Liputan6.com, Jakarta Menurut pandangan ajaran agama Islam, surga adalah sederet kenikmatan yang tidak pernah dirasakan manusia selama hidup di dunia yang akan menjadi balasan bagi orang-orang beriman.
Tentu saja, beriman saja tidak cukup untuk mendapatkan balasan surga. Kita juga perlu memperbanyak ibadah dan amal saleh. Sehingga ketika amal perbuatan kita dihisab dan ditimbang di yaumul mizan, makan amal saleh yang berat timbangannya.
Baca Juga
Untuk bisa mendapatkan timbangan yang berat amal salehnya, caranya adalah dengan memperbanyak ibadah termasuk ibadah sunnah, dan melakukan perbuatan baik lainnya. Meski demikian, Nabi Muhammad SAW pernah menyebut salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga meski ibadahnya biasa saja.
Advertisement
Dalam sebuah riwayat, sahabat Nabi yang satu ini disebut setiap hari bangun tidur pada saat subuh, sehingga dia tidak sempat menjalankan shalat tahajud. Tidak hanya itu, sahabat nabi ini bahkan disebutkan tidak pernah melakukan ibadah puasa sunnah.
Lalu amalan seperti apa yang membuatnya dijamin masuk surga? Berikut kisah selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (7/3/2023).
Disebut Rasulullah Tiga Kali
Adapun sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga meski ibadahnya biasa saja, telah dikisahkan dalam hadits riwayat Imam Malik no. 20559.
Rasulullah SAW pernah berkata kepada para sahabat “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga.”
Perkataan Rasulullah SAW tersebut tentu saja membuat para sahabat yang mendengarnya merasa penasaran, mengenai siapa sosok yang dimaksud. Pada saat itu, para sahabat melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah.
Laki-laki tersebut baru saja mengambil air wudhu sambil membawa sepasang sandal jepit. Sekilas tak ada sesuatu yang istimewa pada laki-laki tersebut.
Keesokan harinya, Rasulullah SAW mengatakan hal yang sama, “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga”.
Para sahabat pun semakin penasaran dengan sosok yang dimaksud Rasulullah SAW. Lagi-lagi, laki-laki yang membawa sepasang sandal jepit itu muncul di hadapan para sahabat.
Rasulullah SAW pun kembali mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya. Hal tersebut tentu membuat para sahabat semakin merasa penasaran. Salah satu sahabat yang merasa sangat penasaran adalah Abdullah bin Amr bin Ash.
Advertisement
Abdullah bin Amr bin Ash Penasaran
Abdullah bin Amr bin Ash yang merasa penasaran, amalan apa yang dilakukan laki-laki Anshar tersebut, sehingga Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai calon penghuni surga.
Abdullah bin Amr bin Ash pun memutuskan untuk mengamati laki-laki Anshar tersebut untuk mengetahui apa yang membuatnya menjadi calon penghuni surga. Abdullah bin Amr bin Ash kemudian meminta izin kepada laki-laki Anshar tersebut untuk menginap di rumahnya.
“Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari,” ujar Abdullah kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu pun menyambut dengan gembira, “Tentu, silakan.”
Tidak Ada yang Istimewa dari Ibadah sang Laki-Laki Anshar
Selama tiga hari menginap, Abdullah bin Amr bin Ash tidak menemukan ada yang istimewa dari amalan yang dilakukan laki-laki Anshar tersebut. Bahkan bisa dibilang bahwa ibadah yang dilakukan oleh laki-laki Anshar tersebut biasa saja.
Laki-laki Anshar tersebut bahkan tidak pernah menunaikan ibadah shalat sunnah tahajud di sepertiga malam. Jangan menjalankan shalat tahajud, laki-laki Anshar ini bahkan baru bangun tidur ketika subuh tiba. Laki-laki Anshar itu juga tidak pernah menjalankan ibadah puasa sunnah.
Di sisi lain, Abdullah bin Amr selalu mendengar laki-laki itu berdzikir dan bertakbir saat terjaga dari tidur. Abdullah juga melihat bahwa laki-laki itu hampir tak pernah berbicara dan hanya melontarkan ucapan yang baik.
Hati yang Bersih
Sampai ketika Abdullah bin Amr bin Ash hendak pulang, dia sama sekali tidak mengetahui apa yang membuat laki-laki Anshar tersebut menjadi calon penghuni surga. Akhirnya, Abdullah bin Amr bin Ash mengakui bahwa dirinya menginap hanya untuk mengetahui amalan yang membuat laki-laki itu menjadi calon penghuni surga.
“Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?” tanyanya.
Laki-laki Anshar itu pun menjawab, "Aku tidak mempunyai amalan istimewa, kecuali yang telah engkau lihat selama tiga hari."
Namun ketika Abdullah bin Amr bin Ash hendak keluar rumah, laki-laki Ashar tersebut memanggilnya dan berkata, "Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.”
Akhirnya Abdullah berkesimpulan penyebab dia menjadi ahli Surga karena memiliki hati yang bersih.
Advertisement
Tidak Melakukan yang Dilarang Juga Amal Ibadah
Dari kita tersebut kita bisa mengambil pelajaran, meski kita memiliki amal ibadah yang istimewa, namun jika masih memiliki sifat iri dengki dan hasad, maka hal itu bisa mencegah kita untuk masuk surga.
Sebaliknya, meski amal ibadah kita biasa saja, bahkan hanya melaksanakan hal yang wajib-wajib saja, namun memiliki hati yang bersih, tanpa sifat iri, dengki, dan hasad, maka hal itulah yang dapat mengantarkan kita jadi penghuni surga.
Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu di sini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR Muslim no. 2564).
Sebagian besar orang mungkin berpikir bahwa apa yang dimaksud dengan ibadah adalah sesuatu yang dilakukan, seperti shalat, puasa, sedekah, perbuatan baik, dan sebagainya. Namun penting juga untuk diketahui bahwa, tidak melakukan sesuatu juga bisa bernilai ibadah.
Tidak melakukan sesuatu yang dimaksud adalah tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki Anshar tersebut. Di satu sisi, laki-laki Anshar tersebut memang tidak banyak melaksanakan amal ibadah, baik itu shalat sunnah tahajud maupun puasa sunnah. Namun di sisi lain, laki-laki Anshar tersebut juga tidak melakukan hal-hal dilarang oleh agama. Dia tidak tidak iri, tidak mendengki, tidak berbuat curang, tidak hasad atau mengharapkan keburukan bagi orang lain, dan tidak membenci siapa pun, baik kepada muslim maupun selainnya.