Sukses

5 Tujuan Nyadran atau Sadranan di Jawa pada Bulan Ruwah Sebelum Ramadhan

Ada lima tujuan nyadran, yakni spiritual, sosial, ekonomi, hiburan, dan pelestarian tradisi.

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang artinya keyakinan. Tradisi Nyadran adalah suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi.

Apa tujuan nyadran pada masyarakat Jawa sebenarnya? Jogja Belajar menjelaskan ada lima tujuan nyadran, yakni spiritual, sosial, ekonomi, hiburan, dan pelestarian tradisi. Nyadran dikenal juga dengan sebutan Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya Jawa dengan Islam.

Dalam jurnal penelitian berjudul Makna dan Fungsi Tradisi Upacara Nyadran di Dusun Ngadiboyo, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk (Tintingan Folklor) oleh Jefri Dadang Triyoso dan Yohan Susilo, nyadran adalah ucapara syukuran di Jawa untuk menghormati leluhur setahun sekali menjelang Ramadhan yang bertepatan dengan bulan Ruwah atau Syaban.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang tujuan nyadran atau sadranan, Senin (6/3/2023).

2 dari 3 halaman

Tujuan Nyadran atau Sadranan

Tradisi nyadran atau sadranan di zaman modern sekarang, banyak yang menyebut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Jawa memiliki pemikiran bahwa berziarah ke kuburan nenek moyang bisa diberkati dan bisa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Nyadran atau sadranan adalah tradisi masyarakat Jawa yang memiliki tujuan khusus. Jogja Belajar menjelaskan ada lima tujuan nyadran atau sadranan sebagai berikut:

- Tujuan Spiritual

Tujuan nyadran atau sadranan adalah memohon berkah agar sumber air Suracala tidak mati, mengucap rasa syukur kepada Tuhan, tolak bala, memohon keselamatan dalam menghadapi musim tanam, serta mendapatkan panen yang baik.

Tujuan spiritual dalam upacara Nyadran menggambarkan adanya usaha manusia untuk menjaga keseimbangan alam melalui penyelenggaraan upacara adat.

Adanya kearifan lokal tersebut diharapkan masyarakat akan selalu mendapatkan anugrah keselamatan dan kemakmuran hidup dari Tuhan Sang Pencipta Alam.

- Tujuan Sosial

Tujuan nyadran atau sadranan adalah dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi untuk menciptakan kerukunan, kebersamaan,  kegotong-royongan, integritas, solidaritas, dan komunikasi di antara masyarakatnya.

Kemudian, sebagai pengendali sosial, yaitu dengan masih dilaksanakannya upacara tersebut sebagai sarana permohonan berkah keselamatan agar tidak mendapatkan murka dari sing mbaureksa dusun tersebut.

- Tujuan Ekonomi

Tujuan nyadran atau sadranan adalah meningkatkan nilai ekonomi, dengan adanya kegiatan masyarakat yang menyiapkan ubarampe dengan belanja di pasar dan adanya kegiatan jual beli makanan/minuman di sekitar lokasi upacara.

- Tujuan Hiburan

Tujuan nyadran atau sadranan adalah dengan adanya kesenian yang ditampikan oleh masyarakat pada saat jelang dan pelaksanaan upacara. Kesenian berupa tari-tarian dan juga pagelaran Uyon-uyon Karawitan ini mampu menyedot perhatian masyarakat.

Selain itu, ada pula arak-arakan kelompok masyarakat yang memperagakan potensi daerahnya.

- Tujuan Pelestarian Tradisi

Tujuan nyadran atau sadranan adalah dengan adanya sikap masyarakat yang tidak berani meninggalkan  upacara Nyadran.

3 dari 3 halaman

Kegiatan Nyadran atau Sadranan

Rangkaian kegiatan nyadran atau sadranan diantaranya melakukan ziarah makam atau nyekar, umbarambe (paling penting), begadang atau melekan, slametan, upacara nyadran, hingga arak-arakan kirab.

Melansir dari Jogja Belajar, ada empat makna umbarampe upacara nyadran yang perlu diketahui:

- Korban kambing dan ayam

1. Korban kambing bermakna sebagai tanda syukur, simbol kemenangan Sunan Mas, dan simbol keikhlasan manusia dalam hal korban harta benda untuk mendapatkan ketentraman hidup.

2. Korban kambing dan ayam bermakna sebagai korban persembahan kepada sing mbaureksa sumber air agar sumber air tersebut tidak mati sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya.

3. Kambing dan ayam yang disembelih dengan darah yang dikucurkan dan bercampur dengan air sendang bermakna agar warga selalu rukun, tentram, dan selalu mendapatkan anugrah-Nya.

- Sesaji

Sesaji penyembelihan kambing dan ayam yang meliputi :

1. Kembang menyan mempunyai makna simbolik agar masyarakat selalu mengharumkan nama leluhur mereka. Kemenyan yang dibakar dan mengepulkan asap mempunyai makna agar roh-roh penunggu dusun atau sing mbaureksa membantu permohonan mereka.

2. Kinang suruh ditujukan kepada makhluk halus berjenis wanita, dan udud ditujukan kepada makhluk halus berjenis laki-laki sebagai penolak kekuatan jahat supaya tidak mengganggu.

3. Uang wajib bermakna sebagai ucapan terima kasih kepada kaum/modin yang telah membantu doa.

4. Jajan pasar bermakna agar rakyat mendapatkan kekuatan dan kemudahan dalam mengerjakan sawahnya, serta dengan adanya jajan pasar maka sesaji yang telah disediakan sudah lengkap dan siap untuk dipersembahkan.

5. Srabi abang dan srabi putih ditujukan untuk makhluk halus dengan nyrabani (mendoakan) agar tidak mengganggu jalannya upacara. Makna lain melambangkan kesucian hati dan keberanian masyarakat untuk menjalani kehidupannya.

6. Gula klapa melambangkan rujak degan, jika diminum terasa segar, tentram. Bermakna agar warga selalu mendapat anugrah keselamatan dan ketentraman.

7. Pisang raja melambangkan adanya harapan agar warga selalu diberi anugrah kebahagiaan, keselamatan dan ketentraman dalam menjalani hidup layaknya seorang raja.

- Sajen Rasulan

Ini bermakna sebagai simbol agar umat Islam selalu ingat Nabi Muhammad SAW dengan bershalawat serta mengingat Tuhan sehingga mendapatkan berkah dari-Nya. Sajen rasulan dalam upacara Nyadran di Dusun Poyahan ini meliputi:

1. Sega golong sebagai perangkat upacara bermakna sebagai simbol kebulatan tekad masyarakat dalam menjalankan pekerjaannya.

2. Sega gurih bermakna semacam penjabaran/tanda bakti kepada Nabi Muhammad SAW, diharapkan nantinya masyarakat senantiasa selamat  dan ayem tentrem mendapat barokahnya.

3. Sega liwet bermakna sebagai ucapan terima kasih atas segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan adanya nasi ini maka manusia dapat terhindar dari kelaparan.

4. Ingkung ayam melambangkan penghormatan kepada leluhur dan simbol kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Oblok-oblok daging kambing melambangkan masakan kesukaan sing mbaureksa dusun tersebut agar tidak mengganggu, di samping bermakna sebagai simbol kebersamaan dalam ngalab berkah.

6. Kembang menyan merupakan aroma pengharum yang mempunyai makna untuk mengharumkan nama leluhurnya, serta bermakna agar roh-roh penunggu membantu permohonan mereka.

7. Uang wajib bermakna sebagai ucapan terima kasih kepada kaum/modin yang telah membantu doa.

- Sesaji Trinilan

Ini yang disediakan oleh masyarakat untuk dimintakan oblok-oblok daging, merupakan lambang permohonan berkah (ngalab berkah) keselamatan, kemakmuran, dan keberhasilan dalam menjalankan usahanya.