Liputan6.com, Jakarta Ihya Ulumuddin merupakan salah satu kitab dalam Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa atau tazkiyatun nafs. Kitab ini ditulis oleh Imam Al-Ghazali yang berasal dari Persia.Â
Baca Juga
Ihya Ulumuddin membahas tentang penyakit hati, pengobatannya, hingga mendidik hati. Kitab ini sering kali dijadikan sebagai rujukan pertama dalam kajian Islam bagi umat Muslim, salah satunya bidang tasawuf.
Advertisement
Meskipun begitu, masih banyak umat Muslim yang asing dengan kitab Ihya Ulumuddin. Terlepas dari itu, kitab ini memiliki bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahkan urutan dari pembahasannya pun tersusun secara sistematis.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai kitab Ihya Ulumuddin dan topik pembahasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/2/2023).
Mengenal Ihya Ulumuddin
Ihya Ulumuddin adalah salah satu kitab dalam agama Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati.
Kitab ini merupakan ciptaan dari ulama terkenal asal Persia, Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali menciptakan kitab tersebut dengan nama Ihya Ulumuddin yang berarti menghidupkan kembali pengetahuan agam. Sebab pada masa itu ilmu Islam sudah hampir di sisihkan oleh ilmu-ilmu yang lain terutama oleh filsafat Yunani.
Kini, kitab Ihya Ulumuddin dijadikan sebagai rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Hal ini tak lepas dari bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis.
Dikutip dari laman Universitas Islam Indonesia, kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab yang mampu menggabungkan antara syariat, akidah, dan akhlak. Meski begitu, para ulama selalu mengkaji kitab Ihya Ulumuddin karena beberapa hadis-hadis yangtercantum tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu.
Para ulama yang sering mengkaji ulang, memilah, hingga menysun kembali kitab Ihya Ulumuddin adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya (Mukhtasar).
Advertisement
Asal Usul Kitab Ikya Ulumuddin
Ihya Ulumuddin adalah kitab nasehat yang paling agung. Pada kitab ini terdapat cacatan dan penjelasan yang diringkas dalam 40 bab. Dalam 40 bab tersebut dikelompokkan menjadi empat bagian besar, setiap bagian terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini telah dicetak di Mesir berulang-ulang dan di Lukawani pada tahun 1281 H. Selain itu, ada naskah tulisan di Wina, Berlin, dan London, serta di Museum Britania dan Oxford.
Kitab ini banyak mengandung penjelasan yang ditulis ulang di antaranya, Ithaf Al-Sadah Al-Muttaqin yang dicetak di Paris pada tahun 1302 H dalam 13 jilid dan di Kairo pada tahun 1311 H dalam 10 jilid.
Selain itu, kitab Ihya Ulumuddin juga di teliti dan dikerjakan ulang oleh Ibnu Al-Jauzi, kemudian diberi nama kitab Minhaj Al-Qasidin. Tak hanya itu, terdapat pula naskah tulisan di Darul Kutubil Misriyah dan yang lain di perpustakaan Paris.
Topik Pembahasan dari Kitab Ihya Ulumuddin
Ada beberapa topik pembahasan yang dijelaskan pada kitab Ihya Ulumuddin, antara lain:
1) Bab pertama menerangkan tentang ilmu.
2) Bab kedua menerangkan tentang i’tikad (keyakinan).
3) Bab ketiga menerangkan tentang rahasia bersuci (thaharah).
4) Bab keempat menerangkan tentang keistimewaan shalat.
5) Bab kelima menerangkan tentang rahasia zakat.
6) Bab keenam menerangkan tentang rahasia puasa.
7) Bab ketujuh menerangkan tentang rahasia haji.
8) Bab kedelapan menerangka tentang membaca AlQur’an.
9) Bab kesembilan menerangkan tentang dzikir dan do’a.
10) Bab kesepuluh menerangkan tentang wirid.
11) Bab kesebelas menerangkan kitab adab makan.
12) Bab kedua belas menerangkan kitab adab nikah.
13) Bab ketiga belas menerangkan tentang kitab bekerja dan mencari penghidupan.
14) Bab keempat belas menerangkan tentang kitab halal dan haram.
15) Bab kelima belas menerangkan tentang etika persahabatan.
16) Bab keenam belas menerangkan tentang etika mengasingkan firi.
17) Bab ketujuh belas menerangkan tentang berpergian.
18) Bab kedelapan belas menerangkan tentang as-sima’ wa al.
19) Bab kesembilan belas menerangkan tentang menyeru kepada kebaikan dan cegah kemungkaran (amar ma‟ruf nahi mungkar).
20) Bab keduapuluh menerangkan tentang adab kehidupan dan akhlak kenabian.
21) Bab keduapuluh satu menerangkan tentang keajaiban hati.
22) Bab keduapuuh dua menerangkan tentang melatih jiwa.
23) Bab keduapuluh tiga menerangkan tentang menghancurkan dua hawa nafsu (nafsu perut dan nafsu farji).
24) Bab keduapuluh empat meerangkan tentang bahaya lisan.
25) Bab keduapuluh lima menerangkan tentang penyakit marah, dengki, dan hasud.
26) Bab keduapuluh enam menerangkan tentang tercelanya dunia.
27) Bab keduapuluh tujuh menerangkan tentang tercelanya sifat cinta harta dan kikir.
28) Bab keduapuluh delapan menerangkan tentang tercelanya gila hormat dan sifat riya’.
29) Bab keduapuluh sembilan menerangkan tentang tercelanya sikap takabbur dan ujub.
30) Bab ketigapuluh menerangkan tentang tercelanya sifat terpedaya.
31) Bab ketigapuluh satu menerangkan tentang tobat.
32) Bab ketigapuluh dua menerangkan tentang syukur dan sabar.
33) Bab ketigapuluh tiga menerangkan tentang berharap kepada Allah dan takut kepada-Nya (ar-raja‟ wa alkhauf).
34) Bab ketigapuluh empat menerangkan tentang fakir, zuhud, dan meninggalkan dunia.
35) Bab ketigapuluh lima menerangkan tentang tauhid dan tawakkal.
36) Bab ketigapuluh enam menerangkan tentang cinta, rindu, dan ridha.
37) Bab ketigapuluh tujuh menerangkan tentang niat, keihklasan, dan kejujuran.
38) Bab ketigapuluh delapan menerangkan tentang mengontrol dan mengoreksi diri.
39) Bab ketigapuluh sembilan menerangkn tentang berpikir.
40) Bab keempat puluh menerangkan tentang mengingat kematian.
Advertisement