Sukses

Apa yang Dimaksud dengan Istinja? Simak Hukum dan Tata Caranya

Apa yang dimaksud dengan istinja? Istinja adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk pada membersihkan organ intim setelah buang air besar atau kecil.

Liputan6.com, Jakarta Apa yang dimaksud dengan istinja? Istinja adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk pada membersihkan organ intim setelah buang air besar atau kecil. Istinja biasanya dilakukan dengan menggunakan air, namun bisa juga dilakukan dengan benda lain seperti batu kertas toilet atau batu.

Apa yang dimaksud dengan istinja dianggap sebagai tindakan penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta memenuhi tuntutan agama Islam. Selain itu, istinja juga merupakan tindakan yang diharapkan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kesopanan, serta dapat dilakukan di tempat-tempat khusus yang disediakan seperti kamar mandi atau toilet. 

Dalam Islam, apa yang dimaksud dengan istinja juga menjadi bagian dari adab-adab sehari-hari dan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam bersuci dan beribadah. Berikut ulasan Liputan6.com tentang apa yang dimaksud dengan istinja yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (14/2/2023).

2 dari 4 halaman

Apa yang Dimaksud dengan Istinja?

Apa yang dimaksud dengan istinja? Kata istinja berasal dari bahasa Arab yakni najâ yanjû, yang berarti memotong atau melepas diri (qatha‘a). Orang yang melakukan istinja artinya orang tersebut sedang berupaya melepas dirinya dari kotoran yang menempel di anggota tubuhnya. Dalam konteks hukum Islam, istinja adalah membersihkan sesuatu yang keluar dari dua lubang kemaluan yang disebut qubul dan dubur, menggunakan air atau batu yang terikat beberapa syarat tertentu. 

Dalam Islam, melakukan istinja setelah buang air besar atau kecil merupakan suatu kewajiban (wajib) yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Sejalan dengan ajaran Islam yang selalu mengutamakan kebersihan. Hal ini juga didasarkan pada hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa "Kebersihan adalah sebagian dari iman" (HR Muslim). Artinya, menjaga kebersihan tubuh merupakan bagian penting dari keimanan seorang muslim.

3 dari 4 halaman

Apa yang Dimaksud dengan Istinja: Hukum

Secara naluri, manusia terlahir sebagai makhluk yang peduli dengan kebersiahan. Dengan begitu, seorang yang sehat secara akal pasti terdorong untuk membersihkan dirinya setelah buang air. Dilansir dari laman resmi kalsel.kemenag.go.id, para ulama sepakat bahwa hukum istinja adalah wajib yang artinya mendapat pahala jika dikerjakan dan berdosa bila ditinggalkan.

Islam adalah agama yang detail dalam berbagai perkara kehidupan, termasuk tentang kebersihan. Apa yang dimaksud dengan istinja buka sekedar istilah tapi juga tata cara melakukannya sesuai syariat Islam. Alat yang digunakan untuk beristinja menurut ajaran islam adalah air dan batu atau benda lain yang memiliki kesamaan sifat dan fungsi dengannya.

Benda yang dapat digunakan untuk beristinja boleh berupa benda cair, suci, dan berpotensi membersihkan najis yang melekat di qubul maupun dubur,. Sedangkan benda yang tidak boleh digunakan untuk beristinja adalah benda yang dimuliakan, seperti buku, makanan, dan lain-lain.

Kebersihan menjadi elemen penting dalam berbagai jenis ritual keagamaan Islam, salah satu contohnya kewajiban berwudhu sebelum menjalani salat. Pentingnya kebersihan dalam Islam tercantum dalam beberapa firman Allah berikut.

فِيْهِ رِجَالٌ يُحِبُّوْنَ أَنْ يَتَطَهَّرُوْا وَاللهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ (التوبة

Artinya, “Di dalam masjid itu terdapat penduduk Quba yang bersuci dan membersihkan dirinya, Allah sangat cinta kepada hamba-Nya yang bersuci.” (QS at-Taubah: 108)

4 dari 4 halaman

Apa yang Dimaksud dengan Istinja: Tata Cara

Tatacara melakukan istinja dicontohkan oleh Rasulullah seperti hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra berikut.

كَانَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله عليه وسَلَّمَ يَدْخُلُ الْخَلاَءَ فَأَحْمِلُ أَنَا وَغُلَامٌ نَحْوِي إِدَاوَةً مِنْ مَاءٍ وعَنَزَةً فَيَسْتَنْجِي بِالْمَاءِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Artinya: Bilamana Rasulullah saw masuk ke kamar kecil untuk buang hajat, maka saya (Anas ra) dan seorang anak seusia saya membawakan wadah berisi air dan satu tombak pendek, lalu beliau istinja dengan air tersebut. (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun yang hadist yang menyatakan tata cara beristinja  dengan batu adalah hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud ra.

 أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ الْغَائِطَ فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ، فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ ولَمْ أَجِدْ ثَالِثًا. فَأَتَيْتُهُ بِرَوْثَةٍ، فَأَخَذَهُمَا وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ، وَقَالَ: إِنَّهَا رِجْسٌ 

Artinya: Suatu ketika ketika Nabi saw buang air besar, lalu memerintahkan saya agar membawakannya tiga batu. Kebetulan, waktu itu saya hanya menemukan dua batu dan tidak menemukan satu batu lagi. Lalu saya mengambil kotoran binatang (yang sudah kering). Akhirnya, beliau pun mengambil kedua batu tersebut dan membuang kotoran binatang yang saya berikan. Bersabda, ‘Sesungguhnya kotoran binatang itu najis’.” (HR al-Bukhari).

Dalam riwayat Imam Ahmad dan ad-Daruquthni, terdapat tambahan redaksi yang menyebutkan bahwa Nabi bersabda, ‘I‘tini bi ghairiha’, atau ‘Carikan saya benda yang lain sebagai ganti dari kotoran tadi’. Artinya, batu yang digunakan bersuci tidak boleh kurang dari tiga, namun bisa lebih bila memang dibutuhkan.

Berikut susunan tata cara istinja.

1. Membaca doa saat masuk toilet.

لّٰهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك من الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ 

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan laki-laki dan setan perempuan.

2. Masuk toilet dengan mendahulukan kaki kiri.

3. Membuang kotoran pada lubang kakus.

4. sangat dianjurkan duduk saat buang air kecil, apalagi buang air besar.

5. Menuntaskan keluarnya kotoran.

6. Melakukan istinja menggunakan tangan kiri.

7. Membaca doa ketika keluar dari toilet.

غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ لِلهِ الذي أَذْهَبَ عَنِّيْ الْأَذَى وَعَافَانِيْ

Artinya: Dengan mengharap ampunan-Mu, segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dari tubuhku dan menjaga kesehatanku.