Liputan6.com, Jakarta Muhasabah diri merupakan tindakan yang penting untuk kita lakukan. Sebab muhasabah diri akan menghadirkan sejumlah manfaat bagi pengembangan karakter diri. Selain itu, muhasabah diri juga akan membuat kita akan menjadi lebih fokus terhadap diri sendiri, terutama dalam melihat kekurangan diri sendiri dibandingkan orang lain.
Baca Juga
Advertisement
Peribahasa mengatakan, "Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak." Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa sebagian besar orang lebih bisa atau sering melihat kesalahan kecil dari diri orang lain, dari banyaknya kekurangan di dirinya sendiri.
Sedangkan muhasabah memiliki konsep yang sebaliknya. Muhasabah diri secara sederhana dapat dipahami sebagai introspeksi diri, yakni dengan melihat ke dalam diri kita sendiri untuk melakukan evaluasi agar dapat memperbaiki diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.
Dengan muhasabah diri, kita jadi bisa menjadi pribadi yang lebih sadar pada kekurangan diri daripada kekurangan orang lain. Selain itu, muhasabah diri memiliki sejumlah manfaat yang sangat penting bagi diri pribadi. Untuk lebih memahami apa itu muhasabah dan bagaimana cara melakukannya, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (20/2/2023).
Pengertian Muhasabah Diri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian muhasabah adalah introspeksi. Sementara itu, istilah muhasabah sendiri berasal dari akar kata hasiba-yahsabu-hisab, yang secara etimologi memiliki arti melakukan perhitungan. Sedangkan secara terminologi, pengertian muhasabah adalah sebuah upaya untuk melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan dan keburukan serta semua aspeknya.
Hal yang sama dijelaskan dalam kitab Al-Munawir oleh Ahmad Warson Munawir dijelaskan demikian pula. Arti muhasabah adalah perhitungan atau introspeksi. Dijelaskan, muhasabah adalah introspeksi, mawas, atau meneliti diri. Hal ini berarti menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari, bahkan setiap saat.
"Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Imam Turmudzi)
Secara umum, muhasabah dapat dipahami sebagai introspeksi diri, dengan melakukan evaluasi terhadap kebaikan dan keburukan dalam setiap aspek dalam diri pribadi. Kendati demikian, para ulama memiliki pandangannya masing-masing terkait dengan apa yang dimaksud dengan muhasabah. Berikut adalah sejumlah pandangan para ulama tentang muhasabah.
Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali, arti muhasabah adalah upaya i’tisham dan istiqomah, seperti dikutip dalam buku yang berjudul Rekonsiliasi Psikologi Sufistik dan Humanistik pengarang Abdullah Hadziq I’tisham merupakan pemeliharaan diri dengan berpegang teguh pada aturan-aturan syariat. Sedangkan istiqomah adalah keteguhan diri dalam menangkal berbagai kecenderungan negatif.
KH. Toto Tasmoro
Arti muhasabah adalah melakukan perhitungan hubungan antara orang-orang di dunia dan akhirat atau di lingkungannya dan tindakan mereka sebagai manusia, karena manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan di kehidupannya.
Isa Waley
Isa Waley dalam Meditasi Sufistik oleh Sudirman Tebba menjelaskan arti muhasabah adalah pemeriksaan (atau ujian) terhadap diri sendiri dan mengemukakan kaitannya yang sangat penting dengan Haris bin Asad al-Muhasibi (781-857 M) dari Baghdad.
Dia juga mengingatkan seseorang tentang ucapan sufi yang sering dikutip, yang sudah diterapkan kepada khalifah keempat yaitu Ali bin Abi Thalib, yang menyatakan bahwa orang harus memanggil dirinya untuk memperhitungkan sebelum Allah SWT mengundang orang untuk memperhitungkan.
Al-Muhasibi
Al-Muhasibi percaya arti muhasabah adalah bahwa motivasi-motivasi manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap diri sendiri merupakan harapan-harapan dan kecemasan, dan pemeriksaan semacam itu merupakan landasan perilaku yang baik dan ketakwaan (taqwa).
Nurbakhsh
Menurut Nurbakhsh yang dikutip dari buku yang berjudul Dunia Spiritual Kaum Sufi, arti muhasabah adalah pada awalnya suatu pertimbangan terhadap perhitungan antara tindakan-tindakan negatif dan positif. Pada akhirnya, ia merupakan aktualisasi kesatuan (ittihad), yang murni.
Advertisement
Aspek apa saja yang perlu dievaluasi ketika muhasabah?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, muhasabah adalah evaluasi diri yakni dengan menilai kebaikan dan keburukan di setiap aspek dalam diri. Sebenarnya, ada banyak aspek yang bisa kita nilai dalam diri sendiri untuk dapat mencari kekurangan dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi secara umum, berikut adalah aspek-aspek dalam muhasabah diri:
1. Aspek Ibadah
Ibadah adalah aspek muhasabah diri karena ini menjadi tujuan utama manusia diciptakan. Apek muhasabah diri dalam hal ibadah ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Adz Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
2. Aspek Pekerjaan, Usia, dan Rezeki
Tak hanya berhubungan dengan kepentingan akhirat seperti ibadah. Pekerjaan, usia, dan rezeki adalah aspek muhasabah diri yang penting diperhatikan karena berhubungan pula dengan kehidupan duniawi.
Apek muhasabah diri dalam hal urusan duniawi ini dijelaskan dalam hadis dari Ibnu 'Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, ia bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:
a. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
b. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
c. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
d. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
e. Hidupmu sebelum datang matimu."
3. Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial adalah aspek muhasabah diri yang penting dan berhubungan dengan sesama manusia. Apek muhasabah diri dalam hal kehidupan sosial ini dijelaskan dalam hadis sebagai berikut:
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"
Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta benda."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umat hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman. Ia tidak pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, meminta harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan melawan orang itu.
Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya ini, diberikanlah di antara menguntungkannya si ini, si anu dan si itu. Sampai selesai istimewa telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus.” (HR Muslim no. 6522).
Dampak Negatif Tidak Melakukan Muhasabah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, muhasabah adalah perilaku menghitung atau menilai diri sendiri dengan melihat kebaikan dan keburukan yang ada pada diri pribadi. Dengan melakukan muhasabah, kita bisa melihat kelebihan dan kelemahan kita. Namun jika tidak melakukan muhasabah, kita menjadi tidak punya petunjuk untuk menjadi lebih baik.
Parahnya, tidak melakukan muhasabah justru membuat kita mengabaikan keburukan yang ada dalam diri, sehingga tidak sadar kita justru mengembangkan karakter yang memiliki akhlak yang tidak terpuji. Dengan kata lain, ada banyak dampak buruk yang bisa timbul jika kita tidak muhasabah diri, antara lain sebagai berikut:
1. Menutup Mata dari Berbagai Akibat
Bila seseorang tidak melakukan muhasabah, dia tidak peduli lagi akibat perbuatan dosa dan salah yang akan menjerumuskan diri dan keluarganya, maupun akibat yang menimpa orang lain.
2. Larut dalam Keadaan
Dampak buruk berikutnya bagi orang yang tidak melakukan muhasabah, adalah dia akan dikendalikan oleh keadaan. Akibatnya, ia tidak ada usaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Mengandalkan Ampunan Allah
Orang yang tidak melakukan muhasabah, biasanya ia hanya mengandalkan ampunan Allah tanpa mau bertaubat. Dalih bahwa Allah Maha Pengampun, dijadikan alasan pada saat berbuat yang salah, atau melakukan penyimpangan dan penyelewengan.
4. Mudah Melakukan Dosa
Orang yang tidak melakukan muhasabah akan mudah melakukan perbuatan dosa, bahkan dosa itu menjadi sikap hidup dan kepribadiannya. Meskipun ia mengaku sudah bertaubat, tetap saja kembali mengulang-ngulangi perbuatan dosa.
Advertisement
Manfaat Muhasabah Diri
Sebaliknya, jika kita senantiasa muhasabah diri, makan hanya manfaat yang bis akita rasakan. Salah satu manfaat dari muhasabah diri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah manfaat dalam pengembangan diri. Dengan muhasabah diri kita bisa mengetahui aspek-aspek dalam diri kita yang bisa dikembangkan, baik itu berupa bakat dan potensi, serta mengetahui aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Adapun manfaat-manfaat dari muhasabah diri antara lain sebagai berikut:
1. Membentuk Karakter yang Suka Belajar
Muhasabah diri dapat membuat kita menjadi sosok yang suka belajar. Dengan muhasabah kita bisa menyadari bahwa ada banyak kekurangan yang ada pada diri kita. Dengan menyadari adanya banyak kekurangan, tentu kita akan lebih termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri, sehingga kita dapat memperbaiki kekurangan tersebut.
2. Menjadi Lebih Baik di Masa Depan
Setelah memahami adanya kekurangan dalam diri, kemudian timbul motivasi untuk terus belajar dan memperbaiki diri, pastinya kita akan menjadi sosok yang memiliki kepribadian yang lebih baik di kemudian hari. Muhasabah diri juga membuat kita mencegah perbuatan yang menyalahkan faktor di luar diri kita dan mendorong kita untuk berusaha lebih baik lagi.
3. Memiliki Jiwa Berprestasi
Memiliki jiwa yang berprestasi bisa diartikan sebagai jiwa yang kompetitif, yang berani menghadapi persaingan. Namun penting untuk dipahami bahwa memiliki jiwa kompetitif bukan berarti kita harus selalu menjadi yang terdepan dan mengalahkan orang lain dengan segala cara.
Orang yang memiliki jiwa berprestasi adalah orang yang ingin terus bergerak ke depan dan berada dalam jalur kemajuan. Dengan kata lain, kita harus mengalahkan diri kita yang kemarin yang masih banyak kekurangan untuk menjadi lebih baik.
Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia celaka.