manfaat bahasa tamsil.

2 dari 4 halaman

Tamsil Artinya Apa?

Tamsil artinya menyerupakan atau memisalkan sesuatu hal dengan hal lain, agar lebih mudah dipahami. Tamsil juga sering juga disebut dengan Al-amtsal. Kata al-amtsal dalam sastra Arab bermakna kalimat yang dipakai untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain yang menjadi obyek kalimat tersebut.  

Jadi Tamsil artinya menyerupakan sesuatu dengan sesuatu lain yang menjadi objek ungkapan  tersebut. Bahasa tamsil biasanya dipakai untuk menggambarkan keadaan tertentu atau kisah yang menarik perhatian. Atas dasar makna seperti ini maka lafadh الثل  pada berbagai ayat ditafsirkan dengan makna ini. 

Misalnya, dalam surat Muhammad ayat 15 : 

Surat Muhammad Ayat 15

مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۖ وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ ۖ كَمَنْ هُوَ خَٰلِدٌ فِى ٱلنَّارِ وَسُقُوا۟ مَآءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَآءَهُمْ

Artinya: (Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh didalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?

Dalam ayat tersebut menggambarkan keberadaan surga serta deskripsi surga yang mengagumkan semua orang. Dalam ayat tersebut, Allah menggambarkan surga dengan berbagai deskripsi,  diantaranya:  

1. Surga digambarkan seperti sungai yang airnya tidak payau yang artinya air surga itu tawar dan rasanya nikmat.

2. Surga digambarkan seperti sungai susu yang rasanya selalu nyaman dan tidak berubah. 

3. Surga  seperti sungai khamr yang tidak memabukkan dan rasanya lezat.

4. Surga seperti sungai madu murni

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa tamsil atau kalam matsal adalah majaz murakkab yang relevansi ungkapannya bersifat penyerupaan. Dalam definisi lain dinyatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah menghadirkan makna dalam suatu konsepsi yang indah, struktur kalimatnya pendek, maknanya lebih mengena pada jiwa seseorang, baik ungkapan tersebut berjenis tasybih atau non-tasybih. 

3 dari 4 halaman

Macam-Macam Tamsil

a. Bahasa tamsil berjenis al-tasybih al-sharih.

Surat Yunus Ayat 24

إِنَّمَا مَثَلُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلْأَنْعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَآ أَنَّهُمْ قَٰدِرُونَ عَلَيْهَآ أَتَىٰهَآ أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَٰهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِٱلْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berpikir.

Allah membuat perumpamaan kehidupan dunia dengan tanaman yang apabila orang memandangnya merasa senang dan hatinya  tertarik. Sebagian Tanaman terbalut bercampur dengan sebagian tanaman yang lainnya, namun belum seberapa lama tanaman tersebut tiba-tiba mengering, lapuk dan rusak, seolah-olah tanaman tersebut pada hari kemarin tidak ada (padahal ada).

Unsur tasybih dalam bahasa tamsil yang terkandung pada ayat tersebut dapat berupa: (1) al-musyabbah (sesuatu yang diserupakan) adalah kehidupan dunia, (2) al-musyabbah  bih(yang  menjadi objek penyerupaan atau yang  diserupai)adalah  tanaman, (3) adat al-tasybih (perangkat tasybih-nya) pada kata مثل,  dan (4) wajh al-shibh (persamaan kehidupan dunia dan tanaman) adalah sama-sama menyenangkan hati di awal keberadaannya namun setelah itu cepat sirna dan hancur dalam waktu cepat

 

b. Bahasa tamsil berjenis al-tasybih al-dhimni.

Surat Al-Hujurat Ayat 12

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Allah telah  membuat tamsil ghibah pada ayat tersebut dengan perumpamaan “memakan daging manusia dalam keadaan mati(bangkai)”. Jika seseorang enggan makan daging manusia yang telah mati maka wajiblah dia enggan/benci menggunjing (ghibah)orang lain. 

Unsur-unsur tasybih yang kita kenal pada umumnya meliputi(1)musyabbah(sesuatu yang  diserupakan), (2) musyabbah bih(sesuatu yang diserupai), (3)adat al-tasybih (perangkat tasybih), dan (4) wajh al-shibh(sisi persamaan antara kedua hal  yang  diserupakan).  Unsur-unsur ini tidak tampak di permukaan pada ayat diatas,sehingga tasybih jenis ini termasuk tasybih dhimni

 

c. Bahasa tamsil tidak berjenis tasybihatau isti’arah.

Surat Al-Hajj Ayat 73

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلْمَطْلُوبُ

Artinya: Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

Ketika Allah membuat perumpamaan tentang hakikat berhala, Dia menuturkan bahwa menyembah berhala tidak memiliki nilai apa-apa, bahkan menyembah berhala bernilai negatif.  Hal ini menunjukkan betapa bodohnya orang-orang yang menyembah berhala, sampai-sampai  Allah membuat permisalan  ini. 

Dalam Ayat tersebut Allah membuat perumpamaan berupa kalam matsal. Namun kalam matsal yang dibuat Allah tersebut tidak dalam bentuk tasybih(penyerupaan) maupun isti’arah (makna  pinjaman/majaz) tetapi kalam  matsal tersebut dalam redaksi bebas yang tidak berjenis salah satu diantara dua hal tersebut.

4 dari 4 halaman

Manfaat Bahasa Tamsil Dalam Al Quran

Berbagai bahasa tamsil dalam Al Quran yang tersebar pada berbagai ayat, maknanya bisa dianalisis secara baik dan memberi manfaat yang besar pada pembacanya. Berikut adalah manfaat adanya bahasa tamsil dalam Al Quran. 

1.Bahasa tamsil dapat mengungkapkan sesuatu yang bersifat imajinatif (ma’qul). Layaknya bahasa empiris (mahsus) sesuai pengalaman hidup yang dialami kebanyakan orang, sehingga akal seseorang dapat menerima ungkapan tersebut secara rasional, karena pada umumnya makna imajinatif tidak bisa dicerna oleh akal kecuali setelah diberikan tamsil/gambaran yang bersifat empiris, yang mudah ditangkap akal. 

2.Bahasa tamsil dapat mengungkapkan substansi masalah (al-haqa’iq) dan dapat menghadirkan sesuatu yang bersifat ghaibiyah dalam bahasa dunia nyata (empiris). 

3.Bahasa tamsil menghadirkan makna yang indah melalui ungkapan yang singkat. Hal ini seperti contoh-contoh ayat pada al-amtsal al-kaminah dan al-amtsal al-mursalah di atas.

4.Bahasa tamsil bermanfaat untuk memotivasi perilaku baik orang yang ditamsilkan dengan objek yang dijadikan tamsil. Misalnya, hasil/pahala orang yang berinfaq di jalan Allah berupa balasan kebaikan yang sangat banyak. 

5.Bahasa tamsil bermanfaat untuk mencegah seseorang berbuat buruk, yang perbuatan buruk itu digambarkan dengan sesuatu yang tidak disukai setiap orang. 

6.Bahasa tamsil untuk memuji orang yang digambarkan dalam tamsil.

7.Bahasa tamsil menjelaskan sesuatu yang dijadikan obyek tamsil (mumatstsal bih) adalah sifat buruk. Hal ini seperti ketika Allah membuat bahasa tamsil bagi orang yang telah menerima kitab suci namun ia tidak mengamalkan kitab suci tersebut, sehingga ia menjadi orang hina. 

8.Bahasa tamsil dapat menyampaikan pesan lebih mengena ke dalam hati, memiliki daya cegah yang kuat atas persoalan-persoalan yang buruk, dan dapat memberikan kepuasan hati bagi orang yang mendengarkannya. Allah SWT telah banyak menyampaikan bahasa tamsil dalam Al-Qur’an sebagai pengingat dan ibrah (pelajaran) bagi yang mendengarnya.